-->

Mewujudkan Anak-Anak Sehat dan Pintar di Sistem Kapitalisme: Yakin Mampu?

Oleh: Syifa Islamiati 

Belum lama ini Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat Diskusi The 2024 Asia Pacific Human Development Report di Jakarta mengatakan bahwa masyarakat Indonesia mesti sehat dan pintar jika ingin menjadi negara maju (20.detik.com, 4/12/2023). Lalu apakah pemerintah Indonesia mampu mewujudkannya? Karena jika pemerintahnya kurang peduli terhadap masyarakat, terutama terkait masalah kesehatan dan pendidikan, maka menjadikan masyarakat yang sehat dan pintar hanyalah angan-angan semata.

Sejatinya sehat dan pintar memang menjadi dambaan bagi setiap orang khususnya pada anak-anak di manapun berada. Kesehatan merupakan aset yang harus disyukuri dan dijaga dengan senantiasa menjalani pola hidup sehat agar tidak mudah jatuh sakit. 

Tetapi apakah bisa jika masih berada dalam kungkungan sistem kapitalisme? Karena saat ini, untuk menjadi sehat dan pintar pastinya butuh biaya yang tidak sedikit. Pasalnya, banyak anak-anak yang masih kekurangan gizi akibat asupan makanan yang diberikan tidak mencukupi nilai gizi. 

Bagaimana tidak, masyarakat dengan penghasilan yang sedikit, jelas tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pokok yang harganya terus merangkak naik. Sekadar bisa makan sehari tiga kali saja mereka sulit. Lalu bagaimana bisa mencukupi seluruh anggota keluarga dengan asupan makanan yang bergizi setiap harinya? Bantuan sosial dari pemerintah pun nyatanya tidak memberikan solusi terkait pemenuhan gizi masyarakat.

Belum lagi lingkungan tempat tinggal masyarakat yang notabene masih berada di tempat yang kurang bersih. Misalnya, ada yang dekat dengan pabrik atau industri, dekat dengan tempat pembuangan sampah dan sebagainya. Bisa dibayangkan bagaimana kotornya polusi udara, kurangnya ketersediaan air bersih di sekitar mereka. Rasanya masih jauh dari harapan jika menginginkan anak-anak bisa tumbuh sehat di sistem hari ini.

Begitu pula mewujudkan anak-anak yang pintar hari ini rasanya mustahil karena anak-anak zaman now lebih banyak berinteraksi via media sosial. Hampir setiap saat anak-anak disuguhi oleh konten-konten yang unfaedah, game-game yang tidak mendidik, tontonan yang hanya sekedar hiburan dan lain sebagainya. 

Mirisnya lagi semua itu mudah diakses oleh berbagai kalangan termasuk anak-anak. Tidak ada filter yang membatasi mereka, semua konten dibiarkan berseliweran mengisi ruang media sosial, baik itu konten mendidik maupun tidak.

Maka tidak heran jika hari ini banyak anak-anak sudah tidak lagi tertarik dengan buku. Jangankan untuk membaca, saat melihat buku saja mereka malas. Minat baca anak-anak sekarang ini mulai minim bahkan hampir tidak ada. Walau banyak buku-buku di design semenarik mungkin, tapi mereka lebih memilih nonton film atau konten-konten via gadget daripada membaca buku.

Miris memang, tapi itulah fakta yang terjadi hari ini. Tidak hanya malas membaca, anak-anak hari ini juga banyak yang putus sekolah akibat biaya pendidikan yang terbilang mahal. Akhirnya banyak dari mereka yang terpaksa harus bekerja. Menurut Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) bahwa jumlah pekerja anak cenderung naik setiap tahunnya. Tahun 2019 jumlah pekerja anak sebanyak 940 ribu jiwa. Namun pada 2020 penduduk usia anak (10-17 tahun) yang menjadi pekerja sebanyak 1,17 juta jiwa. (Bandungbergerak.id, 6/9/2023)

Maka mewujudkan anak-anak yang pintar hari ini bisa dibilang sulit. Sumber daya manusia yang ada juga memiliki kualitas yang sangat rendah. Sedangkan pemerintah terbilang lambat mengurusi persoalan anak-anak terutama dalam hal kesehatan dan pendidikan. Semua realitas yang terjadi seputar anak di sistem kapitalisme saat ini jelas menunjukkan betapa iklim kehidupan yang mereka dapatkan benar-benar tidak kondusif untuk menjadi calon-calon generasi terbaik.

Mesti butuh dukungan dari semua pihak, keluarga, masyarakat bahkan negara untuk menjadikan anak-anak hari ini menjadi anak-anak sehat dan pintar di masa depan. Mereka tidak sekadar membutuhkan imbauan, tetapi juga butuh sistem kehidupan yang mampu memberikan pengaruh besar. Yakni sistem Islam yang telah terbukti mampu melahirkan generasi yang sehat, kuat dan mustanir.

Daulah Islam hadir dengan menerapkan seluruh hukum Allah dalam setiap tatanan kehidupan. Umat dapat menjalankan kehidupan dengan hati yang tenang karena pemenuhan kebutuhan pokoknya dijamin sepenuhnya oleh daulah. Daulah juga bertanggungjawab atas rakyat yang ada dalam amanahnya tanpa membeda-bedakan satu sama lain. 

Pun memperhatikan kebutuhan rakyatnya salah satunya menjamin kesehatan dan pendidikan mereka. Maka anak-anak yang sehat dan pintar hanya akan terwujud jika sistem yang diterapkan dalam kehidupan yaitu sistem Islam kaffah.