-->

Perempuan Ibarat Boneka Jari

Oleh: Erna Nuri Widiastuti S.Pd (aktivis muslimah)

Perempuan merupakan makhluk yang memiliki peranan penting dalam membersamai perubahan, karenanya generasi bisa menjadi tonggak perubahan dan karenanya pula generasi bisa menjadi penyumbang kejahatan. Maka betul ketika dikatakan untuk melihat negara tersebut bangkit maka lihatlah perempuannya, kalau perempuannya baik maka baiklah negara tersebut dan jika perempuannya rusak maka rusak pulalah negara tersebut.

Perempuan  pada saat ini mengalami berbagai kemunduran dalam menjalankan perannya sebagai pendidik generasi. Bagaimana tidak jika mereka ikut pula disibukkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga waktu yang harusnya digelontorkan untuk anak beralih untuk mencari pundi-pundi rejeki.

Sedangkan perempuan didunia yang mengedepankan aspek untung mendapatkan imbasnya, mereka dieksploitasi didunia kerja dengan alasan profesionalitas demi menarik para pembeli barang dan pengguna jasa, wajar ketika masuk dibagian kriteria pekerja selalu ditempatkan bahwa mereka harus berpenampilan menarik. Maka mereka yang mampu mengikuti ketentuan-ketentuan tersebutlah yang bisa menempati posisi yang ditetapkan sedangkan mereka yang konsisten untuk tetap berpenampilan sesuai syariat kecil kemungkinan untuk mendapatkan posisi tersebut.

Maka bukan hal yang mustahil ketika perempuan berlomba-lomba untuk mencapai jenjang karir yang lebih tinggi karena adanya tekanan dan gaya hidup serta mengikuti kelas-kelas yang ada dimasyarakat. Kemudian mereka terlupa akan peran yang sesungguhnya perempuan dalam melindungi diri dan mendidik generasinya. 

Dunia mendorong perempuan terlibat dalam dunia ketenagakerjaan sebagai Upaya untuk mewujudkan kesetaraan gender. Tidak hanya itu negara pun juga diarahkan dunia untuk mengembangkan sektor non strategis termasuk pariwisata, sementara sektor strategis seperti penguasaan SDA dikuasai oleh negara penjajah.

Inilah perempuan dalam Sistem kapitalisme yang telah menjadikan Perempuan dihargai jika menghasilkan uang.  Sejatinya Perempuan menjadi tumbal kegagalan Sistem ekonomi Kapitalisme dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat,  sehingga harus melibatkan perempuan sebagai penggerak ekonomi.

Padahal Upaya tersebut justru merusak fitrah perempuan, dan akan membahayakan nasib anak-anaknya, baik karena ibunya pergi bekerja maupun adanya dampak buruk dari pariwisata yang berpotensi menimbulkan perang budaya akibat benturan paham dan kebiasaan.

Bukannya menjadi solusi perbaikan hidup kaum perempuan malah menambah beban yang berpotensi pada pelanggaran batas-batas norma dan agama. Inilah hal yang ditawarkan oleh kapitalisme sekuler sebagai solusi permasalahan hidup. Agama bukan lagi menjadi penentu arah hidup melainkan asas kepentingan dan juga asas manfaat apa yang diberikan untuk menjalani hidup.

Islam memiliki Sistem ekonomi yang mumpuni untuk memberikan jaminan kesejahteraan rakyat termasuk Perempuan dengan berbagai mekanismenya.  Karena islam dalam mengatur perekonomian negara memiliki pos pemasukan yang jelas seperti harta zakat, pengelolaan sumber daya alam, fa'i, jizyah dan lain-lain.

Sehingga pengelolaan atas harta tersebut memang diperuntukkan kepada pelayanan masyarakat termasuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi para lelaki agar mampu mengemban amanahnya sebagai pencari nafkah. Dan para wanita juga bisa fokus untuk menjalankan amanahnya sebagai ummu warobbatul bait serta mendidik generasinya menjadi generasi tangguh dan bermartabat karena tidak adanya beban tambahan selain pencarian nafkah yang telah diampu oleh para lelaki.

Perempuan amat dijaga fitrahnya dan dijamin kesejahteraannya oleh negara sebagai junnah atas rakyatnya sehingga pelayanannyapun kepada rakyatnya harus maksimal, bahkan jika ada satu keluarga yang tak memiliki pencari nafkah yakni laki-laki yang mampu maka negaralah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga tersebut.

Inilah pelayanan total yang akan dilakukan negara didalam islam, agar pelaksanaan peran dan tanggung jawabnya sebagai perempuan dan laki-laki terlaksana secara ideal sehingga tidak akan menambah beban sebelah pihak akan tetapi mampu berjalan beriringan dengan adanya jaminan negara.

Islam menjadikan Perempuan mulia bukan diukur dari jumlah materi yang dihasilkannya tetapi seberapa mampu wanita menjalankan perannya sebagai ummu warobbatul bait dan pencetak generasi yang mulia diatas dasar islam sebagai pegangan hidup. Wallahualam