-->

Indonesia Genting Kasus Bullying

Oleh: Erna Ummu Azizah

Ngeri, kasus perundungan atau bullying kian hari kian membuat merinding. Terbaru, kasus seorang siswi kelas 2 SD di Gresik, Jawa Timur, yang mengalami kebutaan permanen pada mata kanannya usai dicolok dengan tusuk bakso oleh kakak kelas di sekolahnya yang disertai aksi pemalakan.

Diketahui korban sebelumnya memang sering dipalak, dimintai uang jajan secara paksa oleh pelaku. Karena menolak akhirnya terjadilah insiden tersebut hingga matanya berdarah. Lalu dilarikan ke rumah sakit, dan berdasarkan hasil pemeriksaan, ada kerusakan pada syaraf mata kanan korban yang mengakibatkan buta permanen.

Pihak orang tua korban pun akhirnya melaporkan kasus tersebut ke pihak kepolisian setelah pihak sekolah enggan memberikan rekaman CCTV saat kejadian. Polisi kini menyelidiki kasus itu, termasuk memeriksa kepala sekolah. (Detiknews, 17/9/2023)

Astaghfirullah.. Semakin ke sini kasus-kasus bullying memang semakin mengkhawatirkan. Kasus ini menambah deret panjang kasus bullying di Indonesia yang kian hari kian genting. Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat selama Januari-Agustus 2023 terdapat 379 anak usia sekolah menjadi korban kekerasan fisik dan perundungan di lingkungan sekolah. Ini yang dilaporkan, entah berapa banyak korban dan keluarga yang memilih diam.

Dan ngerinya lagi, kasus bullying sudah menyasar sampai anak usia dini. Bayangkan, anak usia SD bisa dengan tega menyakiti temannya sendiri dengan cara yang keji. Terbayang, bagaimana dewasanya nanti. Maka jangan heran jika kasus kriminal dan kejahatan kian merebak. Sungguh generasi hari ini butuh penyadaran dan pembinaan agar kasus serupa tak terulang kembali.

Faktor Penyebab Kasus Bullying

Banyak faktor penyebab kasus perundungan atau bullying terus terjadi. Pengamat masalah perempuan, keluarga, dan generasi dr. Arum Harjanti mengemukakan faktor penyebab masalah bullying diantaranya yaitu pengaruh lingkungan, pengaruh kurikulum juga lemahnya kontrol negara. (Muslimahnews, 23/9/2023)

Tak dipungkiri, pola asuh orang tua dalam lingkungan keluarga sangat menentukan perilaku anak. Di sinilah pentingnya orang tua memberikan pendidikan dan teladan yang baik. Namun sayangnya banyak orang tua yang kurang menyadari. Bahkan berdasarkan data Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (MSBP) pada 2021, dari 3,69% balita yang pernah mendapat pengasuhan tidak layak, salah satu kontributornya adalah ibu kandung yang bekerja. Sungguh miris!

Belum lagi pengaruh kurikulum pendidikan, hal ini pun memberikan pengaruh pada perilaku anak. Seperti yang diketahui, saat ini porsi pelajaran agama di sekolah begitu minim. Pengajaran agama pun hanya sebatas ilmu belaka dan kurang teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan terpisah antara agama dengan kehidupan alias sekuler. Seolah agama hanya ditempatkan di ranah pribadi, jangan dibawa di ranah publik.

Ditambah lagi pengaruh lingkungan sekitar. Fenomena kekerasan begitu nampak, baik dalam dunia nyata maupun maya. Terlebih saat ini, dimana gadget begitu membius para penggunanya, dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Tontonan, game, dan sebagainya turut memberikan andil dalam merusak perilaku anak. Dan resiko lebih tinggi lagi jika orang tua luput dalam mengawasi putra putrinya.

Lemahnya kontrol negara pun telah memberikan celah masuknya paparan kekerasan. Maka penting bagi negara untuk menutup akses-akses yang bisa merusak generasi, seperti tayangan kekerasan. Juga berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang kondusif agar generasi bisa terselamatkan dari perilaku rusak yang tidak hanya merugikan dirinya tapi juga orang-orang di sekitarnya.

Sistem Islam Solusi Hakiki

Menyudahi kasus bullying memang tak mudah, apalagi di tengah sistem kapitalis sekuler yang diterapkan di negeri ini. Semua pihak harus berperan aktif, baik keluarga, masyarakat maupun negara. Dan kondisi seperti ini sebenarnya pernah diterapkan dalam sistem Islam.

Dimulai dari lingkungan keluarga, dimana para orang tua wajib mendidik anak-anaknya, baik dalam masalah akidah, syariah, juga adab dan akhlak. Tentunya dengan memberikan teladan yang baik dari para orang tua. Jangan sampai orang tua sibuk bekerja dan aktivitas lainnya sehingga abai akan kewajiban ini. Jangan sampai para orang tua menyesal di kemudian hari karena mendapati anak yang berperilaku buruk, bahkan bertindak kriminal. Na'udzubillah mindzalik!

Begitupun di lingkungan sekolah, masyarakat, serta media sosial. Islam memberikan tuntunan untuk senantiasa beramar makruf nahi mungkar. Semuanya saling menjaga dan mengajak kepada kebaikan, juga mencegah dari keburukan. Hal ini semata dilakukan karena Lillah, untuk meraih ridha Allah.

Dan yang tak kalah penting adalah peran negara. Negara wajib mengatur urusan masyarakat dengan sebaiknya. Menjamin kesejahteraan warganya, sehingga para ibu pun bisa fokus mendidik anak-anaknya, tidak seperti saat ini dimana para ibu sibuk mencari nafkah sehingga abai terhadap pengasuhan dan pendidikan anaknya.

Negara pun berperan untuk menyiapkan kurikulum terbaik yang mampu mencetak generasi cemerlang, yang bertakwa dan tentunya berakhlak mulia. Sehingga generasi pun jauh dari keburukan, kerusakan dan kekerasan. Dan semua ini hanya mungkin terwujud ketika sistem Islam diterapkan dalam kehidupan. Wallahu a'lam.[]