-->

Banjir Berulang Upaya Pencegahan Diabaikan


Oleh: Ummu Riky Fadhillah 

Badan penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Propinsi Bali mengungkapkan jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir hingga tanah longsor di Pulau Dewata itu  bertambah menjadi tujuh orang . Kemudian korban bertambah satu orang yang sebelumnya korban bencana banjir dan longsor di Bali ada enam orang .

BPBD merinci korban meninggal dunia terdapat di Kabupaten Jembrana satu orang , Kabupaten Karangasem tiga orang , Kabupaten Bangli satu orang , Kabupaten Tabanan satu orang dan Kota Denpasar satu orang . Sementara itu jumlah titik kejadian bencana di Bali menjadi 258 titik dengan kerugian berkisar Rp 7,6 Miliar tulis BPBD Jakarta CNN Indonesia (24/10 / 2022 ) .

Bencana banjir hampir  selalu terjadi setiap tahun di berbagai wilayah di Indonesia , namun nampaknya upaya antisipasi dan mitigasi bencana belum di perhatikan secara serius dan seksama pasalnya peringatan BMKG terus diabaikan . Sejumlah aktivis lingkungan menyoroti kebijakan pembangunan di Bali yang menjadi penyebab banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah di Pulau Dewata itu .

Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Bali akibat dari rusaknya lingkungan hidup di karenakan tidak adanya kebijakan pemerintah Bali yang bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan . Rakyat berharap pemerintahlah yang punya tanggung jawab untuk memperbaiki tatanan lingkungan hidup , namun pemerintah malah membangun proyek proyek yang merusak alam seperti Pembangunan Pusat Kebudayaan Bali di Kabupaten Klungkung yang berada di kawasan rawan bencana .

Pemerintah juga membangun jalan tol Gilimanuk -Mengwi yang akan menerobos sawah dan hutan serta adanya rencana pembangunan Terminal LNG di  kawasan mangrove dan  pesisir Sanur yang justru menambah dari deretan proyek yang meningkatkan alih fungsi lahan dan buruknya mitigasi bencana di Bali .

Hilangnya tujuh nyawa atas bencana banjir dan tanah longsor merupakan akibat dari kebijakan pemerintah Bali yang abai terhadap perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup sehingga terjadi bencana . Putusnya akses jalan , dimana terdapat kayu-kayu besar yang berserakan menandakan hutan di Bali tidak baik baik saja.

Alih fungsi lahan di Bali menjadi penyebab banjir bandang yang terjadi di pulau Dewata itu merupakan imbas dari kebijakan yang merusak lingkungan dan pemanfaatan ruang yang tidak terkendali dan terkesan ugal ugalan.

Pemerintah berupaya untuk memoles wajah Bali sedemikian rupa , seolah - olah selaras dengan prinsip perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup dengan menampilkan mangrove sebagai showcase . Hal itu justru berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi , di mana mangrove terancam akibat proyek terminal LNG yang  tentunya akan berakibat buruknya bagi mitigasi bencana di Bali . Bencana alam yang terjadi di Bali menunjukkan ketidak seriusan penguasa dalam mengurus rakyatnya , khususnya dalam mitigasi bencana .

Kebijakan pemerintah tidak akan dapat memberikan manfaat bagi rakyat selama masih menerapkan sistem kapitalis sekuler yang lebih berpihak kepada para pemilik modal . Masalah banjir akan dapat diselesaikan ketika umat kembali kepada sistem Islam kaffah yang akan menyelesaikan semua masalah yang ada .

Dengan sistem Islam kaffah maka semuanya akan difungsikan sesuai fitrah  seperti fungsi negara yang seharusnya menjadi pengurus urusan umat . Khalifah melarang penebangan hutan secara liar karena hutan adalah milik umat yang hanya bisa dikelola oleh negara untuk kesejahteraan rakyatnya . Kemudian Khalifah Akan membuat fungsi sungai dan selokan dapat bekerja dengan baik , tidak menebang hutan kecuali untuk kemaslahatan umat . Karena pemeliharaan hutan dengan cara yang baik maka dapat memperbanyak lahan hijau untuk penyerapan air sehingga dapat mengantisipasi terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor . Maka  karena  itu  umat harus memiliki kesadaran politik bahwa sistem kapitalis telah melahirkan penguasa yang tidak amanah , namun sebaliknya hanya dengan sistem Khilafah Indonesia bahkan dunia akan sejahtera aamiin .

Allahu a'lam bi ash-shawwab.