-->

Biaya Haji Pindah Harga, Ibadah Semakin Dipersulit

Oleh: Ai Hamzah 

Tercengang dengan pemberitaan naiknya biaya ibadah haji. Tak tanggung tanggung biaya ibadah haji yang direncanakan oleh pemerintah jauh lebih mahal dibandingkan biaya haji sebelumnya. Dilansir dari berbagai sumber, usulan rata-rata Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2023 mencapai Rp98.893.909. Kementerian Agama RI mengusulkan kenaikan biaya haji yang harus dibayar oleh jemaah menjadi Rp69,20 juta jauh lebih tinggi dari BPIH tahun 2022 sebesar Rp39.88 juta. Sedangkan sisanya ditanggung oleh dana nilai manfaat sebesar Rp29,7 juta. dpr.go.id, 26 Januari 2023

Harga yang sungguh fantastis. Bagi masyarakat menengah ke bawah, biaya haji bukanlah perkara yang gampang. Mereka berusaha memenuhi keinginan untuk ibadah haji dengan berbagai cara. Mulai dari menabung sampai belasan tahun lamanya bahkan lebih, menjual kekayaannya baik berupa tanah, rumah bahkan emas, demi keinginannya untuk menunaikan ibadah haji.

Ibadah haji adalah rangkaian ibadah yang diperintahkan oleh syariat. Dimana ibadah haji ini adalah salah satu ibadah yang termasuk kedalam rukun Islam, yaitu rukun Islam yang ke 5. Sehingga menjadi impian bagi umat muslim untuk bisa berziarah ke tanah Suci dalam rangkaian ibadah haji. Untuk melihat Ka'bah secara langsung sebagai kiblat umat muslim sedunia.

Pemerintah yang seharusnya memudahkan masyarakat untuk beribadah justru kini mereka menjadi mempersulit. Sistem kapitalisme yang kini sedang diusung dinegeri ini tidak memihak kepada masyarakat. Bahkan masyarakat menjadi pihak yang paling menderita terbukti dengan naiknya biaya haji yang membuat masyarakat mengubur dalam dalam impiannya untuk ibadah haji.

Diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:


مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ.


“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699)

Sehingga diriwayatkan ketika Rasulullah Saw menyembunyikan rasa laparnya, beliau berujar bahwa beliau tidak ingin menjadi pemimpin yang membebani umatnya

“Saya tahu kalian pasti akan kasih. Jangankan makanan, harta dan nyawa kalian pasti kalian kasih sebagai bukti cinta kalian. Tapi, bagaimana nanti waktu saya menghadap Allah? Bagaimana saya menyembunyikan rasa malu saya ketika saya mejadi pemimpn yang menjadi beban untuk orang-orang yang dipimpin? Jadi, biarlah rasa lapar ini menjadi hadiah Allah buat saya. Semoga umat saya tidak kelaparan di dunia, lebih-lebih tidak kelaparan di akhirat.”

Para sahabat yang mendengar ujaran Nabi Muhammad SAW tertegun karena kepemimpinan Rasulullah SAW mengutamakan kebahagiaan umatnya terlebih dahulu. 

Wallahu alam