-->

Bullying Kembali Marak, Apa Akar Masalahnya?

Oleh: Anastasia S.Pd.

Sepertinya kasus bullying sangat sulit dihilangkan di Indonesia. Sangat ironi, bullying kerap kali terjadi di dunia pendidikan, tempat di mana orang sedang mencari ilmu. Memang tidak bisa dimungkiri, kejadian bullying sering menghiasai dunia remaja. Tak terkecuali pada kasus yang telah menghebohkan saat ini, bullying yang terjadi di salah satu sekolah bertaraf internasional. Kasat Reskrim Polres Metro Tangerang Selatan AKP Alvino Cahyadi menyebut dari hasil keterangan korban peristiwa perundungan terjadi di sekolah tesebut, setidaknya dua kali disepanjang Februari 2024. CNN Indonesia (20/02/2024). 

"Dari keterangan sementara yang kita dapatkan, diduga terjadi tindakan kekerasan itu sekitar 2 kali. Yaitu pada tanggal 2 Februari dan tanggal 13 Februari," jelas AKP Alvina kepada wartawan, Selasa, (20/02/2024).

Dalam keterangannya, korban disebut diikat di sebuah tiang dan dipukuli dengan balok kayu serta disundut rokok hingga dirawat ke Rumah Sakit. Beberapa siswa lainnya diduga ikut menertawakan dan merekam aksi tersebut, sehingga videonya menjadi viral baru-baru ini.

 Wajah Suram Dunia Pendidikan 

Seharusnya dunia pendidikan mampu menghasilkan generasi hebat, penerus bangsa. Apalagi usia remaja, adalah usia yang gemilang untuk membentuk karakter dan identitas diri. Namun cita-cita luhur itu, luntur ketika saat ini kita dihadapkan dengan permasalahan remaja, yaitu bullying di lingkungan pendidikan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat terdapat sebanyak 2.355 pelanggaran terhadap perlindungan anak yang masuk KPAI hingga Agustus 2023. Dari jumlah tersebut rinciannya, yaitu anak sebagai korban bullying/perundungan 87 kasus, anak korban pemenuhan fasilitas pendidikan 27 kasus, anak korban kebijakan pendidikan 24 kasus, anak korban kekerasan fisik dan/atau psikis, 236 kasus, anak korban kekerasan seksual 487 kasus, serta masih banyak kasus lainnya yang tidak teradukan ke KPAI. Republika (09/10/2023). Tentu hal ini terjadi bukan begitu saja, ada banyak faktor yang membuat begitu banyaknya kasus bullying khususnya di dunia pendidikan. 

Bullying, Di manakah Akar Masalahnya

Lepasnya kontrol individu, keluarga, masyarakat/lingkungan, serta negara menjadi pencetus maraknya kasus bullying. Dari individu, kita menyadari bahwa, individu sekarang banyak yang individualis, tidak merasa bagian dari masyarakat. Mereka bersikap tidak peduli, melahirkan pribadi yang kurang empati. Sehingga apabila muncul peristiwa bullying di sekitarnya, mereka cenderung diam tidak merespon apa-apa. Fungsi keluarga yang sudah semakin pudar, hilangnya sosok ibu yang tidak memberikan kasih sayang dan pendidikan, menyebab anak hidup dalam kesepian tidak merasakan hangatnya perhatian. Hal tersebut membentuk karakter yang dingin dan kurang empati. Lalu keadaan masyarakat yang semakin rusak, menciptakan lingkungan yang tidak baik. Tak kalah penting dari maraknya kasus bullying, adalah harus ada peran pemerintah/negara, dalam konteks ini seharusnya menjadi benteng pertahanan, yang mampu menciptakan suasana keamanan perlindungan umatnya dari segala bentuk kekerasan. 

Namun, terlepas dari hal tersebut, akar yang paling mendasar dari permasalahan ini adalah diterapkannya sistem kapitalisme. Konsep pendidikan kita sudah sekuler sejak awal, yaitu memisahkan manusia dari aturan Tuhan-Nya. Hal tersebut berdampak pada aktivitas pembelajaran yang hanya fokus pada hasil dan materi, tanpa melihat kebutuhan ruhiyah.  

Padahal, manusia diciptakan oleh Allah Swt dalam keadaan suci. Namun, pada proses tahapan pendidikan, keluarga, lingkungan dan negara telah abai menjalankan fungsinya. Akibatnya fitrah anak-anak tidak terjaga secara optimal. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi, nasrani, dan majusi” (H.R. Muslim). 

Padahal apabila peran itu terjaga maka, akan tercipta lingkungan yang saling menyayangi. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt, yang berbunyi:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا

Artinya: Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka). (Q.S Mariyam 19: 96)

Pendidikan Islam Melahirkan Generasi Emas 

Pembentukan keimanan pada setiap individu, membutuhkan proses pembinaan yang panjang. Dibutuhkan patokan kurikulum pendidikan yang jelas, dalam Islam pembinaan sangat penting, karena menjadi faktor yang membentuk kualitas pribadi manusia. Setiap proses pendidikan Islam, melahirkan kesadaraan untuk berprilaku baik. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membangun kepribadian Islam, serta membangun pola pikir dan sikap sesuai dengan Islam. Setiap pendidikan harus berlandaskan aqidah Islam. Hal terbukti dalam sejarahnya, pendidikan Islam telah mampu mencetak generasi hebat, yang telah menghiasi peradaban dunia dengan prestasi emasnya. 

Pendidikan Islam memadukan keimanan yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu adalah amal yang harus dilakukan bagi setiap muslim, sehingga berpengaruh membentuk hubungan yang baik sesama manusia. Standar dalam menentukan baik dan buruknya, dilihat dari Islam. Sehingga demikian, setiap manusia akan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Wallahu' Alam.