-->

Kasus Demam Berdarah Meningkat. Apakah Solusi Sudah Tepat?

Oleh: dr. Siti Anisa Maulidia

Praktisi Kesehatan

Demam berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Sampai saat ini, penyakit DBD masih belum terkendali dengan baik, terbukti dengan peningkatan angka kejadian secara bermakna di seluruh dunia serta wabah yang terjadi setiap tahun di Indonesia. 

Pada tahun 2021, kasus DBD di Indonesia, sebanyak 73.518 kasus dengan angka kematian 705 orang. Sedangkan, pada tahun 2022 sebanyak 131.265 kasus dengan angka kematian 1.183 orang. Pada periode Januari – Juli 2023, sebanyak 42.690 orang terinfeksi DBD dan 317 orang meninggal (https://www.kemenkopmk.go.id/ 29/08/2023). 

Kasus DBD di Palembang saat ini mengalami peningkatan yang signifikan. Dinas Kesehatan Kota Palembang mencatat sudah ada 232 kasus DBD dengan 4 orang dilaporkan meninggal dunia. Dibandingkan bulan sebelumnya, jumlah kasus DBD tercatat 140 kasus. Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Palembang Yudhi Setiawan mengatakan kasus DBD pada bulan Febuari 2024 mengalami peningkatan 60% dari bulan sebelumnya. (www.detik.com/sumbagsel 10/02/2024)

DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini ditemukan endemis di wilayah tropis dan subtropis. Pada negara – negara di wilayah ini biasanya kondisi iklim dan temperatur sangat cocok dengan pola perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. 

Oleh karna belum tersedia pengobatan yang spesifik untuk mengatasi infeksi virus Dengue, maka penanggulangan DBD berfokus pada upaya pencegahan dan manajemen vektor yang efektif, sistem surveilans dan respons yang cepat mendeteksi dengue di layanan primer/rumah sakit. Namun demikian, penanggulangan DBD tidak cukup dengan hal itu saja, melainkan juga membutuhkan perbaikan dari sisi ekonomi.  

Bagaimana masyarakat bisa menerapkan hidup bersih dan sehat, jika untuk tinggal di rumah layak huni serta akses air bersih saja masih kesulitan. Bahkan, banyak dari mereka yang tidak memiliki rumah dan terpaksa menggelandang. 

Bagaimana masyarakat bisa memenuhi asupan gizi sehari-hari, jika untuk membeli beras saja masih kesulitan. Sedangkan orang dengan kekebalan tubuh yang baik teradap virus dengue tidak akan terserang DBD walaupun dalam darahnya terdapat virus tersebut. Sebaliknya orang yang kekebalan tubuhnya lemah terhadap virus dengue akan terserang DBD. 

Selain itu, meningkatnya kasus dan kematian DBD bisa disebabkan karena masih banyaknya  masyarakat yang tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan dengan layak. Birokrasi pelayanan kesehatan yang rumit sering kali menghambat terpenuhinya hak sehat bagi masyarakat. 

Kondisi saat ini tentu berbeda jika sistem Islam diterapkan. Islam memiliki konsep bahwa tugas negara adalah mengurusi urusan umat dan bertanggung jawab menjamin semua kebutuhan dasar warganya terpenuhi seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan tentunya kesehatan. Ditambah dengan edukasi bahwa menjaga kesehatan adalah bagian dari perintah Allah Taala. Atas dorongan takwa, rakyat dengan ringan menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan sehat. Inilah jaminan Islam untuk memberantas wabah dengan tuntas. Islam bukan sekedar agama ritual, melainkan sistem aturan yang lengkap dan menyeluruh. Oleh karenanya sudah saatnya kaum muslim meninggalkan kapitalisme yang menjadi penyebab berbagai masalah. Wallahu a’lam bisshawab.