Kemiskinan Adalah Keniscayaan Dalam Naungan Kapitalisme
Oleh : Mutia Syarif
Blitar, Jawa Timur
Indonesia terkenal sebagai negeri dengan kekayaan alam yang melimpah. Dahulu bangsa Eropa menjajah Indonesia dengan salah satu tujuannya yaitu menguasai kekayaan rempah-rempahnya. Namun faktanya, bukan hanya masa penjajahan Belanda saja negeri ini dijajah. Sejatinya, negeri ini masih dalam cengkeraman para penjajah. Neoimperialisme masih bercokol di negeri kita tercinta.
Sayangnya, banyak masyarakat yang tidak menyadari. Himpitan ekonomi membuat masyarakat lebih sibuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jangankan memikirkan cara membebaskan kondisi negara yang sedang terjajah ini, mereka sudah pusing agar dapur mereka tetap ngebul. Pemerintah yang seharusnya menjadi orang tua yang mengayomi anaknya (read : rakyatnya), tak lagi menoleh bahkan mengurusi. Masyarakat dibiarkan berjuang sendirian untuk mencari segala kebutuhannya.
Sehingga kesulitan semakin terasa di berbagai lini. Mencari pekerjaan sulit, harga kebutuhan primer terus naik, rakyat semakin tercekik. Ditambah lagi biaya pendidikan dan kesehatan yang juga ikut melambung. Seolah menjadi haram jika rakyat miskin sakit karena biaya rumah sakit mahal. Tapi disisi lain, menjaga kesehatan pun sulit karena makanan bergizi tak terjangkau. Ingin mendapatkan kualitas pendidikan terbaik harus merogoh kocek dalam-dalam. Mirisnya, ini terjadi di negeri agraris yang subur dan sumber daya alamnya melimpah. Namun banyak rakyatnya yang hidup dengan tingkat kemiskinan ekstrem. Bagai ayam mati dilumbung padi, mungkin itulah istilah yang paling menggambarkan kondisi rakyat saat ini.
Tak hanya di Indonesia, kemiskinan sudah mendunia. Kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar. Sekalipun hari pengentasan kemiskinan nasional telah diperingati setiap tanggal 17 Oktober, setiap tahun sejak tahun 1992. Namun dunia tak kunjung mampu mewujudkan kesejahteraan.
Memang benar, ada upaya yang dilakukan organisasi dunia untuk mengatasi kemiskinan. Tapi selalu gagal mewujudkan kesejahteraan. Pasalnya, kemiskinan yang mendunia ini merupakan masalah sistemik. Yang mana akar permasalahan nya adalah diterapkannya sistem batil nan rusak yakni kapitalisme. Sistem ini menjadikan negara tidak hadir dalam upaya mengurusi rakyat. Ukuran kesejahteraan didapatkan secara kolektif, melalui pendapatan perkapita yang merupakan ukuran semu, yang sangat tidak menggambarkan kesejahteraan secara nyata.
Menyoal kekayaan alam sebuah negara, pada kenyataannya masyarakat tak bisa menikmati hasil sumber daya alam. Ini karena negara berlepas diri dari peran wajibnya sebagai periayah rakyat. Negara hanya sebagai regulator bukan penanggung jawab nasib rakyat. Pengelolaan sumber daya alam diserahkan kepada swasta dan asing, tidak dikelola secara mandiri. Hal inilah penyebab utama dari kemiskinan yang melanda masyarakat. Kemiskinan merupakan salah satu akibat diterapkannya sistem kapitalisme. Bukan hanya itu, dalam sistem kapitalisme, para penguasa lebih berpihak pada pengusaha. Maka tak heran, jurang kesenjangan sosial semakin menganga. Si kaya semakin kaya dan si miskin semakin terpuruk. Karena dalam hal mendasar saja, yaitu pengelolaan sumber daya alam, negara berlepas diri. Inilah gambaran kapitalisme, di mana penguasa dan pengusaha saling bergandengan tangan. Tentunya setiap kebijakan akan disesuaikan dengan kepentingan mereka dan lagi-lagi rakyat dibaikan.
Islam bukan sekadar agama ritual. Dalam islam, terdapat seperangkat aturan kehidupan, maka itulah islam disebut sebagai sebuah sistem. Islam adalah solusi dari segala problematika umat. Islam mengatur segala lini kehidupan, termasuk perekonomian. Jurang kesenjangan sosial yang semakin dalam tak lain disebabkan karena pemerintah lepas tangan dalam meriayah rakyatnya. Maka dalam sistem islam negara wajib mengelola sumber daya alam secara mandiri.
Islam membagi kepemilikan menjadi tiga bagian, yaitu kepemilikan umum, kepemilikan negara dan kepemilikan individu. Kepemilikan umum mencakup segala hal seperti sungai, laut, hutan, dsb. Juga termasuk fasilitas yang menjadi hajat hidup orang banyak seperti jalan, masjid, barang tambang, dsb. Untuk harta kepemilikan umum, negara wajib mengelolanya dan mengembalikan hasilnya untuk pemenuhan kebutuhan rakyat. Rasulullah Saw. bersabda :
"Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara, yaitu air, padang rumput, dan api." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Kepemilikan negara yakni harta yang pengelolaannya berada di tangan kepala negara seperti fa'i, kharaj, jizyah, dsb. Adapun kepemilikan individu yaitu harta milik pribadi selain harta milik umum.
Kesejahteraan dalam islam dipandang per individu, bukan hasil rata-rata. Kepala negara dalam sistem islam wajib memastikan setiap rakyatnya, terpenuhi kebutuhan pokoknya. Negara wajib menjamin setiap individu rakyatnya dalam hal kesehatan, pendidikan dan keamanan. Karena ketiga hal tersebut merupakan pelayanan umum dan kemaslahatan hidup terpenting bagi rakyat. Hal ini hanya mampu terwujud dalam sebuah sistem mumpuni pengemban syariah islam secara kaffah yakni Khilafah.
Penerapan Islam kaffah akan mengentaskan kemiskinan. Karena Islam adalah sistem yang Allah ciptakan untuk menyelesaikan segala permasalahan manusia, termasuk kemiskinan. Penerapan syariah Islam secara kaffah akan menjamin kesejahteraan setiap individu rakyat. Sudah saatnya masyarakat menyadari sepenuhnya akan kerusakan yang disebabkan oleh sistem kapitalisme dan mencampakkan sistem rusak tersebut. Dan segera beralih fokus untuk turut memperjuangkan tegaknya sistem agung yang akan menerapkan syariat islam secara kaffah.
Wallahu'alam
Posting Komentar