Persoalan Bullying Tak Akan Terhenti Selama Sistem Kehidupannya Belum Berganti
Oleh: Syifa Islamiati
Persoalan bullying nampaknya masih marak terjadi. Buktinya, hingga saat ini banyak kasus yang muncul ke permukaan. Meski lokasi dan motifnya berbeda-beda namun hampir setiap hari ada saja kasus serupa di pemberitaan. Sangat miris memang, tapi inilah kenyataan yang menimpa generasi hari ini.
Seperti yang viral di media sosial belum lama ini, tiga orang remaja di Dapuan II Kecamatan Pabean Cantikan-Surabaya dikeroyok oleh 10 orang dewasa. Selain itu, korban juga dicekoki minuman keras serta dipaksa memakan buah kecubung hingga berhalusinasi dengan guling-guling di jalanan kampung. Sontak saja kejadian tersebut menghebohkan warga sekitar. (surabaya.kompas.com, 14/3/2024)
Kasus yang hampir serupa juga terjadi pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Diduga pelaku berjumlah 9 orang berusia antara 10 hingga 16 tahun. Mereka menganiaya korban berjam-jam selama dua hari. Korban ditendang, dipukuli dan dibanting hingga tersungkur serta mengerang kesakitan. (bandung.kompas.com, 9/3/2024)
Mengsedih. Kasus bullying makin hari semakin masif bak gunung es. Ini merupakan malapetaka yang sangat mengerikan yang terjadi pada generasi hari ini. Makin lama tindakan bullying pun makin sadis. Bukan lagi menyasar ke psikis, tetapi juga ke fisik bahkan sampai pada kematian.
Ada apa sebenarnya dengan generasi kita hari ini? Mengapa mereka bisa menjelma menjadi pribadi yang brutal dan emosional? Ini mesti ada yang salah. Entah itu dari pola pengasuhannya, pendidikannya, pergaulannya bahkan mungkin pengaruh negatif media. Karena tidak mungkin kasus bullying ini terjadi begitu saja tanpa ada penyebabnya.
Meski pemerintah telah berupaya mencari solusi dengan mengadakan berbagai macam program anti perundungan namun nyatanya belum sepenuhnya mampu mengatasi secara tuntas khususnya dalam satuan pendidikan. Karena solusi yang ada, tidak sama sekali menyentuh akar permasalahannya. Kasus seperti ini seharusnya membutuhkan solusi yang lebih jitu dan komprehensif. Jika tidak segera diselesaikan maka akan banyak anak yang kelak menjadi korban.
Sungguh sistem kehidupan hari inilah satu-satunya penyebab tumbuh suburnya kasus bullying terlebih di kalangan pelajar. Karena dalam sistem ini generasi kita menjadi sangat jauh dari aturan agama, miskin akhlak dan niradab. Ini karena kurikulum yang diterapkan tidak menanamkan akidah Islam sejak dini dalam rangka membentuk kepribadian anak sehingga ketika tumbuh besar mereka bebas berbuat sesuka hati tanpa peduli terhadap sesama dan tidak takut dosa.
Ini semua tentu tidak lepas dari pentingnya peran keluarga, lingkungan dan negara. Hari ini, sering kita jumpai bahwa banyak orang tua yang tidak mampu memberikan contoh dan tauladan yang baik bagi anak-anaknya. Hingga akhirnya anak-anak pun meniru dengan tidak memiliki sikap yang baik terhadap orang lain.
Selain itu, tidak sedikit juga orang tua yang lalai menanamkan keimanan dan ketaatan kepada Allah Swt. dalam diri anak-anak mereka. Hingga kita saksikan hari ini generasi tumbuh menjadi sosok yang jauh dari aturan Islam. Mereka tumbuh dengan nilai-nilai sekuler yang telah melekat erat dalam jiwa mereka. Kehidupan liberal dan gaya hidup hedon juga telah menjadi kebiasaan mereka dalam berperilaku.
Begitu pun dengan lingkungan masyarakat, tempat ini dinilai paling rentan dan mudah mempengaruhi generasi. Karena lingkungan masyarakat saat ini juga terbentuk dari nilai-nilai sekuler. Aktivitas amar makruf nahi mungkar hampir tidak lagi ditemukan dalam masyarakat sekuler. Yang nampak saat ini hanyalah masyarakat yang individualis, egois, minim empati dan sebagainya.
Tidak jauh berbeda, negara pun dinilai tidak sedikit pun menunjukkan perannya sebagai penjaga generasi. Kerusakan demi kerusakan terus menerus terjadi. Bullying di kalangan pelajar pun sudah tidak dapat dibendung. Generasi terombang-ambing dalam kesesatan berperilaku. Negara yang seharusnya memiliki kekuatan mengarahkan generasi agar tidak bertindak melampaui batas, malah seolah tidak memiliki 'taring' menghadapi kelakuan mereka yang makin brutal.
Maka dari itu, peran keluarga, lingkungan sekitar dan negara seharusnya saling bersinergi. Jika dari ketiga komponen tersebut hanya sebagian yang menjalankan peran, tentu tujuan mencetak generasi cemerlang masa depan tidak akan pernah terwujud dan ini mustahil dapat diterapkan jika sistem kehidupannya masih memakai sistem sekularisme kapitalis.
Maka sudah seharusnya sistem Islamlah yang diterapkan dalam kehidupan manusia. Hanya sistem Islam yang terbukti dapat mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Pun terbukti berhasil mencetak individu serta masyarakat yang berbudi luhur. Karena antara keluarga, masyarakat dan negara akan saling bersinergi untuk menjaga generasi dalam ketaatan dengan berbagai mekanisme berdasarkan syariat Islam.
Termasuk penanganan terhadap kasus bullying. Negara akan memberlakukan sanksi tegas bagi pelaku hingga memberikan efek jera, baik itu di kalangan pelajar maupun orang dewasa. Dalam Islam, ketika seorang anak sudah baligh dan mukalaf maka ia sudah harus menanggung konsekuensi taklif hukum sesuai syariat Islam. Dengan begitu, anak akan memiliki rasa tanggungjawab dan kedewasaan diri.
Serta tidak lupa mengubah paradigma pendidikan yang ada hari ini dengan paradigma pendidikan Islam kaffah. Sehingga kasus bullying dapat diminimalisir bahkan dihilangkan karena Islam menanamkan akidah yang kuat kepada anak sejak kecil, menerapkan syariat dengan tata aturan kehidupan yang sempurna dan menerapkan sistem sanksi yang tegas. Wallahua'lam bisshowab.
Posting Komentar