-->

Polemik Rendahnya Gaji Dosen

Oleh : Tri Setiawati, S.Si

Keluhan sejumlah dosen menyatakakan gaji mereka masih di bawah Upah Minimum Regional (UMR) di media sosial, disertai dengan tagar #JanganJadiDosen. Menurut beberapa pengamat rendahnya gaji dosen bisa berdampak buruk pada kualitas pendidikan di perguruan tinggi ungkap pengamat pendidikan. Beberapa dosen membagikan tangkapan layar slip gaji mereka pada platform media sosial X agar dapat menyadarkan publik pada kondisi pelik, salah satunya Ikhwan, seorang dosen dari sebuah perguruan tinggi negeri satuan kerja. 42,9% dosen menerima gaji yang masih di bawah Rp3 juta per bulan, menurut hasil survei dari tim riset kesejahteraan dosen dari Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) yang melibatkan 1.200 dosen dari berbagai institusi. Mereka menyatakan harus mengeluarkan biaya hidup sebesar Rp3-10 juta per bulan. Bahkan, tak kurang dari sekitar 12,2% pengeluarannya lebih dari Rp10 juta per bulan. (BBC.com, 25/02/2024)

Rendahnya gaji dosen menggambarkan rendahnya penghargaan dan perhatian negara atas profesi yang mempengaruhi masa depan bangsa. Dosen adalah profesi mulia menyebarkan ilmu dan membangun karakter mahasiswa sebagai agen perubahan dan calon pemimpin masa depan. Mayoritas dosen menerima gaji bersih kurang dari Rp3 juta pada kuartal 2023, menurut hasil penelitian Serikat Pekerja Kampus atau SPK, termasuk dosen yang sudah mengabdi lebih dari enam tahun, hampir 76 persen dosen mengaku mengambil pekerjaan sampingan karena rendahnya gaji seorang dosen, yang tak langsung menghambat tugas utama dan menurunkan kualitas pendidikan. Yang terbaru, gaji dosen PNS naik 8 persen seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2024 tentang Perubahan Kesembilan Belas atas PP Nomor 7 Tahun 1977 tentang peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Gaji dosen berbeda-beda tergantung pangkat atau jabatan akademiknya. Kualifikasi pendidikan dosen di Indonesia minimal adalah lulusan S2, gaji dosen S2 atau S3 berbeda tergantung masa kerja golongannya atau MKG. (Tempo.co, 02/03/2024)


Ironis, dibandingkan dengan gaji dosen luar negeri gaji dosen di Indonesia memang sangat memprihatinkan. Tidak usah jauh membandingkan dengan gaji dosen di Brunei Darussalam gaji dosen terendahnya saja di sana Rp50 juta tiap bulan. (Bangsaonline.com, 03/05/2024)


Kapitalisme telah menggerus penghargaan atas jasa besar para dosen, karena prinsip materi sebagai suatu hal yang berharga, kapitalisme ilmu dipandang sebagai materi yang memberikan manfaat materi semata. Kapitalisme juga mendorong persaingan dan pencapaian individu dalam mencari keuntungan. Akibatnya, profesi seperti dosen mungkin tidak mendapatkan penghargaan yang sebanding dengan peran pentingnya dalam pendidikan dan pembentukan karakter generasi mendatang. Sementara itu dalam pandangan Islam, ilmu dan pengajaran dihargai sebagai salah satu aset penting dalam membangun masyarakat yang beradab. Al-Qur'an dan hadis menggarisbawahi pentingnya mencari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain. Dalam hal tanggung jawab sosial, para dosen dalam Islam tidak hanya dianggap sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing moral dan spiritual bagi para siswa. Mereka mempunyai tanggung jawab besar dalam membimbing generasi muda untuk menjadi pemimpin yang adil dan berakhlak mulia. 


Oleh karena itu, penghargaan terhadap para dosen tidak hanya berdasarkan pada nilai materi, tetapi juga pada nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual yang mereka bawa dalam proses pengajaran dan pembimbingan. Ini mewakili peran yang lebih luas dan lebih mendalam dari sekedar memberikan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan moralitas generasi mendatang. Al-Qur'an mengajak umat Islam untuk mencari ilmu dan memberikan penghormatan terhadap para ulama yang memiliki ilmu, seperti yang termaktub dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 : “… Dan apabila dikatakan: 'Berdirilah kamu,' maka berdirilah kamu niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” 

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud, Nabi SAW bersabda, “para ulama adalah pewaris para nabi; sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, melainkan mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu, maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” 


Berharap pada sistem kapitalisme sekular yang hanya menjadikan timbangan ekonomi sebagai dasar kebijakannya, bagaikan pungguk merindukan bulan. Jauh panggang dari api. Dosen tak akan pernah bertemu dengan kesejahteraan. Untuk menenangkan hati, Dosen cukup diberi diksi pahlawan tanpa tanda jasa. Oleh karena itu, pahlawan harus ikhlas menerima apapun resiko profesi yang dipilihnya. Sungguh sampai kapanpun nasib dosen hanya akan menjadi bulan-bulanan sistem yang tak memanusiakan manusia ini.

Sangat berbeda dengan Islam, tenaga pendidik mendapatkan hak kesejahteraan yang layak. Islam akan memperhatikan nasib para tenaga pendidik di jenjang manapun. Karena bagi Islam dosen adalah pengubah kaum muslimin menjadi cendekiawan dan kaum terpelajar. Dosen adalah penopang sistem pendidikan Islam yang akan melahirkan generasi mujahid dan mujtahid. Mari tengok sejarah bagaimana Islam memuliakan seorang dosen. Dosen sejahtera di bawah naungan Islam. Sistem Islam tercatat dalam tinta emas, pernah menorehkan sejarah gemilang dalam hal pengelolaan sumber daya manusia pendidik generasinya yang berkualitas. Pendidikan Islam mampu melahirkan para ilmuwan yang telah berjasa bagi kehidupan dunia, bahkan di tengah belahan eropa yang mengalami masa kegelapannya. Sebut saja Ibn Al-Haytam, Maryam Asturlabi, Abbas Ibn Firnas, Ibnu Sina, Al-khawarizmi dan banyak lagi nama yang tertulis dengan tinta emas sejarah dunia.

Pertanyaannya, sistem seperti apa dan pendidik seperti apa yang mampu melahirkan para ilmuwan, filsuf dan ulama yang luar biasa seperti mereka? Maka, layak jika Islam panen para generasi cemerlang. Karena sistem Islam sangat memperhatikan kesejahteraan para tenaga pendidiknya. Sangat masyhur bagaimana pada masa Khalifah Umar bin Khattab, gaji pengajar adalah 15 dinar/bulan atau sekitar Rp 59.542.500,- ( 1 dinar = 4,25 gram. Dan jika 1 gram = Rp 934.000, periode Juli 2020) atau jika dibulatkan bisa mencapai 60 juta rupiah perbulan. Atau kita akan lebih tercengang dengan gaji pendidik di masa Shalahuddin al Ayyubi. Di dua madrasah yang didirikan beliau yaitu Madrasah Suyufiah dan Madrasah Shalahiyyah gaji pendidik berkisar antara 11 dinar sampai dengan 40 dinar! Angka yang sangat fantastik. Gaji pendidik jika dikurskan pada harga emas saat ini, bisa mencapai 158.780.000 rupiah.

Tentu kita bertanya-tanya, bagaimana mungkin bisa? Sangat bisa, karena Islam begitu sempurna mengatur seluruh aspek kehidupan, tak terkecuali sistem pendidikannya. Bahkan dari hulu hingga hilir. Islam dapat mencapai kegemilangan pendidikan seperti itu, karena Islam juga menerapkan sistim ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam memaksa negara untuk mengelola kekayaan alamnya dengan basis syariat. Dimana, kekayaan alam tidak boleh dimiliki oleh swasta. Pengelolaan kekayaan yang dimiliki oleh negara ini, sudah sangat mampu untuk membiayai pendidikan bahkan pendidikan dalam sistem Islam akan diperoleh secara gratis dengan kualitas sundul langit.

Dosen adalah profesi yang luhur, menyebarkan pengetahuan dan membentuk karakter pelajar sebagai agen transformasi dan calon pemimpin. Sejarah Islam menampilkan penghargaan tinggi terhadap para dosen atau ulama, karena peran mereka dalam menyebarkan pengetahuan agama dan dunia kepada umat, dan keteladanan mereka dalam menjalankan ajaran agama. Mereka menjadi sumber inspirasi dan pedoman bagi umat dalam menjalani kehidupan yang Islami. Membimbing umat menuju kebenaran dan kesuksesan dunia dan akhirat. Kita semua berharap semoga kondisi seperti ini dapat terulang lagi sekarang. Dalam cara pandang Islam, ilmu itu ibarat air hujan yang jatuh ke bumi.t Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan apa yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepadaku berupa petunjuk dan ilmu itu adalah seperti air hujan yang jatuh ke bumi”. (HR Muslim No. 6093)


Yang bermakna, ilmu memberikan kebaikan bagi yang menerimanya siapa pun tanpa terkecuali, menghidupkan jiwa maupun raga. Peradaban tumbuh dan berkembang hingga kesejahteraan di seluruh bumi dengan adanya ilmu. Eksistensi ilmu harus dijaga dan dijunjung tinggi di tengah masyarakat, oleh karenanya peran negara menjadi sangat penting. Islam menghargai ilmu dan menjunjung tinggi para pemilik ilmu apalagi yang mengajarkan ilmu, terlebih posisi strategis dosen sebagai pendidik calon pemimpin peradaban masa depan yang mulia. Sejarah Islam mencatat bagaimana pemuliaan Islam terhadap para dosen. Sungguh hanya dengan kembali pada syariat Islam yang kaffah kita bisa mendapatkan jalan keluar terbaik. Jika tidak berlandaskan pada (akidah) Islam aturan dan kebijakan apapun tidak akan membawa kebaikan apa-apa bagi manusia,hanya manfaat semu. Tentu kita mengharap seluruh masalah dosen dan problematik dunia pendidikan terselesaikan. 

Wallahu a'lam bish-shawwab.