-->

Fenomena Bundir, Liberalisme Akar Masalahnya

Dikutip Republika.co.id, Minggu (15/10/2023) Fenomena bunuh diri pada usia remaja atau usia dewasa dini sering terjadi saat ini. Bahkan kasus terakhir bunuh diri dilakukan seorang mahasiswi karena tidak bisa memenuhi ekspektasi orang tuanya. 

Maraknya kasus bunuh diri di kalangan remaja ditentukan oleh banyak faktor, baik internal atau eksternal. Di antaranya kurikulum Perguruan Tinggi, gaya hidup modern, dan ketahanan mental. Semua faktor ini lahir dari sistem sekuler liberal. Ditambah lagi dari tontonan yang mereka akses dengan sangat mudah mereka terjerumus dalam budaya budaya bundir yang dicontohkan idola, juga budaya menyakit diri lainnya hingga menghilangkan nyawa sendiri. Miris!

Terkait tuntutan dan ekspektasi di kalangan sosialita, juga banyak sekali kita temukan orangtua menaruh harapan lebih yang melampaui batas kemampuan si anak. Sehingga anak mengalami frustasi sebab tidak mampu memberikan harapan penuh terhadap orang tuanya. Apalagi, dalam sistem sekularisme, kini setiap orangtua berlomba-lomba memberikan pendidikan terhadap anak-anaknya, berharap tumbuh dan berkembang dalam hal prestasi dunia saja, tanpa menanamkan perilaku dan moral yang sesuai dengan agama. 

Padahal, orang tua seharusnya bisa menjadikan teladan yang baik bagi anak-anaknya, tanpa harus menuntut anak menjadi yang diinginkan. Yang pada akhirnya ketika si anak mengalami kegagalan dan membuat anak mengambil langkah yang pendek, yaitu bundir orang tua juga yang akan menyesal.  

Dalam Islam nyawa manusia dianggap sangat berharga. Islam akan memberi perlindungan atas nyawa manusia, menjaga fitrah manusia, menjamin kebutuhan hidup seluruh rakyatnya. Pendidikan Islam akan melahirkan manusia-manusia yang secara personality beriman dan bertakwa, dan menjadikan diri hamba takut dengan larangan Allah, seperti membunuh dan bunuh diri.

Islam juga memiliki berbagai mekanisme untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk menjaga Kesehatan mental rakyat. Dengan cara mengkondisikan diri individu dan masyarakat. Agar mempunyai mindset yang benar tentang kehidupan. Generasi dibina untuk memahami jati dirinya sebagai hamba Allah. Tidak hanya itu, generasi juga dipahamkan konsep ujian problematika dalam kehidupan. Bagaimana individu atau masyarakat dalam berupaya menyelesaikan masalah sesuai syariat Allah. Sehingga generasi bermasalah tidak akan lahir dari sistem ini. 

Generasi dalam Islam akan hidup dalam suasana Islami. Dimana generasi yang lahir dalam sistem pendidikan Islam senantiasa melakukan perbuatan amar makruf nahi mungkar. Dengan begitu generasi akan tumbuh menjadi generasi yang memiliki visi dan misi kehidupan yang cemerlang dalam menata kehidupan yang baik, kuat dan tangguh. Islam, juga menyiapkan orangtua yang mampu mendidik generasi. Pada praktiknya, hanya sistem Islam yang mampu menelurkan generasi yang tangguh, bukan sistem sekuler liberal yang mengatur kehidupan saat ini. Wallahu'alam!

Oleh: Eva Ariska Mansur (Anggota Ngaji Diksi Aceh)