-->

Geng Motor Kembali Meresahkan, Kehidupan Sekuler Layak Dicampakkan


Oleh: Ummu Azmi (Aktivis Muslimah)

Pemuda merupakan harapan bangsa. Olehnya, peradaban akan diisi. Memiliki pemuda yang dapat berperan aktif membangun negeri merupakan aset tersendiri. Maka, menjaga kehidupan pemuda layaknya menjaga aset negara. Akan tetapi, jika calon penerus bangsa ini bertindak menyakiti tanpa ada hati nurani, akan dibawa ke mana bangsa ini?

Seperti yang diberitakan oleh metro.sindonews.com (11/2/2023), pemuda berinisial LA (21) mengalami luka bacokan usai diserang sekelompok orang tidak dikenal di wilayah Cibinong, Kabupaten Bogor. Kasus ini masih dalam penyelidikan oleh polisi.

Lalu, di salah satu apartemen di daerah Jakarta Selatan, melalui video yang beredar, puluhan anggota geng motor menyerang apartemen tersebut. (rgb.id, 6/2/2023)

Selain itu, kasus serupa yang melibatkan geng motor terjadi di daerah lain. Dua anggota geng motor yang membacok seorang mahasiswa di Jalan Pesantren, Kota Cimahi, Jawa Barat beberapa waktu lalu akhirnya ditembak polisi. Mereka terbukti melakukan tindak kejahatan jalanan dengan membacok AR (19) di Jalan Pesantren tepatnya di RT 03/16, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi pada Senin (23/1/2023) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. (bandung.kompas.com, 9/2/2023)

Parahnya, tindakan beringas geng motor ini sampai merenggut korban nyawa. Melansir dari bandung.kompas.com (6/2/2023), aksi brutal geng motor kembali menimbulkan korban. Kali ini, gerombolan bermotor membacok Muhammad Rizki Najmudin (21) hingga tewas.

Dari fakta-fakta tersebut di atas, terlihat bahwa kehidupan sekarang ini sedang tidak baik-baik saja. Anak muda dengan tega menyakiti orang lain, bahkan ada yang sampai kehilangan nyawa. Fenomena geng motor ini selalu ada dan amat meresahkan warga. Lalu, di mana hati nurani mereka? 

Dampak Sekularisme-Liberalisme

Hidup dalam sistem sekuler liberal layaknya hidup tanpa tujuan hidup yang pasti. Pemisahan agama dari kehidupan ini mampu menjauhkan akhlak dan nilai-nilai agama lainnya dalam pribadi manusia. Manusia seakan diperbolehkan dengan bebas melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya meskipun sangat merugikan orang lain. Dan, keberhasilan dari tindakan tersebut seolah melahirkan kebanggaan maupun kebahagiaan. Namun nyatanya, kebahagiaan yang didapat adalah kebahagiaan yang semu. Apalagi jika didapat dari merugikan atau bahkan melukai orang lain, dosa pun sudah pasti menanti.

Akan tetapi, generasi muda saat ini sepertinya tidak peduli akan tanggungan dosa yang akan diperhitungkan nanti. Mereka dengan bebas mengekspresikan eksistensinya. Meskipun pada praktiknya, apa yang mereka lakukan justru merupakan sebuah tindak kriminalitas, seperti yang dilakukan oleh geng motor tadi. Tindakan yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain.

Merasa diakui menjadi salah satu alasan yang memungkinkan kejahatan itu terjadi. Anak muda yang merasa kurang diberi perhatian dan diberi apresiasi, akan berpotensi mencari perhatian di manapun agar dirinya menjadi dihargai. Tak menutup kemungkinan pula, keberingasan menjadi jalan mereka untuk menunjukkan bahwa mereka layak dihargai, paling tidak oleh kelompoknya sendiri.

Kehidupan yang melepaskan agama sebagai pondasinya, tentu akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Dampak sekularisme yang menghasilkan liberalisme ini membuat manusia bertindak semaunya tanpa merasa ada aturan yang membatasi. Padahal, manusia yang sifatnya lemah dan terbatas, membutuhkan pedoman untuk beraktivitas. Panduan hidup yang bersumber dari Sang Pencipta yang Maha Mengetahui atas hamba-Nya.

Hal ini juga bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan agama sebagai landasan dalam melakukan segala sesuatu. Generasi yang sibuk mencari jati diri tanpa berpegangan pada tali agama Allah, akan mengedepankan emosi dibandingkan solusi. Akibatnya, apapun bisa terjadi asal dirinya diakui.

Kehidupan yang sekuler liberal ini pun dapat mengaburkan peran orang tua. Seorang ayah yang sibuk bekerja demi mencukupi kebutuhan dirinya dan keluarga, terkadang membuatnya seolah kehabisan waktu untuk membimbing keluarganya. Seorang ibu yang mungkin juga ikut membantu perekonomian keluarga, menyebabkan tugasnya sebagai sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya menjadi terabaikan. Padahal, peran ibu amatlah penting untuk mencetak generasi yang berakhlak dan memegang teguh agama Allah. Sehingga generasi yang dihasilkan adalah generasi yang menjadi motor peradaban, yang mampu berjuang atas nama Islam. Bukan generasi yang membuat kerusakan dan menebarkan keresahan. Pendidikan yang sekuler pun menjadikan generasi tak kenal agama lebih dalam.

Fenomena geng motor ini pun tak lepas dari peran negara. Sanksi yang tidak menimbulkan efek jera membuat kejahatan serupa kembali berulang. Bukan kali ini saja, geng motor beraksi melukai bahkan sampai menghabisi. Keresahan pun timbul akibat tidak adanya rasa aman.

Selain itu, maraknya tontonan yang menampilkan adegan kekerasan menjadi salah satu faktor perusak mental generasi muda. Maka dari itu, dibutuhkan peran negara untuk menghapus ataupun memblokir konten-konten yang beresiko memunculkan tindak kekerasan atau kriminal, termasuk konten dewasa di dalamnya. Karena, generasi muda merupakan generasi penerus bangsa. Dan, keamanan merupakan tanggung jawab negara.

Kembali pada Islam

Dalam Islam, seluruh kegiatan harus didasarkan pada aturan agama. Karena, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk sanksi yang diberikan oleh negara pada pelaku kejahatan. Sanksi yang diberikan pun dapat menjadi pencegah sekaligus penebus dosa bagi pelakunya. Bagaimana tidak, jika pembunuh diberi sanksi hukuman mati (qishas), atau dimaafkan oleh keluarga korban dengan membayar diat sebanyak 100 ekor unta (40 ekor diantaranya sedang hamil).

Dari Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulullah saw. berkhotbah pada saat Fathu Makkah, beliau saw. bersabda, “Perhatikanlah! Diat untuk pembunuhan tidak disengaja yang tampak disengaja, seperti dilakukan dengan cambuk dan tongkat, adalah 100 unta, 40 ekor di antaranya sedang hamil.” (HR Abu Dawud, no. 1662). (muslimahnews.net, 15/2/2023)

Dengan sanksi yang tegas, orang-orang tidak mungkin mau melakukan hal yang sama, sanksi ini menimbulkan efek jera. Sehingga, sanksi tersebut dapat mencegah yang lainnya melakukan tindak kejahatan. Hukum ini berlaku kepada semua mukalaf, meskipun pelaku tindakan kriminalitas tersebut masih berusia belasan tahun.

Dan lagi, media hanya akan menampilkan tayangan-tayangan yang bermanfaat, yang dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan, serta menumbuhkan kepribadian Islam. Tayangan yang mempertontonkan kekerasan maupun konten dewasa, tidak akan beredar.

Pendidikan pun merupakan pendidikan yang islami, yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga, hidup akan terarah. Tidak akan mewujudkan eksistensi diri melalui jalur yang tidak berkah.

Orang tua dalam Islam akan melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap anak-anaknya. Dengan kembali merujuk pada aturan Allah, seorang ayah  akan mencari nafkah dengan tenang karena negara akan berupaya memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Hal ini menjadikan seorang ayah memiliki waktu lebih banyak untuk memerhatikan anaknya. Begitu pula yang terjadi pada setiap ibu. Seorang ibu akan terhindar dari tekanan karena himpitan ekonomi. Ibu akan fokus dalam mendidik anak-anaknya menjadi generasi cemerlang penerus peradaban.

Dengan kembali pada Islam, tidak mungkin jika tidak mengenal Islam. Oleh sebab itu, mengkaji agama Allah menjadi jalan yang ditempuh untuk memahami aturan yang Allah buat, termasuk hukum Islam di dalamnya.

Dengan memahami bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, maka berpikir cemerlang sebelum bertindak menjadi keharusan agar kebaikan lah yang diterima setelahnya. Hal ini membuat pemuda akan suka beramal saleh. Sesama dari mereka akan saling menjaga dan melindungi, bukan menyakiti. Generasi yang berprestasi, bukan yang sadis menghabisi. Generasi yang penuh kasih sayang, lembut hatinya, dan cerdas dalam memanfaatkan masa di dunia untuk akhiratnya. Generasi yang berkepribadian Islam melekat padanya.

Kolaborasi peran yang sinergi antara pribadi, orang tua atau keluarga, lingkungan, dan negara yang menerapkan Islam di kehidupan, akan menghasilkan suasana dan kondisi yang aman dan nyaman. Maka, penting untuk mengetahui keberhasilan Islam dalam menjaga negara beserta rakyatnya. Karena, dengan penerapan Islam secara menyeluruh di semua aspek, Allah akan memberikan rahmat dan keberkahan bagi semua.

Wallahu'alam