Media dalam Menggiring Isu Palestina
Oleh: Nabila Sinatrya
Melansir dari aljazeera.com (01/12/23) lebih dari dari 180 warga gaza menjadi korban dari setelah seminggu gencatan senjata, Wilayah timur Khan Younis di selatan Gaza menjadi sasaran pemboman hebat. kelompok hak asasi manusia telah berulang kali memperingatkan bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza.
Begitulah kondisi di Gaza, penjajahan entitas Yahudi terus melakukan penjajahan. Angka korban yang meninggal terus meningkat, sayangnya tidak ada yang bisa menghentikan termasuk PBB. Lembaga yang konon memperjuangkan hak asasi manusia, tapi lain cerita dalam pembelaan penjajahan Gaza.
Penguasa di sekitar Palestina pun diam tak bersuara, padahal Saudi Arabia adalah negara kaya akan persenjataan. Iran, Lebanon, Yaman, Yordania, dan sebagainya tak bisa menghentikan kebengisan, laknatullah entitas Zionis.
Bungkamnya penguasa Muslim disebabkan adanya sekat-sekat khayal nasionalisme, yang seolah-olah persoalan Gaza hanyalah persoalan Palestina. Ide yang lahir dari paradigma sekulerisme, membuat umat Islam dengan jumlah besar akhirnya lemah tak berdaya. Sistem dunia ini tidak didesain untuk menyelesaikan persoalan Gaza, two state solution yang diperdebatkan tidak juga bekerja.
Media pun memiliki peran untuk mendukung propaganda entitas Yahudi, dengan menyebarkan berita-berita hoax juga melakukan playing victim. Komisioner Uni Eropa Thierry Breton memberi ultimatum kepada oligarki digital seperti Meta, TikTok dan X (Twitter) untuk menghapus konten-konten yang pro Palestina dalam waktu 24 jam. Konsekuensi pembangkangan akan mendapat denda 6% dari pendapatan tahunan globalnya, (cnbc.com/13/10/2023).
Angel berita media barat senantiasa menghembuskan dari sudut pandang negatif untuk menutupi kebenaran Islam, hal ini jelas adanya karena sistem kehidupan yang berasas pada sekularisme-Kapitalisme. Kebenaran hanya berpihak pada pemangku kepentingan. Noam Chomsky mengatakan bahwa “media barat tidak berpihak kepada kebenaran dan objektivitas, melainkan kepada kepentingan ekonomi dan politik pemilik-pemiliknya.”
Wajar jika ada pihak-pihak yang ketakutan akan menguatnya pembelaan masyarakat dunia terhadap umat Islam di Palestina. Lalu mereka pun sekuat tenaga membungkam atau mengalienasi semua narasi tentang Palestina yang isunya bisa menjadi pemersatu kaum muslim dunia.
Eskalasi perbincangan Palestina semakin meluas, opini umum pun bisa mempengaruhi kondisi di medan perang, sehingga harus terus disuarakan arah perubahan hakiki untuk Palestina. Mau dibicarakan dari sudut pandangan historis maupun politis, palestina terbukti hak kaum Muslim. Bukti untuk menyuarakan bahwa tanah Palestina harus dikembalikan sudah dikantongi umat Islam.
Sudah menjadi keharusan untuk memahami kondisi yang sebenarnya dan tepat dalam bersikap. Tidak terjebak dalam solusi pragmatis kemerdekaan palestina. Terus menerus melakukan pencerdasan, mengasah bacaan politik kita dengan mengikuti peristiwa-peristiwa negara pemilik konstelasi dan yang terlibat dengannya.
Peran media dalam daulah Islam sebagai sarana menebar kebaikan, alat kontrol dan sarana syiar dakwah Islam baik di dalam maupun ke luar negeri, juga berperan sebagai benteng penjaga umat dan negara, sekaligus sebagai sarana edukasi umat dalam kerangka mendukung penerapan dan pelaksanaan hukum- hukum syariat Islam.
Wallahu’Alam bishowab
Posting Komentar