-->

Memelihara Fitrah Keibuan

Oleh: Widya Amidyas Senja | Pendidik Generasi

“Cinta ibu adalah kedamaian. Kita tidak perlu berjuang untuk mendapatkannya, kita juga tidak perlu melayakkan diri untuk memperolehnya.” - Anonim

Begitulah fitrah seorang ibu, tanpa syarat, tanpa diminta, sekalipun berat kesalahan yang diperbuat oleh anaknya, ibu selalu menjadi orang yang pertama memaafkan. Ibu, yang membersamai, menjaga, memeberikan cinta dan kasih sayang serta menjadi pendidik terhebat bagi anaknya.

Suatu anomali jika hal tersebut tidak ada pada diri seorang ibu. Sebab merupakan sebuah fitrah dan anugerah tidak ternilai harganya, semua itu akan ada dengan alami, tanpa memerlukan Pendidikan formal untuk mempelajarinya.

Faktanya, kini anomali tersebut menjadi suatu hal yang terjadi. Seperti yang terjadi di Desa Membalong, Belitung, seorang ibu tega membunuh anakyang baru saja dilahirkannya pada Kamis (18/01/2024). Tak tanggung-tanggung, ia melahirkan bayinya seorang diri di kamar mandi dan menenggelamkan bayinya di satu wadah berisi air yang telah ia sediakan. Setelah nyawa bayi tersebut melayang, ia bungkus bayi tersebut dengan kain dan membuangnya ke kebun warga. Lebih mengherankan, suaminya tidak mengetahui istrinya hamil dan melahirkan.  Pihak kepolisian menjelaskan “Dari keterangan suaminya tidak tahu kalau istrinya hamil tapi mengakui jika istrinya lama tidak haid.” (sumber: bangka.tribunnews)

Motif pembunuhan ini lagi-lagi karena faktor ekonomi. Pelaku mengaku tidak sanggup membiayai sehingga tega melenyapkan bayi tidak berdosa itu. Tingginya beban hidup menjadi faktor hilangya fitrah seorang ibu. Tentu saja ada banyak faktor yang menjadi penyebab hilangnya firah keibuan. Diantaranya karena katahanan iman, terjadi pengalihan fungsi keluarga seperti tanggung jawab pemenuhan ekonomi menjadi beban ibu, lemahnya kepedulian masyarakat terhadap sesama, dan penyebab terbesar adalah tidak adanya jaminan kesejahteraan negara atas setiap individu rakyatnya.

Semua ini berkaitan erat dengan sistem yang diterapkan negara yang berlandaskan kapitalisme. Sistem ini hanya mengutamakan untung-rugi negara dalam meriayah rakyatnya. Terlebih bercampur dengan kepentingan pribadi, golongan dan para pemilik modal lokal maupun asing. Sehingga bak panggang jauh dari api, kesejahteraan negara yang diharapkan rakyat akan menjadi harapan semu yang pada akhirnya rakyat akan kembali bertaruh nasibnya sendiri. Pemerintah hanya akan berperan sebagai regulator saja dengan asas dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Sebagian kecil, sedangkan sebagian besarnya adalah “upah” sebagai regulator. Selain itu, sandaran sejahtera dan bahagia ideal kapitalistik hanyalah materi. Sehingga ketika kekurangan materi, individu tersebut menjadi lemah, rapuh iman dan merasa hina disbanding individu lain.

Lantas apa yang dilakukan oleh negara ketika tragedi pembunuhan ini terjadi? Seperti yang sudah pernah terjadi adalah prosesi hukum terhadap pelaku dan selesai hingga kasus serupa lain ada dan terus berulang tanpa ada solusi tuntas menyelesaikan akar persoalan.

Islam, tidak pernah membiarkan tragedi itu terjadi. baik secara preventif, penanganan dan penaggulangannya, termasuk dalam pemeliharaan fitrah keibuan.

1. Sistem Islam Memastikan Keimanan adalah fondasi kuat sebagai tindakan prefentif.

Sistem Islam akan senantiasa menjaga berbagai aturan kehidupan berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Sehingga setiap individu akan memandang bahwa berbagai persoalan dalam kehidupan adalah ujian dan bentuk kasih sayang sang Pencipta. Sistem Islam akan senantisa menjadikan penanaman keimanan dan ketakwaan terus tertanam, tumbuh dan subur dalam hati dan pemikiran setiap rakyatnya. Sehingga akan membentuk individu rakyatnya yang tangguh dan shalih.

2. Sistem Islam Menangani Problematika Kehidupan secara Tuntas

Sistem ekonomi Islam menjadikan rakyatnya sejahtera. Karena negara bukan sebagai regulator saja, tetapi mampu menciptakan sistem ekonomi yang handal berupa Baitul mal yang peruntukannya secara maksimal untuk rakyat. Negara memastikan rakyatnya sejahtera, sehingga problematika kehidupan secara finansial bagi rakyat tidak akan pernah dibiarkan. Selain itu fungsi keluarga di dalam sistem Islam akan terjaga sesuai fitrahnya, yaitu Suami sebagai imam dan tulang punggung keluarga yang akan dipastikan mencari nafkah lahir dan pemenuhan nafkah secara batin, istri sebagai ibu rumah tangga dan madrasah pertama bagi anak-anaknya akan secara maksimal dalam memastikan ketahanan dan kebahagiaan keluarga senantiasa terjaga, bahkan lebih dari itu, generasi yang dididik oleh ibunya akan menjadi generasi tangguh dan unggul. Wanita dalam hal ini adalah istri sekaligus ibu dari anak-anaknya tidak akan lagi terbebani tanggung jawab pemenuhan ekonomi.

3. Sistem Islam Menanggulangi Problematika Kehidupan secara Adil

Sistem peradilan di dalam Islam merupakan sistem peradilan yang berlandaskan ketaatan dan takut akan Allah Swt. Sehingga penegakkan hukum dalam sistem Islam akan berdasar kepada aturan shahih, yaitu Al-Qur’an dan As Sunnah, yang di dalamnya telah lengkap mengatur hukum yang menjadikan setiap individu menjadi taat (jawabir dan zawajir). 

Demikianlah, Sistem pemerintahan Islam yang begitu sempurna, sehingga jika diterapkan secara utuh, tentu akan menjadikan setiap umat manusia pada umumnya dan setiap kaum muslim sejahtera dan tangguh baik secara keimanan, finansial, ekonomi dan politik. Dan tentu saja, setiap ibu akan secara bahagia menjalankan peran kehidupannya.

Wallaahualam bissawab[]