-->

Mencintai Berarti Mentaati dan Mengikuti

Oleh: Fitriani,S.Hi (Guru dan Aktivis Muslimah)

Cinta itu berkah dan rahmat. Berkah karena dengannya manusia memiliki rasa saling menyayangi, berempati, dan saling peduli. Rahmat karena ia naluri yang Allah berikan pada setiap insan. Tatkala ia digunakan untuk ketaatan, maka mewujudkan maslahat dan selamat. Namun, ketika ia digunakan untuk kemaksiatan, maka hanya akan mendatangkan mudharat dan laknat. Begitulah rasa cinta. Bisa berbuah pahala, namun juga berpotensi menabur dosa.

Cinta hakiki hanya kepada Allah dan RasulNya yang akan menghantarkan manusia pada jalan kebenaran. Saat seorang hamba mengedepankan cintanya kepada Allah dan RasulNya, sejatinya ia telah berjalan menuju Surga. Sebab, kecintaaannya kepada Allah dan RasulNya mampu mencegahnya berbuat mungkar. Tentu saja ini bukan sembarang cinta. Yang hanya terucap dari lisan, tapi nihil dalam perbuatan.

Cinta itu mencinta tanpa lelah. Cinta itu membutuhkan  komitmen ketaatan. Cinta Allah dan RasulNya wajib diutamakan. Sebagaimana firman Allah Ta'ala yang berbunyi: Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian. (QS. Ali Imron: 31).

Ayat ini menjelaskan bahwa cinta kepada Allah harus menjadi derajat cinta paling tinggi di hati kaum mukminin. Ayat ini juga mengandung makna bahwa kita diwajibkan mengikuti Nabi Shallahu alaihi wa Sallam. Mengikuti seluruh syariat yang dibawanya. Mulai dari lisannya, perbuatannya, bahkan diamnya Nabi wajib diteladani. Ayat ini juga menjelaskan bahwa Allah  akan mencintai kita manakala kita meneladani Nabi Shallahu alaihi wa Sallam.

Diantara bentuk cinta itu adalah memaknai Maulid Nabi Shallahu alahi wa Sallam dengan sebenar-benarnya. Momen Rabiul Awal yang biasanya diperingati dengan Maulid harusnya bukan sekadar bersalawat atau menyebut nama Rasulullah dalam doa, tapi juga mengikuti seluruh petunjuk risalahnya. Rasulullah mengajarkan bagaimana kesungguhan beribadah kepada Allah. Meski beliau kekasih Allah, tak serta merta membuatnya lembek dalam beribadah. Bahkan kaki beliau sampai bengkak saat salat karena banyaknya taubat dan istighfar yang dilakukannya. Rasulullah mengajarkan kepemimpinan luhur dengan mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar dalam satu ikatan akidah Islam yang kokoh. Rasulullah menyemat pesan hijrahnya bahwa Islam akan tegak bersama orang-orang yang ikhlas dan rela berkorban. Rasulullah selalu berikhtiar dalam memenangkan agama Allah. Diantaranya beliau sering terlibat dalam peperangan dengan orang-orang kafir.

Rasulullah tak hanya memberi teladan sebagai individu, berkeluarga, dan bersosial semata.

Namun, beliau juga mengajarkan berpolitik dan bernegara sesuai tuntunan Islam. Rasulullah memberi keteladanan tentang keberagaman tanpa menyalahi syariat Islam. Hal itu tercermin dari isi piagam Madinah. Menyatu tanpa mencampuradukkan ajaran Islam dengan selainnya.

Sebagai kepala negara di Madinah, Rasulullah menerapkan syariat  Islam secara menyeluruh. Hal itu tertuang nyata di dalam Shahîfah atau Watsîqah al-Madînah (Piagam Madinah): Bilamana kalian berselisih dalam suatu perkara, tempat kembali (keputusan)-nya adalah kepada Allah Azza wa Jalla, dan kepada Muhammad sawApapun yang terjadi di antara pihak-pihak yang menyepakati piagam ini, berupa suatu kasus atau persengketaan yang dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan, tempat kembali (keputusan)-nya adalah kepada Allah Azza wa Jalla dan kepada Muhammad Rasulullah saw. (Ibnu Hisyam, As-Sîrah an-Nabawiyyah, I/503-504).

Memperingati Maulid Nabi saw memang seharusnya dimaknai secara mendalam. Agar peringatan Maulid tak sekadar seremonial tahunan yang kosong makna. Mencinta Nabi sudah seharusnya mencintai seluruh syariat yang dibawanya. Tidak pilah pilih sekehendak hati. Tak ada dikotomi dalam meneladani Nabi saw. Saat salawat mengingatnya, saat menjalani kehidupan kita melalaikan sebagian syariatNya.

Mari renungkan sabda Nabi saw berikut ini: Sungguh siapapun dari kalian yang berumur panjang sesudahku akan melihat perselisihan yang banyak.  Oleh karena itu kalian wajib berpegang pada Sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk.  Berpegang teguhlah pada sunnah itu dan gigitlah itu erat-erat dengan gigi geraham. (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan at-Tirmidzi).

Jika seorang Muslim mencintai sang Nabi, harus membuktikan kecintaannya tersebut. Bukti cinta kepada Nabi, di antaranya, Pertama, berkeinginan kuat untuk bertemu dan berkumpul bersama Nabi. Bagi Muslim generasi setelah sahabat termasuk generasi sekarang yang tidak memiliki kesempatan bertemu dengan sang Nabi mesti berharap agar dikumpulkan bersama Nabi di Jannah Firdaus yang Allah SWT janjikan kepada orang-orang saleh dan muttaqin. Yakni, dengan cara melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi setiap larangan-Nya.

Kedua, menaati beliau dengan menjalankan sunahnya dan mengikuti setiap ajarannya. Allah SWT menegaskan, dengan menaati Nabi, berarti telah menaati Allah. Melaksanakan sunah Nabi memiliki keistimewaan dan memberi kebahagiaan tersendiri. Selain merasa dekat dengan Nabi, secara saintis sunah-sunah Nabi memiliki efek menyehatkan. Ketiga, memperbanyak shalawat kepadanya. Nabi bersabda, Barang siapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali. (HR Muslim). Allah SWT senantiasa melindungi dan merahmati mereka yang bershalawat kepada Nabi. Bahkan dengan memperbanyak shalawat, mempermudah setiap urusan duniawi.

Keempat, mencintai orang-orang yang dicintai Nabi. Jika Nabi mencintai para sahabatnya, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dll, serta para istri dan keturunannya, sudah sepatutnya seorang Muslim mencintai mereka pula. Kelima, mengikuti akhlaknya. Tidak dimungkiri bahwa Nabi SAW memiliki akhlak yang mulia. Firman Allah SWT dalam QS al-Qalam ayat 4, Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berakhlak yang agung. Salah satu tugas Nabi diutus, yakni untuk menyempurnakan akhlak. Nabi bersabda, Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR Bukhari)

Bukti-bukti cinta ini perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan selalu mentaati dan mengikuti semua ajaran yang dibawa oleh Nabi. Termasuk perjuangan beliau menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Mewujudkan Islam Kaffah dalam naungan Daulah Islamiyah. Keluhuran akhlak beliau dapat menjadi standar dasar akhlak yang harus dimiliki. Dengan menunjukkan bukti mencintai Nabi, semoga kelak dikumpulkan bersamanya di jannah Allah nanti. Wallahu alam.