-->

R20 Arahkan Agama Menjadi Solusi, Benarkah?


Oleh: Zakiyaturrohmah

Timbulnya banyak konflik di dunia seperti yang terjadi antara Ukraina vs Rusia dan konflik lainnya diprediksi mengakibatkan resesi di tahun mendatang. Salah satu penyebabnya adalah karena sentimen antarkelompok agama. 

Hal ini membuat para pemimpin agama di dunia mengadakan pertemuan di Jogja pada Jum'at (4/11) dengan tema Komunike R20: Upaya Pastikan Agama Berfungsi Sebagai Solusi Global. Alih-alih menjadikan agama sebagai sumber konflik, mereka mengupayakan agar agama menjadi solusi global demi kehidupan yang harmonis pada semua warga di seluruh dunia. Pertemuan ini dihadiri oleh para pemimpin agama dan sekte-sekte dengan peserta utama dari negara anggota G20. Forum R20 ini pertama kali dicetuskan oleh KH. Yahya Cholil Staquf begitu pertama kali dia terpilih menjadi ketua PBNU, di akhir Desember 2021. (Merdeka.com 5/11/2022). 

Seperti dilansir dari nu.or.id (28/10/2022), di Forum R20 ini, setiap pemimpin agama dan sekte yang hadir akan secara terpimpin menyampaikan gagasan tentang nilai-nilai universalitas yang berbasis pada tradisi dan spiritualitas agama. Tradisi yang baik dan buruk kemudian mentransformasi diri dari doktrin yang telah terbangun bertahun atau berabad sebelumnya. Dari sini dapat dipahami bahwa agama yang dimaksud adalah gabungan antara banyak pemahaman agama yang memiliki makna universal, bukan menunjukkan pada kebenaran agama Islam dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. 

Tak hanya didatangi oleh pemimpin agama, R20 ini juga mengundang aliran sesat seperti Ahmadiyah (laman fb warta Ahmadiyah). Bukannya menyampaikan kebenaran justru pertemuan R20 ini membuka pintu pada segala keyakinan yang bertentangan dengan Islam. Maka, wajar saja jika tema yang diangkat dalam R20 ini terlihat sangat kontras dengan yang terjadi hari ini, ketika diserukan menjadikan agama sebagai solusi, akan tetapi sesuatu yang mengusung Islam justru di cap radikal, ekstremis, dan teroris. Seseorang yang berpegang teguh pada Islam dipandang sebagai sebuah masalah. Sebagaimana yang terjadi di Sumenep, di mana densus 88 menangkap 3 terduga teroris pada 28 Oktober 2022. Penangkapan ini adalah hasil pengembangan dari penangkapan seorang ASN pada tanggal 13 Oktober 2022 lalu. Ada dugaan bahwa ASN tersebut tergabung dalam organisasi teroris internasional, yakni Jama'ah Islamiyah (JI) (beritasatu.com 6/11/2022). 

Dugaan-dugaan yang belum pasti pun menjadi alasan yang mereka gunakan untuk menyerang kaum muslim. Berbagai upaya melalui aturan, kebijakan dan seruan opini juga senantiasa dilakukan oleh negara demi menangkal gerakan radikal yang menyasar kaum muslim yang taat dan memperjuangkan Islam. Intinya, segala cara digunakan untuk mencegah muslim menjalankan ajaran Islam secara totalitas.

Hal ini tentu dapat mengaburkan makna Islam sebagai ideologi, yaitu Islam sebagai way of life. Menjadikan Islam sebagai solusi, tetapi tidak menjadikan syariat Islam sebagai acuan atas seluruh problem kehidupan. Syariat Islam malah disesuaikan dengan problem yang terjadi dengan pertimbangan nilai universal dari agama lain. Padahal, Allah telah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 19:

  إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.”

Allah juga telah memerintahkan hamba-Nya untuk menyerahkan seluruh urusannya pada Al-Qur'an dan Sunnah nabi. Ini Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa’ ayat 65:

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sungguh, demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara apa saja yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerimanya dengan sepenuhnya.”

Menjadikan agama Islam sebagai solusi tentu harus meliputi segala aspek, sebab syariat Islam sangat sempurna dan paripurna. Menjadikan Islam sebagai solusi hanya pada sebagiannya saja justru akan mengerdilkan Islam dan syariat yang ada. Agama harus dijadikan sebagai solusi karena semua pengaturan yang dibuat oleh pencipta manusia pasti akan berbuah kemaslahatan bagi dunia. Namun, peraturan ini tentu harus berangkat dari keimanan yang sahih, bukan semata-mata mengejar kemaslahatan yang ada. Allah telah menjanjikan keberkahan dengan terus menambah kebaikan dari langit dan bumi apabila kita bertakwa dengan sepenuhnya. Dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka rahmat Allah akan selalu tercurah.  Dan, ini sudah terbukti selama beberapa abad dalam tegaknya sistem khilafah Islam, seperti yang tercantum dalam firman Allah surah Al-A’raf ayat 96:

 وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ 

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan.”