-->

Muhasabah Dari Bencana, Islam Solusi Untuk Mengatasinya

Oleh: Masitah

Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ụn. Kembali negeri ini dilingkupi kabar duka yaitu tragedi gempa 5,6 SR di Cianjur, Jawa Barat. Yang menewaskan 318 orang (Sabtu (26/11)) dan masih akan terus ada tamabhan. Selain itu, tercatat sebanyak 526 infrastruktur rusak, yakni 363 bangunan sekolah, 144 tempat ibadah, 16 gedung perkantoran dan tiga fasilitas kesehatan rusak. Sedangkan jumlah rumah warga yang rusak sebanyak 56.320 unit (Kompas.com (25/11/2022)). Kondisi ini tentu menarik simpati dan perhatian publik. Banyak warga terpaksa tinggal/tidur di tenda-tenda pengungsian hingga saat ini. Berbondong-bondong bantuan datang dari berbagai penjuru negeri mulai dari pemerintah, organisasi dan seluruh lapisan masyarakat.

Akses ke posko-posko gempa juga tidak mudah. Akibatnya, meski banyak bantuan dari berbagai daerah, tidak semua bisa didistribusikan kepada seluruh korban yang terdampak gempa. Padahal mereka amat membutuhkan makanan, obat-obatan, popok bayi, akses air bersih dan lain-lain. Tentu membutuhkan bantuan dan upaya yang besar untuk mengatasi kondisi yang demikian. Mulai dari masyarakat, organisasi/instansi sampai pemerintah yang memiliki andil terbesar untuk mengatasi peristiwa tersebut. 

Cianjur Berduka, GBK Gembira

Namun disayangkan, ditengah musibah yang dialami warga Cianjur, ternyata digelar silahturahmi nasional dengan tema “Nusantara Bersatu” yang diselenggarakan oleh relawan Jokowi di Stadion Utama Gelora Bung Karna (GBK), Jakarta. Rombongan warga dari berbagai latar belakang dan daerah memadati area GBK, mulai dari kelompok ibu-ibu, anak muda hingga para santri. Dalam acara tersebut Presiden Jokowi memaparkan sejumlah pencapaiannya selama memerintah, terutama di bidang infrastruktur. Jokowi pada kesempatan itu juga menjabarkan sejumlah catatan yang dia anggap penting untuk dicermati oleh relawan terkait sosok dan kriteria calon presiden 2024. Dilansir oleh CNN Indonesia (27/11/2022).

Hal ini sangat tidak etis, karena saudara kita di Cianjur membutuhkan perhatian dan ulur tangan kita untuk membangun kembali kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi. Baik mendirikan hunian/tempat tinggal maupun mental akibat guncangan gempa yang pastinya meninggalkan luka fisik maupun psikis. Dari pada menggelar agenda tersebut di GBK, lebih baik membantu saudara Cianjur untuk merakukan revitalisasi pasca gempa bumi yang terjadi.

Tidak heran hal demikian terjadi, sebab sudah sangat biasa nampak kondisi tersebut kita temukan. Yaitu sebagian saudara terluka, sebagian lainnya euforia dengan agendanya. Inilah gambaran kehidupan dalam naungan sistem yang lahir dari pemikiran manusia. Seolah simpati hanya diluar tapi tak sampai di dalam. Bukan hanya itu, di aturan kehidupan saat ini pun kebanyakan melahirkan orang-orang yang hanya mementingkan diri dan rasa bahagianya saja. Mengukur kebahagian dan kehidupan sebatas materi belaka. Inilah yang dilahirkan dari sistem kapitalisme yang berasaskan pemisahan agama dari kehidupan. Agama hanya sebatas ibadah mahdo’ saja, sedangkan kehidupan menggunakan aturan sekulerisme yang bersifat bebas. Sehingga rasa simpati tak tersampaikan begitu dalam kepada orang lain.

Padahal gempa ini menimbulkan luka dalam bagi warga yang terdampak, bukan cuma kehilangan harta benda, tetapi juga kehilangan sanak keluarga. Hal ini membutuhkan dorongan dan kekuatan mental dengan meningkatkan keimanan individu. Supaya bisa lebih sabar dan ikhlas dalam menerima kondisi yang demikian. Hiburan untuk mengembalikan semangat mereka dalam menghadapi bencana ini. Namun sangat mustahil ditemukan di sistem kapitalisme saat ini. Dalih karena memiliki kesibukan lainnya, apalagi saat ini manusia disibukkan untuk memenuhi materi yang tidak ada habisnya. Ditengah isu resesi dan nampak bagaimana susahnya saat ini mengumpulkan pundi-pundi rupiah menjadi salah satu berkurangnya rasa peduli. Selain itu, efek manfaat dan keuntungan sangat besar dicari. Jika tidak terdapat di dalamnya maka tak akan di ambil.

Kapitalisme Biang Persoalan

Sungguh sangat miris dengan kehidupan yang dimotori sistem kapitalisme saat ini. Melahirkan individu yang hanya mementingkan diri sendiri saja. Selain itu, kehidupan manusia di penuhi dengan materi belaka. Bukankah sudah saatnya kita beralih ke kehidupan yang lebih baik? Tentu dengan menjadikan islam sebagai dasar kehidupan kita. 

Sebab nyata terlihat sistem kehidupan kapitalisme tak mampu menjadi dasar kehidupan bagi manusia. Sebaliknya kehadirannya hanya menimbulkan banyak masalah dan kesenjangan diantara manusia. Sehingga kita membutuhkan solusi yang mendasar untuk menyelesaikan problematika kehidupan manusia. Satu-satunya hanyalah penerapan islam secara keseluruhan. Bukan hanya sebatas keyakinan atau di mesjid saja, melainkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa harus islam?

Islam Solusi Tuntas Kehidupan

Bisa dilihat bagaimana islam menyelesaikan seluruh persoalan manusia secara tuntas. Al-qur’an dan as sunnah menjadi rujukan bagi umat manusia menjalankan kehidupannya baik dalam ranah hubungan antara kita dan pencipta, kita dan diri kita sendiri serta hubungan kita dengan masyarakan lainnya (Muamalah). Selain itu, islam melahirkan sosok pemimpin sejati yang akan bertanggung jawab penuh terhadap masyarakatnya. Apalagi di kondisi bencana, pemimpin akan mengerahkan seluruh upayanya untuk menyelesaikan secara tuntas persoalan tersebut, setelah itu baru memerhatikan yang lainnya. 

Sebagaimana Khalifah Umar Bin Khathatab saat menghadapi paceklik di Madinah. Beliau sampai rela menahan lapar dan tidak memakan enak karena begitu prihatin terhadap nasib rakyatnya. 

Dalam menghadapi musibah, Rasul saw. pun mengajari kita agar melakukan istirja’ (mengembalikan segalanya kepada Allah SWT) dan berdoa. Dalam menghadapi musibah, hendaknya juga kita banyak berzikir. Zikir akan dapat menenteramkan hati (QS ar-Ra’du [13]: 28). Hendaknya juga kita memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT baik dengan shalat, sedekah, tilawah al-Quran, shalat-shalat sunnah dan taqarrub lainnya. Saat ditimpa musibah, seorang hamba juga harus selalu bertawakal kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah, “Tidak akan pernah musibah menimpa kami kecuali yang telah Allah tetapkan untuk kami. Dialah (Allah) Pelindung kami.” Hanya kepada Allahlah kaum Mukmin bertawakal (TQS at-Taubah [9]: 51).

Semoga ini menjadi muhasabah untuk kita semua. Sejatinya tidaklah Allah SWT menurunkan suatu bencana kepada kita melainkan untuk menguji kita. Allah SWT berfirman yang artinya : “Musibah (bencana) apa saja yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan (dosa) kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian)” (TQS asy-Syura [42]: 30). WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb. []