-->

Duka Hari Raya di Gaza


Oleh: Anita Humayroh

Gempuran militer Israel yang tak kunjung merendah membuat para pengungsi di sebuah kompleks sekolah di Deir Al-Balah, Gaza kekurangan pangan menjelang hari raya idul Fitri 1445 Hijriyah. Tak hanya mengalami krisis pangan, serangan yang dilakukan militer Israel juga membuat keluarga di Gaza mengalami banyak kekurangan persediaan kebersihan dasar seperti sabun dan pembersih pakaian. (SerambiNews.com, 10042024).

Inilah sedikit potret gambaran hal yang harus dirasakan masyarakat Gaza yang disebabkan dari tindakan Israel memblokir bantuan makanan bagi warga sipil Gaza. Namun dengan entengnya Israel masih tetap bersikukuh bahwa tindakan blokade yang mereka yang mereka lakukan hanyalah untuk melumpuhkan kekuatan militan Hamas. 

Aksi pemblokiran yang dilakukan Israel ini pun berakibat pada tidak terdistribusinya makanan kepada pengungsi yang dibuat oleh 89 toko roti di Kota Gaza dan Gaza Utara selama beberapa pekan terakhir. Imbasnya sebanyak 2,3 juta rumah tangga di jalur Gaza menderita kerawanan pangan akibat aksi blokade yang dilakukan militer Israel. Bahkan badan pemantau hak asasi manusia menggambarkan situasi yang tengah terjadi di Gaza sebagai "perang kelaparan" setelah seluruh penduduk Gaza menghadapi krisis pangan akut. Belum cukup sampai di situ selain memicu krisis pangan tindakan pemblokiran yang dilakukan oleh Israel ini membuat beberapa rumah sakit di Gaza melaporkan tewasnya anak-anak yang meninggal diakibatkan kekurangan gizi dan kelaparan yang melonjak sejak bulan lalu (SindeNews.com, 10042024).

Kementerian kesehatan di jalur Gaza pada Kamis 4 April 2024 mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel yang masih berlangsung telah menembus 33000 orang. Berarti sampai hari ini agresi militer zionis Israel sudah memasuki bulan ke 7. Namun agresi militer Israel masih belum berhenti atau mereka masih melakukan penyerangan penyerangan terhadap masyarakat sipil (Sindonews.com, 10042024).

Begitulah kiranya kondisi saudara kita di Gaza. Hari Raya tahun ini penuh dengan duka. Gemuruh suara takbir berkumandang bersautan dengan suara senjata peledak yang siap kapanpun merenggut nyawa setiap insan. Suka cita sholat Iedul Fitri yang di dahului dengan air wudhu tak dapat mereka rasakan, mereka hanya bisa ber tayamum, bersuci dengan debu diantara reruntuhan bangunan. Pakaian baru nan cantik nan elok tak pernah terlintas dalam benak mereka karena mereka pun tak pernah ingat kapan terakhir baju yang melekat di badan mereka tukar. Mungkin seminggu, sebulan atau barangkali sudah berbulan-bulan baju itu dikenakan. Sajian kudapan khas Hari Raya di meja makan hanya menjadi impian, karena peperangan ini telah menghancurkan mimpi dan harapan mereka berkumpul dengan sanak keluarga menikmati Hari Raya dengan suka cita.

Peperangan ini telah mencabik-cabik makna Hari Raya. Tak ada kegembiraan, karena bahkan mereka hidup sebatang kara tanpa sanak keluarga, tak ada kenikmatan kudapan Hari Raya, karena hanya rumput hijau yang menjadi pengganjal perut mereka saat lapar, tak ada ritual saling megunjungi, karena seluruh bangunan telah rata dengan bumi. Semua telah hilang. Hanya satu, hanya satu yang tak hilang dalam diri mereka semua. Keimanan, keimanan kepada Allah akan seluruh janji Rabbnya menjadi penguat, pengokoh, pengikat segala bentuk ujian yang mereka hadapi saat ini. Mereka yakin akan adanya janji Allah SWT. 

Semoga duka ini segera berakhir. Semoga Allah SWT menyegerakan tegaknya Daulah Islamiyah, yang kelak menjadi Junnah bagi seluruh ummat manusia. Menjadi penjaga tanah suci yang diberkahi. Aamiin.

Wallahu alam bishhowab.