-->

Tanpa Perisai, Kehormatan Islam Makin Direndahkan!

Oleh : Restu Febriani

Ditengah sikap toleransi beragama yang selalu lantang disuarakan, kehormatan umat Islam malah terus direndahkan. Seakan memang ingin melenyapkan Islam dari muka bumi ini dengan mengikis simbol agama Islam secara perlahan.

Baru-baru ini Ulama besar asal Indonesia, UAS (Ustadz Abdul Somad) ditolak masuk Singapura saat datang dari pelabuhan TPI Batam Center, kepulauan Riau, pada 16 Mei 2022. UAS dan rombongan kembali dipulangkan ke Indonesia melalui pelabuhan Batam tempat rombongan itu awalnya berangkat. KBRI Singapura menjelaskan UAS mendapat not to land notice karena dinilai tidak memenuhi kriteria eligible untuk berkunjung ke Singapura.  (Detik.news, 22/05/2022)

Belum cukup sampai disitu. Hati umat islam kembali tersakiti dengan polemik pemasangan Bendera LGBT oleh Kedubes Inggris di Jakarta. Pengibaran bendera LGBT itu langsung mendapat kecaman dari berbagai pihak di Indonesia. Dalam postingan di Instagram resminya, pihak Kedubes Inggris menuliskan tujuan dari pengibaran bendera LGBT tersebut. Menurut mereka, pengibaran bendera tersebut berkaitan dengan peringatan Hari Internasional Melawan Homofobia, Bifobia, dan Transfobia (IDAHOBIT) yang jatuh pada 17 Mei 2022.

Sistem Sekuler, Islam Semakin Direndahkan

Penolakan terhadap ulama dan penistaan ajaran Islam bukan hal yang aneh dan pertama terjadi dinegeri sekuler. Sungguh berani dan ironis, orang semakin terbuka mengolok-olok Ulama dan menistakan ajaran Islam di negeri Indonesia tercinta. Negeri yang mayoritas penduduknya muslim, bahkan tercatat sebagai negara muslim terbesar di dunia.

Mengapa sebagian orang begitu terbuka dan berani menunjukkan ketidaksukaan terhadap Islam dan umat Islam? Penguasa di negeri ini pun hanya bergeming, seakan tak punya nyali untuk menunjukkan kemarahan atau ketidaksukaannya atas cercaan terhadap simbol Islam, padahal dia sendiri mengaku sebagai seorang muslim? 

Beginilah watak penguasa dalam sistem sekuler demokrasi, hanya bertindak ketika dirinya sendiri diusik dan berdiam diri ketika Islam dicerca seolah cercaan tersebut tak berarti apapun bagi dirinya.

Negeri muslim terbesar didunia ini seperti kehilangan wibawa karena lemahnya lembaga-lembaga negara. Akibatnya, masyarakat kehilangan jaminan penegakan hukum, keadilan, keamanan, dan kesejahteraan. Pemerintah sepatutnya mengevaluasi beragam kebijakannya agar kewibawaan di mata asing bisa menguat. 

Apa yang terjadi pada UAS dan keberanian asing mengibarkan bendara LGBT menunjukkan lemahnya posisi umat Islam saat ini. Semua terjadi karena pemerintah sendiri tidak menampakkan sikap tegas menentang LGBT dan menunjukkan penghormatan pada Ulama. Umat yang tak lagi mempunyai wibawa dan tidak adanya pemimpin yang memberlakukan Islam Kaffah membuat kejadian seperti ini terus berulang. Oleh karenanya, hinaan dan cercaan terhadap Islam akan selalu terjadi, baik sehari, sebulan, setahun, dan pada waktu-waktu lainnya. Maka dari itu kita tak bisa berharap pada sistem sekuler yang saat ini diterapkan.

Umat Butuh Perisai

Maka solusi dari permasalahan umat saat ini adalah tegaknya Khilafah sebagai junnah (perisai) bagi umat Islam. Karena hilangnya junnah ditengah umat membuat Islam diperlakukan dengan semena-mena. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR al-Bukhari an-Nasai dan Ahmad).

Tanpa Khilafah, tak ada lagi perlindungan terhadap umat Islam. Simbol dan syiar Islam pun tak lagi dihormati. Ketika Islam dicampakkan maka Islam akan dinistakan, ketika sistem kufur diterapkan hanya kesengsaraan yang didapatkan. 

Wallahua'lam bisshawab.