-->

Miris, Perilaku Anak-Anak Makin Sadis

Oleh: Erna Ummu Azizah (Ibu Peduli Generasi)

Astaghfirullah.. Entah apa yang menimpa generasi kita hari ini. Kian hari kian miris. Seperti kasus perundungan yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat. Seorang anak kelas 2 SD tewas dikeroyok kakak kelasnya dengan sadis. Hasil visum korban mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak. (Kompas, 20/5/2023)

Diketahui dari sang kakek bahwa korban yang usai dikeroyok itu mengeluhkan sakit. Namun esok harinya memaksa tetap masuk sekolah meski dalam keadaan sakit. Nahas, saat itu korban kembali dikeroyok oleh kakak kelasnya. Hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit karena mengalami kejang-kejang dan sesak nafas.

Setelah mengalami kritis selama tiga hari, korban pun dinyatakan meninggal dunia.

Sebelumnya korban tidak mau berterus terang kepada keluarga bahwa dirinya telah dikeroyok kakak kelasnya. Namun, setelah dibujuk oleh dokter rumah sakit yang menanganinya, barulah korban mengaku bahwa ia telah dianiaya oleh kakak kelas dan teman seangkatannya yang berjumlah empat orang.

Kasus ini menambah catatan panjang, betapa kasus perundungan alias bullying makin marak bahkan di sekolah dasar, dan makin sadis dan bengis. Sepanjang 2022, KPAI mencatat ada kenaikan signifikan kasus perundungan, yakni sekitar 226 kasus atau meningkat empat kali lipat dibandingkan 2021. Bahkan, perundungan di sekolah berpotensi terus terjadi. Sungguh miris dan ironis!

Banyak hal yang berpengaruh, baik kurikulum pendidikan maupun pola asuh baik di keluarga dan masyarakat maupun dari tontonan. Semua ini menjadi PR besar dan muhasabah agar kejadian serupa tidak terus terulang. Karena jika dibiarkan, akan jadi apa generasi kita di masa depan?

Tak dipungkiri, sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah menjauhkan generasi dari hakikat penciptaan manusia, yakni menjadi hamba yang taat dan terikat dengan syariat. Ya, kurikulum saat ini nyatanya tegak di atas nilai-nilai sekuler. Maka tak heran meskipun banyak sekolah berbasis Islam sekalipun tak mampu menangkal dan mencegah perundungan.

Islam sebagai agama sekaligus way of life (jalan hidup), mempunyai seperangkat aturan yang sempurna dan paripurna untuk mengatur seluruh umat manusia agar selamat, bahkan bahagia di dunia dan akhirat. Aturan tersebut tidak hanya dalam masalah akidah dan akhlak, namun dalam seluruh aspek kehidupan, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Sehingga semua problematika umat bisa teratasi, termasuk dalam masalah generasi.

Islam menjadikan keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan, sehingga menjadi benteng dari perilaku jahat dan sadis. Dan hal ini diterapkan dalam pola asuh keluarga, dimana orang tua harus intens menjalin kedekatan dengan anak agar mudah menanamkan kebaikan kepada anak, seperti akhlak, adab, sifat lembut, santun dan saling menyayangi. Bahkan, orang tua harus menjadi teladan pertama dan utama. Anak pun diajarkan mana yang boleh dan tidak sesuai hukum syariat. Sehingga anak tahu batasan dan konsekuensi ketika melanggar. Ingatkan bahwa Allah maha melihat apa yang hamba-Nya perbuat.

Begitupun di lingkungan masyarakat maupun sekolah. Harus ada peran bersama dalam mencegah kemungkaran. Jangan sampai ada kata cuek dan tidak peduli. Karena seperti yang digambarkan Rasulullah SAW, masyarakat itu ibarat penumpang di atas kapal. Jika ada salah satu penumpang melubangi sisi kapal, sedangkan penumpang yang lain membiarkan. Maka, bersiaplah untuk tenggelam semuanya. Tentu kita tidak ingin demikian, bukan? Maka di sinilah pentingnya budaya amar makruf nahi mungkar.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah peran negara. Negara wajib menerapkan sistem pendidikan Islam. Karena hanya dengan sistem pendidikan Islamlah akan lahir generasi yang berkepribadian dan berakhlak mulia. Negara juga harus menjalankan fungsinya sebagai penjaga generasi, dimana negara akan mengontrol media dan informasi yang mudah diakses anak-anak. Negara akan memblokir semua akses yang akan merusak generasi, seperti kekerasan, pornografi, eljibiti, dan sebagainya. Dan tentunya ada sanksi yang tegas jika terjadi pelanggaran.

Inilah hebatnya sistem Islam. Karena Islam memiliki mekanisme komprehensif dalam membangun kepribadian rakyatnya pada semua lapisan usia sehingga terwujud individu beriman, berakhlak mulia dan terampil. Maka sudah saatnya kita campakkan sistem sekuler yang rusak dan merusak. Marilah kita kembali ke sistem Islam. Insya Allah semua masalah bisa terselesaikan, termasuk masalah perundungan.

Wallahu a'lam bish-shawab.[]