-->

Ironis, Bersuka Cita Ditengah Penderitaan Rakyat Gempa Cianjur

Oleh: Dartik Ummu Sely Rosayu 

JAKARTA KOMPAS.com Badan Penanggulangan Bencana ( BNPB ) mencatat total 321 orang meninggal dunia akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat . Jumlah korban tersebut terhitung Minggu ( 27/11/2022 ).

Jumlah mengungsi sampai hari ini mencapai 73. 874 orang. Rinciannya pengungsi laki - laki  33.713 orang, perempuan, 40.161 orang, penyandang disabilitas 92 orang, Ibu ham207 orang dan lansia 4.240 orang.

Sedangkan, korban luka berat sebanyak 108 orang.

Dan mereka saat ini tengah mendapat perawatan di rumah sakit. Namun diwaktu yang sama penguasa malah mengundang relawan untuk hadir di GBK untuk membahas terkait Nusantara Bersatu.

TEMPO.CO. Jakarta - Ribuan relawan Jokowi yang berasal dari berbagai kelompok memadati Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat Sabtu pagi, 26 November 2022. Mereka datang dengan mengenakan baju putih dan membawa berbagai atribut.

150 ribu relawan Jokowi di klaim akan hadir dan Presiden Jokowi dipastikan hadir dalam acara tersebut. Ia dijadwalkan memberikan sambutan pukul 09 : 30 . Sambil menunggu kedatangan Jokowi , para relawan dihibur oleh sejumlah penampilan musik . Para relawan Jokowi tidak hanya menempati tribun penonton yang berkapasitas 77 ribu orang , namun mereka juga duduk di lapangan bola yang sudah ditutup dengan alas.

Hasil dari agenda yang di gelar Jokowi dan para relawan sempat memberikan sinyal akan memberikan dukungan kepada Gubernur Jawa tengah , Ginanjar Pranowo, sebagai calon mereka pada Pilpres 2024. Meskipun dari pihak Jokowi belum mengumumkan secara resmi siapa yang akan mereka usung.

Sangat disayangkan adanya pertemuan di tengah bencana gempa yang hingga saat ini masih membutuhkan pertolongan dan bantuan . Pertemuan besar tersebut tentunya , menghabiskan biaya besar . Apalagi ditengah suasana politik menjelang pemilu 2024 , pertemuan dengan relawan " rawan " dengan kepentingan ' pribadi ' dalam hal jabatan / kekuasaan . Adanya penipuan kegiatan makin menguatkan dugaan tersebut.

Seharusnya penguasa lebih mengedepankan urusan rakyat ketimbang ambisi pribadi. Bukankah sudah menjadi tanggung jawab penguasa terhadap rakyat ketika terjadi bencana? Agar rakyat mendapatkan pertolongan dan bantuan dari penguasa negeri yang memiliki rasa empati. Sehingga rakyatpun mendapatkan haknya untuk bangkit dan pulih untuk membangun kembali baik dari sisi mental, fisik, materi dan spiritual.

Biaya besar yang mereka gunakan untuk sekedar menggelar pertemuan di tengah bencana Cianjur sungguh terlalu . Sedangkan rakyat sangat  butuh biaya itu untuk mengembalikan kehidupan mereka seperti sediakala (sebelum gempa). Namun realitasnya jauh panggang dari api, semua telah terjadi karena penguasa yang kurang memiliki rasa peduli hingga rakyatpun merasa sendiri.

Inilah gambaran penguasa di sistem kapitalis Demokrasi ketika terjadi bencana tidak sepenuhnya meriayah rakyatnya. Namun sangat berbeda dengan sikap Umar bin Khattab ketika terjadi paceklik di Madinah, yang menahan dirinya untuk tidak makan enak karena begitu prihatin dengan rakyatnya.

Salah satu contoh ketika terjadi paceklik di Madinah Umar bin Khattab siang malam berkeliling untuk mencari tahu tentang kehidupan rakyat ketika terjadi musibah . Maka disatu malam langkah Umar bin Khattab terhenti di dekat sebuah tenda lusuh . Suara tangis seorang gadis kecil mengusik perhatiannya . Khalifah Umar pun mengajak Aslam mendekati tenda itu dan memastikan apakah penghuninya butuh bantuan.

Setelah mendekati tenda tersebut Umar mendapati seorang wanita dewasa tengah duduk di depan perapian . Wanita itu terlihat mengaduk - aduk bejana . Setelah mengucapkan salam , Khalifah Umar meminta izin untuk mendekati , lalu bertanya tentang apa yang terjadi. Siapa yang menangis ?, tanya Umar , wanita itupun menjawab agak ketus, lihat aja sendiri,  kenapa menangis? Apakah dia sakit? tanya Umar selanjutnya , wanita itupun menjawab mereka tidak sakit tapi mereka lapar .

Jawaban itu membuat Khalifah Umar dan Aslam tertegun .keduanya masih terduduk di tempat semula cukup lama , sementara gadis di dalam tenda masih saja menangis dan ibunya terus saja mengaduk aduk bejana ,  perbuatan wanita membuat Khalifah Umar penasaran , apa yang kamu masak hai ibu ? Mengapa tidak juga matang masakanmu ? Ibu itupun menjawab  lihat aja sendiri .

Khalifah Umar dan Aslam tercengang melihat isi bejana tersebut , karena isinya batu . Aku masak batu - batu ini untuk menghibur anakku . Inilah kejahatan Khalifah  Umar bin Khattab , dia tidak mau melihat ke bawah , apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum , kata wanita itu .Aku seorang janda sejak pagi aku dan anakku belum makan 

Sungguh Umar bin Khattab tidak layak jadi pemimpin , dia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya , lanjut wanita itu . wanita itu tidak tahu yang dihadapannya adalah Umar bin Khattab . Aslam sempat hendak menegur wanita itu , tetapi Khalifah Umar mencegahnya , Khalifah Umar lantas menitikan air mata dan segera bangkit dari tempat duduknya .

Segera diajaknya Aslam pergi cepat ke Madinah kemudian Khalifah langsung pergi ke Baitul mal dan mengambil sekarung gandum , tanpa memperdulikan rasa lelah , Khalifah Umar mengangkat sendiri karung gandum tersebut di punggungnya meskipun Aslam mencoba untuk membantunya Umar menolak .

Aslam , jangan menjerumuskan aku kedalam neraka , kau akan menggantikan aku memikul beban di pundaku ini di hari pembalasan kelak ? Umar berkata dengan nada tinggi. Sambil terseok-seok Khalifah Umar mengangkat karung itu dan di antar ke tenda tempat tinggal wanita itu . 

Sesampainya di tenda itu Umar bin Khattab langsung memasak dan memberikan makanan tersebut kepada wanita dan gadis kecil itu , hati Khalifah Umar terasa tenang , makanan habis dan Umar pun pamit pulang ke Madinah .

Ini adalah salah satu contoh sosok pemimpin yang memiliki rasa empati terhadap rakyat , sosok pemimpin yang dapat menitikan air mata ketika rakyat tidak menemukan makanan apapun . Dengan rasa cinta dan kasih sayangnya Umar rela berlelah - lelah demi mencari ridho dari Allah SWT , sangat berbeda dengan penguasa saat ini mereka berlelah - lelah  untuk pesta pora di saat rakyat dalam kondisi menjadi korban  bencana .

Wallahu a'lam bi ash-shawwab