-->

Krisis Mental Anak Meningkat; Islam Solusi Tepat

Oleh: Dewi Kania (Aktivis Dakwah)

Masa kanak-kanak, adalah masa yang terindah yang pernah dilalui semua orang. Namun demikian ada beberapa anak yang kurang beruntung, di mana tumbuh kembang mereka diwarnai dengan berbagai problem yang seharusnya tidak mereka alami.  Keluarga dan  lingkungan bisa menjadi faktor negatif yang berpengaruh, padahal keluarga merupakan rumah bagi anak, tempat dimana penuh dengan curahan kasih sayang dari orang tua.

Setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun, tidak semua anak dapat memahami kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Seperti Yang terjadi di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan. Seorang anak yang masih duduk di kelas 5 SD nekad mengakhiri hidup dengan cara gantung diri usai dilarang main hp oleh ibunya. Sungguh miris sekali. 

Kejadian berawal pada Rabu sore (22/11), pukul 12.30.

Dari keterangan yang diberikan sang ibu, ia menyuruh anaknya untuk makan siang tapi tidak dihiraukannya, sehingga si ibu menegur lalu mengambil hpnnya. Hingga anak marah masuk kamar lalu menguncinya dari dalam. Hingga sore hari, si ibu berniat membangunkannya untuk siap-siap pergi ke TPQ. 

Sungguh diluar dugaan, dari celah pintu kamar ibu korban  mengintip,  diketahui anak tersebut telah tergantung dengan menggunakan kain selendang yang diikatkan ke jendela kamarnya.Korban langsung dievakuasi dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pemeriksaan secara medis. Namun hasilnya korban sudah dalam keadaan meninggal.

Keluarga korban hanya bisa menerima kematiannya sebagai musibah.

Kasatreskrim Polres Pekalongan , AKP Isnovim membenarkan adanya kejadian tersebut. Pihaknya telah menerima adanya laporan tersebut, pada Rabu sore (22/11).

Kasus serupa terjadi di Banyuwangi, MR anak usia 11 tahun meninggal dengan gantung diri dengan dugaan kerap mengalami perundungan atau bullying dari teman- temannya. 

Ayahnya meninggal setahun yang lalu dan itu salah satu penyebabnya hingga mendapatkan perundungan dari tempatnya mengaji dan sekolah.

Sudah setahun MR mengalami perundungan dan  sering mengadu kepada ibunya. Pihak keluarga menyampaikan bahwa akibat sering di bully anaknya menjadi murung dan terkadang tidak mau sekolah.

Menilik fakta di atas sungguh sangat memprihatikan sekaligus menjadi perhatian untuk para orang tua. Juga para pendidik, bahwa kasus bunuh diri saat ini menjadi jalan yang dipilih anak-anak untuk menyelesaikan masalah akibat depresi, kasus perundungan serta faktor yang lainnya. Tercatat sejak Januari 2023  ada 20 kasus bunuh diri anak  (Disampaikan oleh Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA). Nahar.

Anak-anak yang melakukan bunuh diri kebanyakan usia di bawah 18 tahun.

Usia yang tergolong belia untuk berpikir sejauh itu. Memang pada dasarnya tidak semua anak bisa mengungkapkan perasaannya, ada sebagian anak yang sulit berinteraksi dengan orang tuanya dan teman-teman  di sekitarnya. Terkadang disebabkan merasa  rendah diri dan merasa dirinya tidak mampu, maka kedepannya anak akan sulit menghadapi permasalahan secara positif dan optimis. Begitupun dengan kasus bunuh diri, di mana mereka memerlukan banyak perhatian dan dukungan yang positif dari keluarga, lingkungan dalam membantu mencari jalan keluarnya.

Perhatian dan kasih sayang, tentunya orang tua yang pertama kali memberikannya. Peran orang tua dalam keluarga sangat berperan untuk tumbuh kembang anak. Ayah dan ibu sama- sama memberikan peran masing-masing dalam segala aspek. Diluar itu lingkungan tempat tinggal dan sekolah mempunyai andil atas perkembangan anak. Jika lingkungan baik otomatis anak juga berprilaku baik, begitupun sebaliknya. 

Media sosialpun  tidak luput dari perhatian, sebab anak banyak berinteraksi di media sosial. 

Kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua menjadi sebab anak dengan bebas mengakses informasi yang besar kemungkinan akan berdampak buruk jika yang mereka lihat adalah tontonan yang tidak mendidik.

Apalagi sampai kepada tindak kekerasan.

Anak-anak dan remaja adalah kelompok usia yang rentan mengalami perundungan. Oleh karena itu, di sinilah peran orang tua dalam mengawasi dan memberikan perhatian penuh terhadap anak.

Perkuat pola asuh yang mengajarkan cinta kasih kepada sesama dan menanamkan nilai-nilai keagamaan dan dikuatkan Imannya untuk selalu takut akan Tuhannya, sehingga anak akan merasa selalu diawasi oleh sang Penciptanya ketika melakukan kesalahan.

Beberapa tips agar anak terhindar dari krisis mental yaitu:  Pertama, bentuk lingkungan yang penuh kasih sayang dan aman. Kedua, bangun rasa percaya diri anak. Ketiga, pupuk rasa keberaniannya. Keempat, tanamkan ketegasan dalam dirinya. Kelima, ajarkan etika dan gugah rasa empatinya supaya anak bisa menghargai dan peduli terhadap sesama.

Itu semua akan lebih terealisasi jika negara juga ikut berperan di dalamnya. Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab secara menyeluruh termasuk mengkondisikan lingkungan yang aman dan nyaman untuk tumbuh kembang anak-anak sebagai generasi penerus peradaban. Dari sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam, hingga sistem pergaulan di masyarakat. Alhasil, krisis mental pada anak-anak tidak akan pernah terulang kembali.

Wallahualam Bishowab.