Tragedi Pinjol Menjerat Mahasiswa, Potret Buruk Sistem Pendidikan Tinggi
Oleh: Rifdathul'Anam
Ratusan mahasiswa IPB (Institut Pertanian Bandung) dikabarkan terjerat pinjaman online (pinjol). Hal tersebut mereka lakukan karena untuk modal memulai penjualan online. Utang yang mereka pinjam berkisar 3 juta hingga 13 juta rupiah. Para mahasiswa diduga terpengaruh oleh kakak tingkatnya untuk masuk ke grup WA usaha penjualan online.
Setiap mahasiswa diminta investasi ke usaha tersebut dengan keuntungan 10% per bulan. Namun dalam perjalanannya keuntungan yang didapat tidak sesuai dengan cicilan utang yang harus dibayar kepada pinjaman online, hingga mahasiswa mulai resah saat ditagih hingga didatangi kerumah.
Alih-alih mendapatkan keuntungan, alhasil yang mereka dapatkan adalah penipuan. Apalagi peristiwa ini terjadi di perguruan tinggi negeri yang favorit dan masuk top 450 dunia.
Banyaknya mahasiswa yang menjadi korban penipuan untuk investasi, menggambarkan betapa para mahasiswa terjerat pragmatis akut sehingga tidak berpikir jernih. Orientasi materi yang menjadi tujuan mereka telah menjebak mahasiswa untuk mencapai materi dengan instan tanpa berpikir panjang.
Mereka tidak menyadari bahwa dibalik investasi digital dan pinjaman online berbunga adalah riba, dan Islam telah mengharamkan riba. Allah ta'ala berfirman :
"... Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), lalu urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (Al-Baqarah 275)
Standar kapitalistik yang mereka gunakan untuk mengukur keberhasilan, membuat mereka dijadikan tumbal untuk menggerakkan bisnis kapitalistik. Inilah buah sistem pendidikan dalam kapitalisme di perguruan tinggi, mahasiswa yang dicetak hanya berorientasi pada materi. Sehingga mahasiswa menjadi sasaran empuk penyesatan oleh teknologi keuangan, karena dikendalikan oleh sistem kapitalisme.
Penyelenggaraan pendidikan dalam sistem ini membuat hidup mahasiswa sulit, dimana biaya pendidikan di perguruan tinggi yang semakin mahal, ditambah lagi arus gaya hidup yang hedonis. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya peran negara yang seharusnya mengayomi.
Sungguh berbanding terbalik dengan sistem Islam, yang menjadikan perguruan tinggi sebagai tempat menyiapkan calon pemimpin umat. Negara dengan sistem islam bertanggung jawab mengatur dan menjamin proses pendidikan dengan memastikan sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan berkepribadian Islam serta memiliki penguasaan ilmu dan pengetahuan. Dengan metode penanaman tsaqofah Islam berupa akidah, pemikiran dan perilaku Islam.
Telah banyak para ilmuwan yang telah lahir dari sistem Islam, seperti Ibnu Sina dengan ilmu kedokteran, Al khawarizmi dan masih banyak lagi. Karena dengan sistem ini rakyat dapat dengan mudah mengakses pendidikan secara gratis dan negara bertanggung jawab penuh untuk hal itu.
Wallahu'alam bishawab.
Posting Komentar