-->

Muslimah Berdaya dalam Naungan Islam

Oleh: Julia Sara, S.I.Kom

Beberapa waktu lalu, jagat maya dihebohkan dengan sebuah postingan video oleh salah seorang selebgram berhijab dengan konten makan es krim yang tidak senonoh. Sebelum ini, selebgram tersebut kerap mendapatkan kritik dari netizen karena membagikan konten-konten yang dinilai tidak senonoh juga. Setelah videonya viral dan mendapatkan banyak kecaman, pelaku akhirnya minta maaf (toraja.tribunnews.com, 15/08/2023).

Tak hanya itu, kasus video kebaya merah yang juga viral di jagat maya akhirnya ditemukan titik terang. Ketiga pelaku porno-aksi tersebut dihukum 1 sampai 1,2 tahun penjara dan diharuskan membayar denda sebesar Rp250 juta. Jika tidak dibayar, keduanya akan mendapat pidana tambahan dua bulan kurungan (tempo.co, 29/08/2023).

Tak hanya pada kasus-kasus penyalahgunaan media, kasus penipuan berkedok media juga kerap terjadi di tengah masyarakat. Aksi penipuan 2 wanita kembar yang mencuri perhatian publik lantaran perjualbelian iphone hingga penipuan untuk melakukan like-subcribe pada media sosial tertentu dengan total kerugian miliyaran rupiah. Dan tentu saja bukan hanya kasus-kasus ini saja yang memenuhi beranda kriminal kepolisian dan media, tentu masih banyak lagi kasus-kasus yang terjadi.

Maraknya penipuan melalui media sosial dan juga kebebasan bagi setiap orang untuk bebas membagikan konten apapun, tampaknya menjadi bumerang tersendiri bagi masyarakat. Apalagi, literasi media masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Sehingga, apa-apa yang viral adalah konten-konten yang seharusnya tidak pantas ditayangkan.

Bagai dua mata pisau yang ada dalam genggaman, begitulah bahaya dan bergunanya media dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak digunakan sebagaimana fungsinya untuk menyebarkan informasi-informasi positif, maka informasi-informasi negatiflah yang akan memenuhi media. 

Media memang memudahkan penyebaran informasi yang kian cepat, akan tetapi tanpa adanya filter dari negara untuk memberikan batasan kepada pengguna maupun penyebar informasi, dikhawatirkan akan merusak generasi bangsa. Karena banyaknya video-video viral tanpa moral terus saja bersiliweran di media sosial, sekalipun pengguna sudah membuat batasan video-video yang akan memenuhi linimasanya.

Penguasa dan media adalah dua unsur yang tak terpisahkan, karena media hanya dapat ditundukkan dan dibatasi oleh kebijakan yang ada. Sehingga, butuh kerja sama yang mumpuni antara penguasa dan media.

Tak hanya itu, sudah keharusan bagi setiap orang untuk menjadi benteng bagi dirinya sendiri di zaman yang penuh informasi-informasi yang tak bisa dikonsumsi. Setiap individu harus menyibukkan dirinya dalam kebaikan sehingga tidak dilalaikan oleh media, terutama media sosial yang begitu menarik untuk diusik. Apalagi sebagai muslimah yang harusnya bisa menjadi pencetak peradaban dan generasi gemilang.

Muslimah punya peran utama dan besar dalam kehidupan ini. Ia bisa menjadi anak, istri, ibu, sekaligus pekerja dalam waktu yang bersamaan, sehingga sangat disayangkan jika muslimah muncul di media dan malah mengumbar hal-hal yang buruk. Tidak salah bagi muslimah terjun ke dunia media, apalagi untuk berkarya dengan konten-konten yang inspiratif. Akan tetapi, jika muslimah akhirnya dilalaikan dari peran utamanya dan malah mengikuti arus media untuk membuat konten yang mengejutkan demi viral, maka hal ini baiknya ditinggalkan.

Jika kita kilas balik bagaimana kisah-kisah muslimah dalam peradaban Islam, tentu saja hati meringis dan akan merasa insecure akan kepintaran, keshalihan, dan kebijaksanaan para muslimah terdahulu.

Pada masa Rasulullah Saw. hidup, tepatnya ketika terjadi perang Khandaq, Rufaida Al-Aslamia muncul sebagai perawat dan dokter bedah muslim pertama yang mengobati para sahabat di medan pertempuran. Tentu saja, hal itu tak serta-merta langsung bisa dilakukan oleh Rufaida, banyak waktu dan fokusnya yang diberikan pada bidang ilmu kesehatan tersebut sehingga Rasulullah mempercayakan Rufaida untuk mengobati para sahabat.

Tak hanya Rufaida yang hidup di masa Rasulullah, pada abad 8, nama Fatimah Al-Fihri turut mengharumkan Islam atas jasanya mendirikan universitas pertama di dunia yaitu Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Pendirian universitas ini yang akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya universitas-universitas bergengsi di dunia seperti Oxford University di Inggris dan universitas-universitas ternama lainnya.

Kemudian pada abad ke-10 di Aleppo, Suriah, Maryam Al-Ijliya yang dikenal sebagai seorang ilmuwan di bidang astronomi berhasil menemukan astrolabe, yaitu alat yang mampu menentukan kedudukan matahari dan planet lain-lainnya. Bagi kalangan muslim, alat ini dapat digunakan sebagai penentu arah kiblat, waktu salat, serta menentukan awal puasa Ramadan dan Idul Fitri. Sungguh, penemuan yang begitu luar biasa. Dari penemuannya itu, memantik pula semangat ilmuwan-ilmuwan lain untuk terus menggali ilmu astronomi juga alam semesta yang ada.

Hal-hal menakjubkan di atas tak akan mungkin terjadi tanpa adanya kerja keras dan totalitas dari para muslimah tersebut. Disamping mereka punya peran lain, mereka juga mengutamakan ilmu dan kebermanfaatan bagi manusia lainnya. Dan hal itu akan sulit terwujudkan dalam sistem saat ini, yang mana para muslimah disibukkan dengan dunianya hingga lupa pada negeri akhiratnya.

Kita semua membutuhkan sistem yang bisa menaungi dan memberikan jaminan kehidupan bagi para muslimah. Karena untuk hidup dalam sistem yang bebas menjadi acuannya sangat memberatkan karena tidak sesuai dengan prinsip Islam yang acuannya berlandaskan syara'. Terlebih lagi, sistem kapitalisme yang membelenggu, semakin menambah beratnya hidup karena dipaksa untuk menghasilkan materi dari eksistensi diri, bukan lagi bermanfaat bagi kepentingan manusia lainnya.

Wallahhu'alam bishawab