-->

Tingginya Beban Kehidupan Mematikan Fitrah Keibuan

Oleh: Razzaqurnia Dewi (Aktivis Dakwah)

Seorang perempuan bernama Rohwana atau Wana dari kabupaten Belitung , Bangka Belitung ditangkap polisi karena terlibat pembunuhan. Perempuan yang kesehariannya bekerja sebagai  buruh tega membunuh bayi yang baru dilahirkannya dengan cara menenggelamkan di ember berisi air.  Berdasarkan kronologis kejadian, Wana melahirkan bayinya  pada pukul 21:00 WIB. Sang suami terkejut mendenar peristiwa tersebut, karena dari awal pelaku tidak memberitahukan hal tersebut kepada suaminya.

Alasan pelaku tega menghabisi nyawa  bayinya sendiri dikarenakan ketidak cukupan biaya untuk membesarkan sang bayi. Wana sendiri memiliki suami yang bekerja sebagai buruh yang penghasilannya tidak cukup untuk membiyai kehidupan bayinnya. (kumparan.com, 24/01/2024)

Hal ini sungguh miris, seharusnya seorang ibu yang memiliki fitrah melindungi, mendidik dan membesarkan anaknya justru tega membunuh anaknya secara sadis. Dari peristiwa tersebut membuktikan bahwa beban kehidupan yang dialami oleh ibu dapat mematikan fitrah keibuan . tidak hanya karena menghimpit nya faktor ekonomi saja, lemahnya ketahanan iman, lemahnya keberfungsian keluarga, lemahnya kepedulian masyarakat dan tidak adanya jaminan kesejahteraan negara atas rakyat.

Permasalahan ini lahir dari sistem kapitalisme yang berasaskan sekulerisme. Aqidah yang memisahkan agama dari kehidupan manusia, dimana kehidupan manusia diatur oleh aturan yang dibuat manusia itu sendiri. Maka terwujudlah ketahanan masyarakat yang rapuh, apatis dan negara yang perlahan lepas tangan  dengan perannya sebagai pengurus umat. 

Semua ini jelas menjadi beban tersendiri bagi para ibu ketika ingin membesarkan anak-anak mereka. Sulitnya para suami untuk mencari pekerjaan untuk memenuhi nafkah keluarganya menjadi faktor seorang ibu seolah-olah berjuang sendiri dalam membesarkan anak- anaknya, ditambah kebutuhan hidup yang juga semakin mahal. Adapun suami yang enggan bertanggung jawab terhadap keluarganya, tatanan masyarakat yang enggan peduli terhadap kesulitan lingkungan sekitarnya, gaya hidup hedonisme yang selalu ditampakan di media sosial, juga membuat beban mental seorang ibu semakin berat.

Hal ini jelas berbeda jika sistem Islam diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari. Negara yang akan merawat fitrah keibuan dimana fitrah keibuan akan muncul di setiap individu. Hal ini karena di dalam diri manusia ada  Gharizah Nau' (naluri berkasih sayang). Jika naluri itu dijaga dengan benar maka fitrah keibuan akan berkembang dengan benar dan ibu akan mendidik anak-anak menjadi benar. Para ibu akan dibentuk kepribadiannya berdasarkan aqidah islam,  masyarakat sekitar pun akan dibangun berdasarkan aqidah islam sehingga terwujudlah masyarakat  yang saling peduli dan tolong menolong. 

Lapangan pekerjaan juga di buka selebar-lebarnya oleh negara  terutama bagi lak-laki yang memiliki tanggung jawab mencari nafkah bagi keluarganya. Peran keluarga pun diperkuat bagi seorang perempuan yang telah menjadi ibu dan suaminya meninggal keluarga akan berperan bahu-membahu untuk membantu sang ibu atau jika tidak ada keluarganya maka negara yang akan mengambil alih dalam tanggung jawab nafkah seoran ibu. Sehingga ibu tidak merasa terbebani dengan tanggungan nafkah pada anak dan ibu bisa dengan tenang merawat dan membesarkan anak-anak mereka. Begitulah bagaimana cara negara yang menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari mengurusi masyarakatnya. Wallaahu A'lam bis Showaab