-->

Kepedulian pada Tetangga Langka di Era Kapitalisme Sekuler

Oleh: Syifa Islamiati 

Hidup bertetangga tentu tak selalu rukun dan damai. Adakalanya bertengkar, tak saling tegur sapa bahkan seringkali bersikap acuh tak acuh alias tak peduli satu sama lain. Sesama tetangga ada yang chemistry-nya kuat seperti keluarga sendiri, tapi tak sedikit pula yang seperti musuh bebuyutan, saling sindir, saling membicarakan keburukan dan beradu menjatuhkan.

Secara naluri, kita tentu ingin bertetangga dengan mereka yang penuh perhatian dan kepekaan. Tetapi di zaman sekarang ini, justru menjadi barang langka hidup di kelilingi oleh tetangga yang shalih dan baik. Kebanyakan hari ini masyarakat memiliki sifat individualisme, bernafsi-nafsi, hidup masing-masing, tak peduli bahkan terhadap tetangga terdekatnya.

Seperti belum lama ini viral kasus di Perumahan Bukit Cinere Indah, Depok. Di perumahan tersebut telah ditemukan mayat seorang ibu dan anaknya yang tinggal kerangka (Tempo.co, 10/9/2023). Bagaimana bisa mayat ditemukan ketika hanya tersisa kerangkanya saja?! Tentu menimbulkan pertanyaan besar, kemana tetangga sekitarnya? Tidakkah ada rasa curiga mengapa tetangganya tersebut tak pernah terlihat atau keluar rumah? 

Hal ini salah satu bukti yang makin jelas menunjukkan bahwa masyarakat kini minim kepedulian terhadap lingkungan. Individualis telah menjadi bagian karakter dan budaya masyarakat dalam sistem kapitalis sekuler. Sedihnya di satu sisi akhirnya menjadikan sebagian mereka yang sekalipun berniat membantu dengan ikhlas kadang dianggap ikut campur oleh sebagian yang lain. 

Didikan sistem kapitalis sekulerlah yang menjadikan kehidupan masyarakat menjadi tak nyaman. Merasa bisa menyelesaikan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain. Bebas berbuat sesuka hati selagi tak mengganggu kehidupan orang lain. Membantu hanya jika ada timbal baliknya atau bahkan sekadarnya. Jika ini dibiarkan berlarut-larut jelas berbahaya karena manusia sejatinya adalah makhluk sosial, saling membutuhkan, bukan makhluk yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Dari sini kita bisa melihat bahwa kehidupan bertetangga di sistem kapitalis sekuler sangat bertolak belakang dengan sistem Islam. Dalam Islam, umat senantiasa diajarkan untuk selalu berbuat baik terhadap tetangga. Rasulullah saw. bersabda:

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنه، أن النبي ﷺ يقول: خيرُ الأصحابِ عند اللهِ خيرُهم لصاحبِه، وخيرُ الجيرانِ عند اللهِ خيرُهم لجارِه". أخرجه الترمذي

"Dari Abdullah bin Amr ra, bahwa Nabi saw. bersabda, "Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada tetangganya." (HR. at-Tirmidzi).

Pun dalam Islam, peduli terhadap tetangga merupakan suatu keharusan dan termasuk akhlak yang mulia. Rasulullah saw. bersabda:

 مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya." (HR. Bukhari-Muslim).

Selain itu, Islam juga mengajarkan kepada masyarakat untuk saling beramar makruf nahi mungkar sehingga terbentuklah kehidupan masyarakat Islami yang khas, seperti saling membantu, saling peduli, saling mengingatkan dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Dengan begitu, mereka tak lagi menutup mata, pura-pura tak tahu dengan kondisi lingkungan sekitar. 

Maka dengan sendirinya secara otomatis terbentuklah atmosfer kehidupan bertetangga yang nyaman. Dan hanya di bawah kepemimpinan Islam sajalah, memiliki tetangga yang tinggi rasa kepedulian terhadap sesama tak lagi menjadi khayalan. Cukuplah tuntunan syariat Islam menjadi pengingat bagi kita untuk selalu berbuat baik terhadap sesama manusia termasuk tetangga. Wallahua'lam bishawab.