-->

Maraknya KDRT Berujung Maut Pada Anak, Bukti Hilangnya fitrah Ayah Di Sistem Sekularisme Kapitalis

Oleh: Azza hafizah

Belum lama ini kita dikejutkan oleh 2 kasus keji seorang ayah yang melakukan tidakan KDRT terhadap anaknya sampai korban meninggal dunia .

Pertama, Polres Jakarta Selatan membeberkan aksi sadis Panca Darmansyah, ayah dari empat anak yang ditemukan tewas dalam kamar di Jagakarsa. Panca telah ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi setelah dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) tewasnya VA (6), SA (4), AA (3) dan AK (1).

Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Bintoro membeberkan Panca membunuh anaknya dengan cara sadis, yakni dengan membekap satu per satu pada Minggu (3/12/2023) siang. Sebelum melakukan aksi keji tersebut, Panca juga sempat merekam aktivitas anaknya di dalam kamar dan juga merekam aksinya membekap empat buah hatinya itu hingga tewas.

"Yang bersangkutan melakukan pembunuhan secara bergantian dimulai yang pertama anak paling kecil berinsial A, umur 1 tahun," katanya.

Lalu dilanjutkan anak berinisial A berumur 3 tahun, selanjutnya anak ketiga berumur 4 tahun dan terakhir anak ertua umur 6 tahun. (Beritasatu.com 9/12/23)

Dari data terbaru polisi menduga kasus ini dilatar belakangi oleh kecemburuan tersangka oleh istrinya.  Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro mengatakan, pesan yang ditulis oleh Panca bernada kecemburuan kepada istrinya. Namun, Bintoro tak merinci lebih jauh mengenai pesan tersebut.

"Sudah ada nanti kita sampaikan, tentang masalah kecemburuan yang bersangkutan. Jadi, intinya yang bersangkutan adanya kecemburuan terhadap istrinya," kata Bintoro. (Jawapos.com , 15/12/23)

Pelaku dijerat Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, juncto Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Dia terancam hukuman maksimal pidana mati atau penjara seumur hidup. 

Dan sampai saat ini polisi masih menyelidiki kasus tersebut dan tersangka masih menjalani pemeriksaan kejiwaan

Kedua, Polisi menetapkan pria berinisial U (44l) sebagai tersangka pembunuhan terhadap anaknya K (11) di Penjaringan, Jakarta Utara. 

"Iya sudah jadi tersangka," ujar Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan kepada wartawan, Jumat (15/12/2023).

Dari hasil autopsi yang dilakukan kepolisian, penyebab kematian korban adalah luka tumpul di dahi kiri.

Atas perbuatannya, U dijerat Undang-Undang terkait Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) pasal 44 Ayat 3 yang menyebabkan kematian dan Undang-Undang Perlindungan Anak.

Gidion mengatakan kasus kekerasan itu berawal ketika sang anak berinisial K (11) ditegur oleh salah satu warga di lokasi kejadian. Setelah itu pelaku langsung mencari anaknya yang ada di lokasi.

"Kemudian melakukan kekerasan terhadap anaknya dengan cara membanting, kemudian mengalami luka di bagian kepala dan keluar darah dari hidung, meninggal dunia," tuturnya.

Dari hasil pemeriksaan tes urine, dipastikan aksi kekerasan yang dilakukan pelaku U tidak dipengaruhi oleh konsumsi narkoba maupun obat-obatan berbahaya lainnya.

"Kita lakukan pemeriksaan laboratoris terhadap sample urine dan menunjukkan negatif, negatif narkoba, negatif obat-obatan berbahaya lainnya," tuturnya. (Beritasatu.com 16/12/23)

Dalam pemeriksaan polisi mengatakan ayah (tersangka) dalam keadaan sadar tidak dalam pengaruh obat-obatan. lalu apa yang menyebabkan ayah tersebut tega melakukan KDRT sampai anaknya tewas.

KDRT disebabkan oleh kasus internal seperti masalah ekonomi dan faktor eksternal seperti perselingkuhan. (vidio YT MMC 13/12/23)

Pada kasus yang sama pada bulan mei 2023 Dr. Arum hardjanti menelaah, tampak nyata ada faktor internal dan eksternal yang memicu terjadinya pembunuhan yang seharusnya mustahil terjadi.

“Kedewasaan dan kematangan mental tampaknya belum terwujud sehingga tidak siap dengan tanggung jawab sebagai seorang ayah. Hal ini tentu juga erat kaitannya dengan keimanan seseorang dalam menerima semua yang terjadi padanya, baik itu berupa kerepotan mengurusi anak, keridaan atas cacatnya anak, ataupun kesulitan hidup yang terjadi,” jelasnya. 

Arum menjelaskan, dengan jauhnya agama dari kehidupan, membuat seseorang berpikir pendek dan membuatnya putus asa atas persoalan yang menimpanya.

“Di sisi lain, kesulitan ekonomi merupakan buah dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang tidak memiliki kepedulian pada orang-orang yang lemah. Dengan peran negara hanya sebagai regulator, maka orang-orang yang lemah ini tidak memiliki kemampuan untuk hidup sejahtera. Kemiskinan jelas meningkatkan tekanan kehidupan,” urainya.

Selain itu, lanjut Arum, sekularisme juga membuat sistem pendidikan gagal mencetak individu yang kuat mentalnya. 

“Oleh karenanya, menjadi satu keniscayaan, dalam naungan sekularime kapitalisme lahir ayah-ayah yang lemah dan tidak memahami peran pentingnya sebagai pelindung dan pengayom keluarga termasuk anaknya sendiri. Akhirnya, terjadilah laki-laki menjadi ayah yang bermental lemah, juga berlaku jahat kepada buah hatinya sendiri,” paparnya.

Namun, Arum menyatakan, kondisi tersebut tidak akan terjadi dalam sistem Islam. “Islam jelas mewajibkan negara menjamin kesejahteraan setiap individu rakyatnya, termasuk individu yang lemah dan memiliki keterbatasan. Islam juga menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak sehingga memungkinkan para ayah bekerja dan mendapatkan penghasilan yang layak. Dengan layanan kesehatan dan pendidikan yang dijamin negara, maka sejahtera akan mudah terwujud,” ucapnya.

Di sisi lain, lanjutnya, sistem pendidikan Islam akan melahirkan ayah yang kuat imannya sehingga senantiasa taat pada syariat Allah dan rida dengan ketetapan Allah.

“Kurikulum pendidikan Islam juga akan menghantarkan penguatan peran manusia sesuai dengan fitrahnya, sehingga para ayah tidak saja giat dan semangat bekerja, tetapi juga tangguh dan sabar dalam membantu istrinya mengurus anak-anaknya,” jelasnya.

Dengan demikian, ia menuturkan, akan terwujud para ayah yang tetap terjaga fitrah pelindung dan pengayom yang akan mendampingi buah hatinya dengan penuh kasih sayang dan mendidiknya menjadi muslim yang taat dan tangguh.

“Maka, di dalam negara yang menerapkan Islam secara kafah, tidak akan ditemui sosok ayah yang tega membunuh buah hatinya sendiri,” tandasnya. (Mnews. 6/5/23)

Wallahu A'lam Bishowab