-->

All Eyes On Rafah

Oleh: Ummu Utsman

All Eyes On Rafah. Semua mata dunia tertuju ke Rafah. Kini Rafah di bawah serangan mematikan zionis Israel. Padahal Rafah menjadi tempat pengungsian ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa lari dari utara dan tengah Gaza yang dibombardir habis-habisan. Namun, seolah tak cukup, zionis menyerang kamp pengungsian di Rafah. Penduduk sipil lah yang terbunuh dalam peristiwa yang mengiris hati dunia itu, hingga viral seruan All Eyes on Rafah di media sosial tidak hanya Indonesia, tapi juga seluruh dunia memprotes keras dengan masif di berbagai negara, termasuk di kampus-kampus ternama Eropa dan Amerika, namun hal itu tidak menyurutkan nyali Zionis untuk terus membantai warga Palestina. Perburuan nyawa terus dilakukan hingga ke tenda-tenda pengungsian dan rumah-rumah sakit darurat.

Dilansir Forbes, ungkapan ‘All Eyes on Rafah’ adalah seruan kepada masyarakat dunia, untuk memperhatikan serangan terhadap Rafah di Gaza, Palestina. Kalimat tersebut digunakan di media sosial untuk menarik perhatian masyarakat terhadap kekejaman yang terjadi. Menurut laman detik.com, ini adalah sebuah panggilan kemanusaian yang diserukan usai tragedi di Rafah, Gaza. Di media sosial Instagram, seruan ini sudah dipakai hingga 30 juta pengguna di seluruh dunia. Mengutip Al Jazeera, Penasihat Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi mengatakan perang bisa berlangsung tujuh bulan lagi hingga akhir tahun ini. Hingga 28 Mei 2024, sebanyak 36 ribu orang terbunuh di Gaza. Sekitar 15 ribu diantaranya adalah anak-anak.

Bisa bayangkan betapa beratnya situasi yang dihadapi warga Palestina, khususnya Rafah yang dihuni 1,5 juta pengungsi Gaza. Mereka benar-benar tidak punya tempat berlari lagi, bahkan sekadar untuk mengistirahatkan diri. Mereka dengan mudah menjadi target pembunuhan, hingga mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana. Kelaparan massal pun menjadi fenomena luar biasa.

Padahal dahulu bila kita menengok sejarah, Khilafah telah menjaga dan mempertahankan Tanah Suci selama 1.300 tahun. Contohnya Khalifah Umar al-Faruk ra, membuka Palestina bagi Islam. Selain itu, Khilafah mengirimkan kekuatan Shalahuddin untuk membebaskannya dari Tentara Salib. Sementara itu Khilafah Abdul Hamid II melindungi Palestina dari upaya Zionis untuk merampas tanahnya. Hari ini dengan ketiadaan Khilafah, zionis berlaku semena-mena. Kebengisan yang mereka lakukan sudah tak bisa terkatakan lagi. 

Keangkuhan dan rasa sombong yang dimiliki para pendudukan brutal zionis hari ini, telah menyingkap wajah buruk mereka, dimana tangan-tangan penyokong zionis serta orang muslim munafik telah ‘berlumuran darah’. Umat dan dunia telah sadar tentang siapa sebenarnya mereka. Terlihat dipenjuru negeri riak-riak kebangkitan kaum muslim. Pilar-pilar palsu Barat telah runtuh, sudah tidak dapat disembunyikan lagi. Umat Islam tidak punya harapan pada solusi Barat untuk Palestina. Hanya Khilafah yang bisa melindungi kaum muslimin di seluruh dunia. 

Khilafah lah yang kelak akan kembali menyatukan seluruh kaum muslim dunia dengan segala potensi yang ada pada mereka. Khilafah pula yang nanti akan mengirimkan tentara ke Palestina demi mengusir penjajah dan mengembalikan kemuliaan Islam di sana.

Bagi muslim Palestina, peristiwa yang terjadi ini sejatinya adalah sebuah kemuliaan besar meski harus dibayar dengan darah dan nyawa. Mereka ada di tanah ribath, bahkan sebaik-baik tempat ribath, sedangkan bagi muslim lainnya di dunia, peristiwa ini adalah ujian keimanan. Akankah kita serius dan istikamah memegang teguh ukhuwah dengan jalan turut memperjuangkan institusi Khilafah yang akan memberi pertolongan dengan sebenar-benar pertolongan?

Bahkan, bukan untuk kasus Palestina saja, Khilafah sejatinya dibutuhkan oleh umat Islam sedunia yang tengah hidup dalam kesempitan akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme neoliberal, serta adanya penjajahan gaya baru oleh negara-negara besar. Khilafah adalah junnah (perisai) yang dari masa ke masa telah membuktikan kehadirannya sebagai benteng penjaga umat Islam.

Rasulullah saw. bersabda, “Senantiasa ada kelompok dari umatku yang menampakkan kebenaran terhadap musuh mereka. Mereka mengalahkannya dan tidak ada yang membahayakan mereka orang-orang yang menentangnya, hingga datang kepada mereka keputusan Allah ‘Azza wa Jalla, dan tetaplah dalam keadaan demikian.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, di manakah mereka?” Rasulullah bersabda, “Di Baitulmaqdis dan di sisi-sisi Baitulmaqdis.” (HR Ahmad, Thabarani, Ibnu Khuzaimah).

Lalu Rasulullah saw. pun pernah menyampaikan kabar gembiranya tentang nasib umat di akhir masa,“Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (kekhalifahan sesuai minhaj kenabian) selama beberapa masa hingga Allah Taala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa. Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah Taala. Setelah itu akan terulang kembali periode Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Kemudian beliau diam.” (HR Ahmad; Sahih).

Persoalannya adalah, hari ini kita ada di sisi mana? Apakah aktif menjemput janji Allah dengan serius memperjuangkan tegaknya Khilafah? Atau diam menonton penderitaan umat dengan dalih Khilafah akan tegak dengan sendirinya? 

Semoga Allah Taala memudahkan kita dan memberi kemampuan kepada kita untuk menjadi salah satu jalan datangnya kemenangan.

Wallahu a'lam Bisshawab