-->

Bencana Sering Terjadi, Segera Tegakkan Syariat-Nya

Oleh Mariah (Pendidik Generasi)

Saat ini Indonesia kembali di landa bencana. Belum selesai bencana banjir bandang dan angin kencang yang menerjang beberapa wilayah. Seperti dilansir, Jakarta, CNN Indonesia -- Kabupaten Bandung, Jawa Barat diterjang angin kencang dan banjir bandang pada Senin (25/12) kemarin. Imbas kejadian itu, 102 unit rumah rusak. Rinciannya, 14 rumah rusak berat, 2 rumah rusak sedang dan 62 rusak ringan. "Sementara enam rumah mengalami rusak ringan akibat banjir bandang," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan tertulis, Selasa (26/12).

Masih di Jawa Barat dan di bulan yang sama bencana angin kencang pun menerjang. Seperti dilansir, PRFMNEWS - Tiga kecamatan di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat diterjang angin kencang pada Jumat, 29 Desember 2023. Mengutip data BPBD Kabupaten Bandung, tiga kecamatan yang diterjang angin kencang yakni Kecamatan Arjasari, Kecamatan Cimenyan, dan Kecamatan Ciparay. Angin kencang menerjang tiga kecamatan di Kabupaten Bandung tersebut sekitar pukul 17.35 WIB. 

Fase peralihan musim sepertinya menjadi hal yang menakutkan, terlebih perubahaan cuaca saat ini yang sangat ekstrem. Akan tetapi, selain dari hal itu bencana pun bisa diakibatkan karena kerusakan alam yang memperburuk dampak dari bencana alam itu sendiri.

Selama penanganan bencana dan urusan rakyat masih dalam sistem kapitalisme, maka masyarakat akan terus merasakan dampak bencana baik materi maupun nonmateri. Faktor kerusakan alam yang terjadi sekarang ini pun tak lepas dari salah tata kelola sumber daya alam yang ada. Seperti hutan yang beralih fungsi menjadi lahan pertanian atau perkebunan, pembukaan lahan pemukiman dengan membabat habis kaki gunung ataupun perbukitan. Bahkan demi ambisi kekuasaan, hutan Kalimantan pun digunduli untuk membangun Ibu Kota Negara baru. Semua itu tentu merusak alam yang membuat bencana terjadi. Adapun penanganan dampak dari bencana tersebut terkadang menyisakan permasalahan baru di tengah-tengah masyarakat. Seperti tidak jelasnya bantuan bagi masyarakat yang terdampak mulai dari perbaikan atau relokasi tempat tinggal, sekolah, fasilitas umum maupun pemulihan ekonomi pasca bencana. 

Terkait kerusakan alam yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia, Allah Swt. telah memberi peringatan kepada kita sebagai manusia. 

Allah Swt. berfirman di dalam Al-Quran, Surat Ar-Rum ayat 41: 

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Selain itu penyebab segala bencana yang dihadapi oleh manusia, baik individu maupun negara adalah akibat kemaksiatan. Kemaksiatan tersebut dilakukan oleh pemimpin yang menerapkan aturan manusia dan malah mencampakkan aturan Allah serta kemaksiatan yang dilakukan oleh rakyat jelata. 

Islam memandang bencana yang terjadi bisa jadi merupakan peringatan dari Allah Swt. atas kemaksiatan dan pelanggaran hukum syara  yang dilakukan. 

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab ra., selama sembilan bulan terjadi bencana kekeringan (‘amu ramâdah) yang mengakibatkan bencana kelaparan, yakni pada 17 H sampai awal 18 H. Menghadapi bencana ini, Beliau berkata kepada rakyatnya, “Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dalam diri kalian dan dalam urusan kalian yang tidak kelihatan manusia. Sesungguhnya aku diuji dengan kalian dan kalian diuji denganku. Aku tidak tahu apakah kemurkaan itu kepada diriku, bukan kalian, atau kemurkaan itu kepada kalian, bukan diriku, atau kemurkaan itu berlaku umum kepadaku dan kepada kalian. Oleh karenanya, marilah kita berdoa kepada Allah agar Dia memperbaiki hati-hati kita dan merahmati kita, serta agar Dia mengangkat bencana ini dari kita.”

Apa yang disampaikan Umar ini diterapkan dalam langkah-langkah nyata. Satu tahun berikutnya, mereka hidup dalam kondisi sejahtera. Bahkan, Umar memberikan santunan kepada setiap bayi. Tahun pertama mendapat 100 dirham dan tahun kedua mendapat 200 dirham. Selain itu, mampu menggaji guru 15 dinar (63,75 gr emas) per bulan. Bahkan pada 20 H mulai mencetak mata uang dirham sendiri.

Dari pengalaman khalifah Umar bin Khattab ra. tersebut kita dapat mengambil hikmah betapa kita sebagai manusia harus bertakwa kepada Allah Swt dengan menjalankan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA. Termasuk bersegera dalam menegakkan syariat Islam sesuai perintah-NYA.

Wallahu'alam bissawab