-->

Mental Illness Bikin Ngenes!



Oleh: Rengganis Santika A, STP

Ngenes! Menyedihkan! Menurut data terbaru, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, bahwa lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Saat ini Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk, angka prevalensi ini cukup tinggi, artinya 20% dari 250 juta jiwa populasi secara keseluruhan, berpotensi mengalami masalah kesehatan jiwa. Gangguan mental ringan bisa berupa kecemasan (anxiety) yang dianggap berlebihan. Sementara gangguan mental paling berat adalah depresi. Tercatat penderita depresi pun jumlahnya cukup besar mencapai 32% dari jumlah penduduk Indonesia.

Cita-cita Indonesia 2045 mencetak generasi emas akan terhalang Masalah Kesehatan Mental pada remaja (generasi muda).  Faktor kesehatan mental (mental health) berperan besar dalam produktivitas nasional, dalam mendukung transisi menjadi negara maju. Faktanya kondisi kesehatan mental masyarakat saat ini semakin memprihatinkan. Hal ini menghambat Indonesia menuju negara maju pada tahun 2045. Selain itu hadiah bonus demografi (ledakan penduduk usia muda) justru bisa menjadi bumerang. Sayangnya layanan kesehatan mental tak sebaik bagi kesehatan fisik. Situasi ini menjadi krusial dan membutuhkan perhatian terutama negara.

Pertanyaannya, mengapa semua ini bisa terjadi? Padahal mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Bagi seorang muslim, Iman dan takwa idealnya menjadi ciri atau tabiat. Kata "muslim" secara lughowi atau makna bahasa, artinya orang yang pasrah, tunduk patuh pada syariat Islam. Sebagaimana ditegaskan dalam QS 2:189 yang artinya "bertakwalah maka kamu akan beruntung?" Beruntung disini bermakna bahagia dunia akhirat..maka dengan takwa & ridho Allah sejatinya seorang muslim bisa meraih bahagia hakiki, dan tentu terhindar dari "mental illness" Tapi  faktanya umat Islam Indonesia justru banyak mengidap ODGJ (orang dgn gangguan jiwa).

Bukan rahasia lagi, bahwa negri kita menganut sistem kapitalisme sekuler. Sudah menjadi ciri khas kehidupan kapitalistik sekuler dimaknai hanya sebatas materi, yang kering nilai ruhiyyah dan aqidah. Islam ditengah masyarakat hari ini tak lebih hanya sekedar identitas KTP, atau minimal nampak hanya pada aspek simbolik dan ritual saja. Selebihnya justru umat Islam sendiri alergi dengan ajarannya. Ukuran kelayakan, kesuksesan dan kebahagiaan, berdasarkan materi dan kepuasan jasadi. Hidup dibawah kendali nafsu syahwat yaitu kebebasan, kepuasan duniawi. Sekularisme harus bertanggungjawab atas kondisi jiwa yang kering, rapuh, kepincangan mental pada umat manusia. Ide sekuler menciptakan  ruang jiwa kosong dari nilai ruhiyyah.

Seorang ulama generasi thabi'in Ja'far bin Sulaiman berkata, "Kerisauan terhadap duniawi adalah kegelapan dalam hati. Sedangkan kecemasan terhadap akhirat adalah cahaya dalam hati.” Dunia saat ini dipenuhi manusia yang jiwanya gelap. Sebagai muslim, mu'min harus meyakini bahwa Islam mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya "minna dzulumati ila nuur". Last but not least, Tips Islam membangun kesehatan mental adalah dengan sabar dan syukur, sempurnanya tawakal, dan keyakinan akan doa. Diiringi sikap tak kenal putus asa dalam  ikhtiar meraih tujuan dan harapan. Ikutilah contoh kehidupan generasi pertama Islam, merekalah contoh terbaik manusia berjiwa kuat bermental sehat. Mereka punya visi, misi dan himmah (cita-cita) yang kokoh. Visinya akhirat, misinya diisi dengan aktivitas sehari-hari seperti Tholabul ilmi, dakwah dan jihad, membela diinullah, hidup berjamaah, gemar shadaqoh, menolong sesama, mencerdaskan muslim lain. Tak lupa berkontribusi dalam membangun peradaban Islam yang tangguh. Inilah puncak bahagia hakiki, dan sehatnya mental juga jiwa. Wallahu 'alam bish showab.