-->

Negara bertanggungjawab atas rendahnya Mental Health rakyat


By: Roslina sari (Aktivis muslimah Deli serdang).

Memprihatinkan dan sangat menyayat hati, tanah air di buat merinding dengan timbulnya deretan kasus bunuh diri yang dilakukan baik  dari kalangan pendidikan, maupun dari kalangan masyarakat awam. Seperti yang akhir-akhir ini dilakukan dari mahasiswi sebuah universitas dan pekerja bangunan. Nastaghfirullah.

Seorang mahasiswi Universitas Indonesia (UI) berinisial MPD (21) ditemukan tewas di sebuah apartemen kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Korban diduga bunuh diri dengan melompat dari lantai 18 apartemen tersebut pada Rabu (8/3/2023) sekitar pukul 23.45 WIB. Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Kebayoran Baru Komisaris Tribuana Roseno mengatakan, MPD sempat meninggalkan pesan sebelum diduga bunuh diri dengan lompat dari apartemen. Pesan itu berisi permintaan maaf kepada keluarga dan teman-temannya melalui unggahan di media sosialnya (kompas.com) 

Insiden bunuh diri di Indonesia bisa empat kali 'lebih tinggi dari data resmi', menurut penelitian terbaru. Apa imbasnya?

Bunuh diri masih menjadi masalah senyap di Indonesia. Insiden bunuh diri kemungkinan besar jauh lebih tinggi dari data resmi, menurut penelitian terbaru. Stigma seputar masalah kesehatan jiwa dan kelemahan sistem pendataan dianggap menjadi penyebab utamanya.

Fenomena bunuh diri dan penyebabnya:

Kasus bunuh diri menjadi cermin terganggunya kesehatan mental masyarakat dengan pelaku berbagai usia. Bunuh diri dilakukan seseorang sebagai jalan pintas untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, kasus bunuh diri terjadi di semua kalangan masyarakat, baik orang tua maupun generasi muda bahkan anak-anak, orang kaya maupun orang miskin tidak luput dari perbuatan tercela ini. Berbagai alasan menjadi pemicu orang-orang mengakhiri hidupnya. Ada orang yang putus asa menghadapi penyakit menahun yang tak kunjung sembuh, dalam menghadapi masalah ekonomi, biaya pendidikan yang tinggi, biaya kesehatan, dan masalah-masalah lainnya.

Semua dibebankan kepada rakyat, belum lagi kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah yang menambah beban rakyat semakin berat, menjadi faktor yang menyebabkan penyakit mental ini. Penyakit gangguan mental berat tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia saja, negara maju sekali pun angka penyakit mental juga sangat tinggi.  Jelas ada banyak faktor yang berpengaruh, khususnya di kalangan generasi muda, mulai dari sedikitnya jam pelajaran agama, kurikulum yang berantakan, hingga pada pola asuh yang salah sehingga generasi menjadi rapuh.  

Faktanya bahwa prestasi akademik tidak berkorelasi positif dengan kemampuan mahasiswa menganalisis dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya dalam kehidupan.

Sementara itu, dunia kampus Indonesia makin fokus dalam mencanangkan terserapnya mahasiswa di dunia kerja sebagai indikator keberhasilan proses pendidikan tinggi. Sistem pendidikan sekuler kapitalis inilah yang membuat mahasiswa hanya sebatas  menjadi mesin kerja dan menjauhkan agama dari kehidupan dari pembentukan karakter generasi yang tangguh. Apalagi program moderasi beragama dan merdeka belajar kampus merdeka, menghasilkan generasi yang jauh dari keimanan dan rapuh, program penancapan dunia kerja sebagai tanda berhasilnya proses pendidikan tanpa dibarengi Iman dan agama inilah yang memicu beban hingga stress dan depresi. Sehingga mereka tidak mampu menyelesaikan masalah yang mendorong untuk bunuh diri sebagai jalan keluar ketertekanan masalah tersebut. 

Semua mengerucut pada buruknya sistem dan penguasa yang abai atas rakyat. Muaranya adalah akibat negara menerapkan sistem kapitalisme, liberalisme dan sekulerisme disemua lini. Negaralah yang bertanggung jawab atas situasi  kegentingan ini akibat program salah arah yang di aruskan penguasa sendiri. akhirnya mengorban generasi dan rakyat. Abainya pemerintah dalam mengurusi seluruh urusan umat dan memberikan kesejahteraan, dan pendidikan berkualitas serta aqidah yang kuat kepada masyarakat dan khususnya generasi. 

Berbagai penyakit mental yang dialami generasi muda dan  masyarakat tidak lepas dari dipakainya sistem kapitalisme dalam kehidupan. Dimana liberalisme (paham kebebasan) dan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) sebagai paham yang dianut dalam sistem ini.

 Maka yang harusnya menjadi kesadaran bagi penguasa agar mereka kembali kepada syariah Allah dalam semua aspek dan mencampakkan kapitalisme sekulerisme biang penderitaan dan biang dari segala depresi dan stress.

Hanya Islam solusi syamilan (sempurna) dan kamilan (menyeluruh) dalam memperbaiki mental rakyatnya. Karena itu pembangunan manusia tidak hanya aspek fisik namun juga mental dan menjadikan akidah islam sebagai asas sehingga menghasilkan manusia yang tangguh, sabar akan cobaan dan yakin akan hari akhirat. Disisi lain negara juga menjamin kehidupan masyarakat. 

Di sinilah, peran negara dibutuhkan untuk mengatasi berbagai penyakit mental. Negara berkewajiban meringankan berbagai masalah yang ada dalam masyarakat. Seperti masalah ekonomi, masalah pendidikan, masalah kesehatan, dan masalah-masalah lainnya. Seperti dalam sistem Islam, kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan adalah tugas setiap individu itu sendiri dengan cara bekerja. Namun, apabila mereka tidak bisa memenuhinya maka negara wajib menyediakannya. Negara wajib memenuhi kebutuhan pokok setiap warga negaranya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, keamanan, lapangan kerja, dan lainnya.

Dalam bidang pendidikan, negara wajib memberikan pendidikan yang berlandaskan aqidah Islam. Dalam pendidikan Islam yang berbasis aqidah, akan mencetak generasi dan orang-orang yang bermental kuat dan berjiwa pemimpin. Tujuan dari pendidikan dalam Islam adalah membentuk syakhsiyah Islam (kepribadian Islam) dan mencetak para ahli, baik ahli ilmu agama dan ahli ilmu terapan. Pembentukan kepribadian Islam akan mempunyai keimanan yang senantiasa terikat dengan hukum syariat Islam. Maka, orang-orang terbentuk menjadi orang-orang yang saleh dan menstandarkan kebahagiaan pada ridho Allah semata.

Maka semua ini membutuhkan syariah Allah yang kaffah dalam naungan Khilafah yang menjaga kesehatan mental rakyatnya,yang memberikan kebahagiaan hakiki dan ketenangan hidup dengan ridho Illahi Rabbi.Sistem Illahi Rabbi yang bebas dari depresi apalagi dari bunuh diri.

Tidakkah kita merindukannya?

Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah jalan itu, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa.” (QS al-An‘am [6]: 153).

Wallahu a'lam bisshawwab.