-->

Idrak Silah Billah For Meaningful Life

Oleh: Rengganis Santika A, STP

Terkadang atau mungkin sering, kita merasa lelah dengan semua aktivitas sehari-hari. Semuanya berlalu begitu saja, tak lebih seperti sebuah rutinitas, tanpa makna. Tak jarang pula manusia sibuk berlomba dengan manusia lain, saling memacu adrenalin, tapi ujungnya hanya berlomba demi meraih kepuasan materi dan duniawi. Kita menyaksikan manusia menghabiskan waktu hidupnya, masa mudanya untuk bekerja, beraktivitas, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Apakah semua aktivitas itu punya makna? Di sisi lain manusia adalah makhluk sosial. Sudah tabiatnya manusia senang bergaul menjalin pertemanan, persahabatan sampai kehidupan pernikahan, lagi-lagi terlintas tanya, sudahkah semua kisahnya punya makna hakiki?? Atau sekedar meraih kebahagiaan semu? Yang pangkalnya cuma kepuasan duniawi, material semata. Pencapaian paling tinggi mungkin meraih nilai insaniyah, seperti kepuasan bathin, karena bisa berbuat baik pada sesama. Tapi sesederhana itukah kita menerjemahkan  hidup ini?

Kita sepakat bahwa manusia adalah makhluk paling mulia sebab Allah SWT anugerahkan manusia akal. Allah pasti memiliki maksud. Semua makhluk di jagad ini menjalankan aktivitasnya masing-masing. Hewan-hewan sejak fajar sadiq menyemburatkan sinarnya, beredar bergerak mengikuti instingnya. Seandainya ada manusia yang dengan akalnya, mengatakan "yang penting jalani saja hidup ini, yang penting happy gak merugikan orang lain titik!" Maka ia tak ubahnya seperti hewan-hewan tak berakal yang melewati hidup, sekedar memenuhi ciri-cirinya sebagai makhluk hidup, seperti penjelasan di ilmu Biologi.

Proses Manusia Mencari Makna

Meaningfull your life, hidupmu penuh makna, begitulah seharusnya. Hidup lebih berarti. Siapapun orangnya, apapun agamanya, atau dari ras dan bangsa manapun di dunia ini. Pasti fitrahnya condong pada kebenaran. Dan sumber kebenaran pasti hanya Allah swt. Banyak orang mencari apa makna kehidupan ini. Sayangnya tak sedikit orang menjalani proses pencarian makna hidup bukan pada pemilik kehidupan. Padahal jelas pemilik kehidupan hakiki adalah Allah swt. Sehingga tak jarang mereka salah arah. 

Se-atheis apapun seseorang, ia dibekali akal untuk berpikir. Pasti jauh dilubuk akalnya akan muncul pertanyaan, darimana manusia berasal? Untuk apa dia hadir ke dunia ini?. Dan setelah manusia mati akan kemana? Inilah simpul utama pertanyaan mendasar  seorang manusia. Ini pula konstruksi awal bangunan iman (aqidah). Makna hidup akan sangat tergantung aqidah. Dan hanya Islam yang mempu memberi jawaban shahih, terhadap pertanyaan simpul diatas. Yaitu jawaban yang memuaskan akal, sesuai fitrah dan menenangkan jiwa. Maka proses mencari makna hidup yang benar harus berawal dari aqidah yang shahih yaitu aqidah Islam.

Amal Terkait Ruh, Peradaban Emas Tumbuh

Islam adalah satu-satunya din yang memiliki konsep tentang kehidupan yang jelas. Gagasannya tentang makna hidup juga begitu komprehensif. Pandangan Islam tentang makna hidup sudah jelas, namun gagasan ini dipertajam oleh seorang ulama kontemporer, seoralng mujadid Al Alamah Syekh Taqiyyudin An Nabhani, bahwa dalam Islam semua perbuatan manusia dari hal yang paling sepele seperti menghirup udara atau perbuatan paling spektakuler sekalipun, seperti memimpin sebuah negara, membangun peradaban. Semua itu dianggap hanyalah materi semata tak bernilai apapun dan kosong dari makna, selama tak diikat dengan "Ruh" ... mungkin sebuah perbuatan zahirnya nampak hebat, bahkan bermanfaat ada nilai materi duniawi yang didapat. Tapi semua itu akan berlalu begitu saja tanpa arti, lihatlah kapitalisme yang berkuasa hari ini, dia hidup diatas azas manfaat zahirnya pun indah menyenangkan menarik syahwat dunia.Tapi hakekat nya dia rusak dan merusak!

Sebaliknya amalan kecil sekedar membuang sampah namun bila memiliki spirit, diikat dengan ruh maka akan bernilai pahala dan pada saat yang sama mengalirkan energi kebaikan bagi makhluk lain. Selain itu tanpa disadari akan mengokohkan visi dan himmah (cita-cita) seorang muslim yaitu kebaikan dunia akhirat. Ruh ini bukan diartikan jiwa/nyawa tapi adalah "idrak silah bilah" yaitu kesadaran adanya  hubungan dengan Allah. Maka jelas ruh mengandung konsekwensi agar setiap amal selalu terikat hukum syara'. Ia yakin dalam ketaatan terhadap.syariat pasti ada mashlahat pasti ada kebaikan.

Tak heran, mengapa peradaban Islam kokoh selama 14 abad, sekitar 7 abad lebih berada dipuncak keemasan yang meliputi 2/3 dunia. Tak ada peradaban manapun sedahsyat ini. sebab ia dibangun diatas pondasi aqidah yang kokoh dan ditegakkan tiang-tiang syariat dari pemilik semesta. Visi dan himmah berpadu pada diri para pemimpin dan rakyatnya yang terrealisir dalam amal yang diikat Ruh. Idrak sillah billah melahirkan para Ilmuwan muslim monumental bervisi akhirat, politikus negarawan pembela kemashlahatan umat, para pejuang penjaga peradaban mulia.

Bila idrak silah billah ini sudah melekat rasanya keciiill kemungkinan ada koruptor, ada penyelewengan dana ada penyimpangan seksual, pergaulan bebas dll. Idrak silah billah melatih ikhlas beramal. Teguh istiqomah juga semangat karena jiwanya selalu muroqobah merasa diawasi Allah. Dalam tiap tarikan nafas ada rasa syukur dalam tiap langkah ada tebaran kebaikan bagi sekitarnya. Pertemanan, persahabatan yang punya Ruh pasti awet dan indah sampai Jannah. Ikatannya penuh makna bukan sekedar happy bareng. MasyaAllah … betapa indahnya makna hidup seorang muslim tak ada yang sia-sia, semua bernilai kebaikan walau nampak kecil. Wallahu'alam