-->

Pudarnya Fitrah Ibu Akibat Tingginya Beban Hidup

Oleh: Villia Sekar Ayu R. (Aktivis Muslimah)

“Kasih ibu sepanjang masa” adalah sebuah ungkapan yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Seorang ibu selalu dihiasi dengan kasih sayang yang berlimpah untuk anak-anaknya. Ibu akan rela berkorban demi sang anak. Tak hanya itu, seorang ibu juga madrasah pertama bagi anaknya. Dengan kasih sayangnya ia mampu mendidik dan mengajari anak tentang banyak hal, termasuk agama. 

Namun, seiring berkembangnya zaman dan tingginya beban kehidupan, fitrah tersebut seolah memudar. Ibu dibuat stress dengan banyaknya tanggungan hidup yang harus dipenuhi. Bukan hanya memikirkan anak dan suami, tetapi seorang ibu juga harus memikirkan keadaan ekonomi. Sampai-sampai ada seorang ibu yang tega membunuh atau membuang anaknya dengan alasan ekonomi tak mencukupi. 

Seperti kasus yang terjadi di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung. Rohwana, seorang ibu berusia 38 tahun dengan keji membunuh bayinya sendiri. Bayi malang tersebut dibunuh dengan cara ditenggelamkan dalam ember berisi air, lalu dibuang di pondok kebun warga yang berjarak sekitar tiga meter. Motif dari tindakan mengerikan ini diduga terkait faktor ekonomi, di mana ibu tiga anak tersebut merasa terdesak secara finansial. Suaminya yang bekerja sebagai seorang buruh mengakui sangat terkejut karena selama kehamilan, pelaku merahasiakannya dari suami maupun pihak keluarga. (Bangkapos, 23/01/24).

Miris bukan? Itu baru satu kasus, di luar sana masih banyak lagi kasus lainnya yang tak kalah mengerikan. Di media sosial pun sering berseliweran berita terkait penemuan bayi tanpa diketahui asalnya. Hanya sepucuk surat yang berisi nama sang bayi dan alasan mengapa bayi tersebut dibuang, kebanyakan alasannya karena faktor ekonomi. Ada lagi berita seorang ibu yang mengajak anaknya bunuh diri lantaran sudah tak sanggup menahan beban hidup. 

Yah, ekonomi menjadi penyebab utama dari memudarnya fitrah ibu. Seorang ibu tak hanya berperan mengurus rumah tangga, tetapi ia terpaksa memikirkan kondisi ekonomi keluarga. Semakin mahalnya harga kebutuhan pokok, tingginya biaya pendidikan, dan penghasilan suami yang pas-pas menjadikan seorang ibu harus bekerja atau berdagang (yang penting berpenghasilan). Hal inilah yang membuat para ibu tertekan dan kelelahan. Bahkan jika ada masalah dalam rumah tangga maka anak yang menjadi sasaran.

Masih ingatkah kalian dengan sebuah video viral petugas stasiun berusaha mencegah seorang ibu yang hendak melempar atau membuang anaknya ke rel kereta api? Usut punya usut, ternyata sang ibu sedang memilik masalah rumah tangga. Ibu tersebut diduga stres sehingga timbul niat untuk mengakhiri hidupnya. 

Tak hanya itu, lemahnya keimanan juga menyebabkan kasus serupa sering terjadi. Tanpa didasari dengan pondasi yang kokoh maka sebuah bangunan akan mudah roboh. Sama halnya dengan manusia, tanpa iman yang kuat maka ia akan sering berpikiran untuk mengakhiri hidupnya. Setiap ada masalah kematiannya menjadi solusinya. Seolah-olah kematian akan mengakhiri semua permasalahan. 

Belum lagi masyarakatnya terlalu individualis. Kepedulian mereka sangat kurang, bahkan jika ada tetangga yang rumah tangganya sedang punya masalah malah dijadikan bahan ghibah. Negara juga tidak menjamin kesejahteraan rakyatnya. Memang benar terkadang ada bantuan yang diberikan berupa bahan pangan atau uang bagi keluarga-keluarga miskin, tetapi hal tersebut bukanlah solusi yang hakiki bagi permasalahan ini. 

Lantas apa solusi agar permasalahan ini segera berakhir?

Sebenernya semua permasalahan yang terjadi di zaman sekarang selalu berkaitan erat dengan sistem negara yang rusak. Sistem kapitalisme yang saat ini sedang diterapkan justru menambah masalah tiap individunya. Masyarakat-masyarakat kecil semakin menderita, banyak keluarga yang kesejahteraannya tak terjamin, dan beban hidup kian meninggi. Karenanya, jika ingin permasalahan yang terjadi dapat terselesaikan dengan tuntas sampai ke akar-akarnya maka kita harus menganti sistem kapitalisme dengan sistem islam. 

Yah, seperti yang kita tahu bahwa islam adalah agama yang mengatur semua aspek kehidupan, termasuk dalam menyejahterakan umat. Islam mewajibkan negara untuk memberikan kesejahteraan bagi ibu dan anak melalui berbagai mekanisme. Misalnya, negara akan membuka lapangan pekerjaan selebar-lebarnya untuk para laki-laki terutama yang sudah menikah. Istri atau ibu tak perlu lagi repot-repot untuk mencari penghasilan tambahan. Fokus mereka hanya sebatas menjadi sebaik-baiknya ummu warobatul bait. 

Negara juga akan memberikan Pendidikan secara gratis bagi sang anak sebab menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan negara wajib membiayainya. Bagi para single mom atau yang suaminya sudah meninggal maka tak perlu khawatir dengan biaya hidupnya sebab semua kebutuhannya akan ditanggung negara. Masyarakatnya pun akan punya rasa kepedulian yang tinggi, di mana mereka akan saling membantu jika ada tetangganya yang kesusahan.

Oleh karena itu, jika ingin sistem islam terlaksana maka kita sebagai seorang muslim wajib untuk mengkaji islam secara sungguh-sungguh dan istiqomah. Tak pernah lelah dalam menuntut ilmu agama guna terwujudnya kesejahteraan umat.