-->

Sahur on The Road ala Milenial, Full Manfaat atau Maksiat?

Oleh: Syifa Islamiati 

Penamabda.com - Umat muslim di segala penjuru dunia menjalani kegiatan pada bulan Ramadan dengan beragam cara. Mereka mengapresiasikan bentuk kegembiraan dan menikmati bulan Ramadan dengan beraneka ragam kegiatan. Ada yang berbuka puasa bersama keluarga tercinta, berkeliling membangunkan warga untuk sahur, sholat tarawih di masjid bersama teman-teman dan yang lainnya. Semangat tilawah kapan pun dan di mana pun juga menjadi kebiasaan di bulan mulia ini. Selain itu, tidak sedikit juga yang melakukan kegiatan sahur on the road.

Sahur on the road kebanyakan dilakukan oleh generasi milenial, mulai sekitar tengah malam mereka sudah bergegas meninggalkan rumah untuk sekedar nongkrong bersama atau berbagi makanan hingga waktu sahur tiba. Sahur on the road pada bulan Ramadan merupakan salah satu cara generasi milenial menikmati bulan Ramadan. Tidak hanya menyenangkan, kegiatan sahur on the road juga memiliki kesan tersendiri bagi mereka. Sahur on the road ini pun memang hanya dilakukan pada bulan Ramadan saja.

Momen tersebut tidak pernah terlewatkan begitu saja bagi generasi milenial, khusunya bagi generasi muslim. Tidak sedikit dari mereka memanfaatkan momen sahur on the road untuk bercengkerama, berdiskusi, bertukar pikiran satu sama lain, membagikan makanan sahur kepada orang yang ditemui di jalan dan seterusnya. Tetapi ada juga generasi milenial yang merusak momen sahur on the road tersebut dengan hal-hal yang unfaedah, semisal tawuran, balapan liar, mabuk-mabukan, dan sejenisnya.

Nah, karena alasan tersebutlah, belum lama ini Polres Metro Bekasi Kota mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan sahur on the road selama bulan Ramadan. Hal ini dikarenakan kegiatan tersebut dinilai berpotensi menjadi ajang tawuran. Selain itu, pihak kepolisian juga menyarankan warganya agar melakukan kegiatan di dalam gedung atau di pesantren. (Pmjnews.com, 20/3/2023)

Sahur on the road, jika dilakukan sebagaimana mestinya, tentu akan lebih mempunyai nilai manfaat. Bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Karena pada dasarnya kegiatan sahur on the road itu adalah ajang mengumpulkan pundi-pundi pahala secara berkelompok, yakni berbagi makanan untuk sahur. Tetapi kebanyakan remaja jaman now merusak momen sahur on the road dengan menjadikannya ajang menambah dosa, semisal tawuran dan balapan liar di jalan raya.

Andai saja kaum milenial memahami, alangkah lebih bermanfaat apabila kegiatan sahur on the road itu digantikan dengan aktivitas di dalam rumah yang pastinya mendatangkan pahala, semisal melakukan sholat tahajud, tilawah Al-Qur'an, mendengarkan tausiyah atau membaca buku. Karena bulan Ramadan merupakan bulan diturunkannya keberlimpahan pahala, maka sangat disayangkan jika hanya diisi dengan hal-hal yang unfaedah.

Generasi milenial hari ini memang sedang mengalami krisis identitas. Mereka tidak tahu arah tujuan hidup ini untuk apa dan mau kemana. Sangat menyedihkan. Mereka tidak lagi dapat membedakan mana aktivitas yang bermanfaat dan tidak. Di sinilah peran keluarga dan masyarakat begitu sangat dibutuhkan. Generasi saat ini tidak dapat melangkah sendiri, perlu arahan dan bimbingan ekstra dari lingkungan sekitar mereka.

Terlebih pada bulan Ramadan seperti ini, seharusnya diperbanyak kajian-kajian Islam khusus untuk kalangan remaja hingga mereka hanya disibukkan oleh perkara-perkara bermanfaat sehingga dapat menutup celah segala perbuatan maksiat. Dengan begitu momen Ramadan ini dapat dioptimalkan dengan melakukan aktivitas yang bermanfaat saja. Seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. bahwa beliau bersama sahabat-sahabatnya melakukan peperangan di bulan Ramadan. Amazing bukan? Bagi mereka, bulan Ramadan adalah saatnya mengumpulkan sebanyak-banyaknya pahala. Tidak terbersit sedikit pun menjalani bulan Ramadan dengan santai-santai apalagi melakukan hal-hal yang unfaedah. Berpuasa di bulan Ramadan tidak pernah dijadikan alasan untuk bermalas-malasan.

Pada masa Rasulullah saw., beliau beserta para sahabatnya justru lebih banyak melakukan qiyamul lail, mendekatkan diri kepada Allah Swt dan memperbanyak melakukan amal-amal kebaikan lainnya. Dengan demikian mereka tidak melewatkan bulan Ramadan begitu saja. Allah Swt. telah memberikan kesempatan bertemu bulan Ramadan yang penuh rahmat dan barakah maka rasa syukur yang teramat dalam mereka realisasikan dengan melakukan segala macam ibadah, sehingga tidak ada sedikit pun waktu mereka yang terbuang sia-sia.

Sahur on the road hanya ada di masa sekarang, dan itupun tidak dilakukan sebagaimana mestinya, di mana para remaja lebih menyukai hal-hal duniawi hingga tindakan kekerasan berbau kriminalitas. Perkara akhirat sudah tidak lagi mereka hiraukan. Bagi mereka, bisa berpuasa di bulan Ramadan saja itu sudah cukup untuk mendapatkan pahala, bahkan banyak di antaranya yang sengaja meninggalkan puasa tanpa ada udzur. Padahal seharusnya mereka bisa melakukan banyak amal salih di usia mereka yang sangat produktif. Tetapi sangat disayangkan karena minimnya ilmu dan iman yang dimiliki, maka jadilah mereka generasi yang biasa-biasa saja. 

Untuk itulah betul-betul harus ada upaya serius untuk menyadarkan generasi agar memiliki mental taat dalam menjalani kehidupan mereka. Selain itu harus ada banyak uslub dakwah agar generasi yang tersesat ini selamat. Memang kehidupan sekuler telah menjauhkan mereka dari pemahaman yang benar. Untuk itulah perjuangan agar sistem kehidupan Islam kembali perlu dilakukan. Sebab hanya dengan sistem Islamlah generasi ini bisa benar-benar tumbuh menjadi generasi yang penuh manfaat juga jauh dari perkara maksiat. 

Wallahu a'lam bishawab.