-->

Hari Lansia, Sudahkan Lansia Sejahtera?

Oleh : Mira Sutami H (Pemerhati Sosial dan Kebijakan Publik) 

Hari Lansia yang digelar pada 29 Mei 2022 berlangsung di Tasikmalaya yang bertemakan Lansia Sehat, Indonesia Kuat. Terma tersebut diambil karena besarnya jumlah populasi lansia yang cukup besar. Menurut data  Pusat Data Statistik ( BPS )  tahun 2021 terdapat 29,3 juta penduduk Indonesia berusia lansia ( 10,82 % total populasi ). Hari Lansia diperingati sebagai wujud kepedulian dan penghargaan kepada manusia usia lanjut. Lansia adalah orang berusia 60 tahun ke atas ini sesuai dengan Undang - Undang no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia. 

Pemerintah membentuk Komnas Lansia dan merancang Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia di bawah Menko koordinasi kantor Menko Kesra. Komnas Lansia dibentuk sesuai dengan Keppres Nomor  52 tahun 2004. Tugasnya sebagai koordinator usaha peningkatan kesejahteraan sosial orang lanjut usia di Indonesia. Ini adalah wujud penghargaan terhadap orang lanjut usia. 

Pada peringatan Hari Lansia itu pemerintah memberikan bantuan berupa alat bantu pendengaran, kacamata, kruk, kursi roda, obat - obatan, masker, hand sanitizer, paket bantuan nutrisi, alat ibadah, bantuan wirausaha.  (Kompas.com, 29/5/2022 ) 

Sesungguhnya bentuk bantuan untuk lansia dalam peringatan hari lansia perlu diapresiasi. Namun bila ditinjau dari jumlah lansia bantuan tersebut masih jauh dari total jumlah lansia yang ada di Indonesia. Belum lagi jumlah alat kesehatan dan obat - obatan tersebut hanya diberikan sekali dalam setahun jadi belum bisa mensejahterakan lansia. Selain itu banyak lansia yang mempunyai penyakit lain yang juga membutuhkan penanganan namun tidak mendapatkan bantuan. Sehingga mereka harus merogoh kantong dalam - dalam secara pribadi. Belum lagi di usia senjanya mereka dalam kondisi papa dan sakit - sakitan namun tak satu bantuanpun yang mereka terima.  

Belum lagi bila ditinjau ulang bila usia lanjut yang dimaksudkan adalah 60 tahun keatas, lalu bagaimana bila  usia orang yang 50 tahun lebih namun sudah tidak kuat melakukan pekerjaan karena alasan kesehatan? Tentu hal ini juga akan mempersulit dari orang yang bersangkutan. Belum lagi bila mereka juga  termasuk orang yang berekonomi lemah kebawah tentu hal ini meninggalkan polemik bagi lansia itu sendiri. 

Mirisnya saat ini banyak lansia yang terlantar bahkan dengan sengaja dibuang oleh anak atau keluarganya. Banyak pula orang lansia yang masih mempunyai tanggungan menghidupi cucunya. Bahkan ada lansia dalam kondisi miskin yang harus menghidupi anaknya yang lumpuh. Sehingga di usia senjanya beliau harus banting tulang padahal harusnya beliaunya harus sudah beristirahat saja di rumah. 

Selain itu sejahtera dihitung berdasarkan  rata - rata jumlah penduduk. Kesehatan juga seperti itu. Jadi bila rata - rata jumlah penduduk sudah dinyatakan sehat atau sejahtera maka semua orang dianggap seperti itu. Padahal tidaklah demikian masih banyak orang masih hidup dalam keterpurukan. Mereka banyak yang kesulitan memenuhi kebutuhan pokok mereka seperti pemenuhan makan sehari - hari. Atau bahkan sakit - sakitan namun tak bisa membayar rumah sakit atau bahkan ditolak oleh rumah sakit. Dan ini jumlahnya juga sangat banyak sekali. 

Inilah potret buruk sistem kapitalis yang telah gagal mengurusi kesejahteraan masyarakat termasuk lansia. Padahal seharusnya negara bisa menjamin kesejahteraan tiap - tiap individu. Namun bukan rahasia umum bila watak kapitalisme selalu memandang untung dan rugi dalam segala hal termasuk dalam hal kewajibannya mengurusi urusan umatnya. Jadi wajar apabila banyak orang atau bahkan lansia yang hidup susah karena tidak terpenuhinya kebutuhan pokoknya padahal kekayaan alam negerinya melimpah ruah. 

Hal tersebut sangat berbeda dalam sistem Islam. Tiap - tiap individu yang merupakan anggota masyarakat negara Islam (Daulah Islam) maka akan mendapatkan jaminan berupa kebutuhan pokoknya berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Berarti lansia masuk di dalam. 

Untuk jaminan pemenuhan kebutuhan pokok berupa sandang, pangan dan papan dalam Islam mekanismenya ada yang dijamin langsung oleh negara dan ada yang tidak. Yang pemenuhan kebutuhan pokok dijamin oleh negara apabila seorang lansia yang sudah tidak memiliki anak atau kerabat yang bisa untuk menanggung hidupnya. Namun apabila lansia itu masih memiliki anak maka anaknyalah yang harus menanggungnya. Bila dia tidak memiliki anak namun kerabatnya laki - lakinya masih sanggup untuk menanggungnya maka penguasa akan meminta kerabatnya tersebut untuk memenuhi kebutuhan lansia tersebut. Dan jangan khawatir negara akan membuka lapangan pekerjaan yang seluas - luasnya untuk laki - laki yang sudah baligh jadi setiap laki - laki bisa diandalkan untuk menanggung  hidup keluarganya. 

Sedangkan untuk kesehatan dan keamanan maka negaralah yang memberikan secara gratis. Tentu saja semua orang termasuk lansia akan mendapatkan jaminan kesehatan terbaik dari negara termasuk lansia. Dengan begini setiap orang tidak usah khawatir memikirkan biaya kesehatan. Tentu saja tidak ada ceritanya seseorang ditolak rumah sakit dalam sistem Islam. Sehingga lansia juga tak perlu risau lagi bila dalam masa tuanya dia sakit - sakitan karena penyakit tuanya. Hal ini sangat berbeda dalam sistem kapitalisme dimana lansia pun harus putar otak untuk berobat dikala sakit. 

Jelas sudah hanya Islamlah yang mampu mengurai masalah umat termasuk masalah kesejahteraan lansia. Tapi hal tersebut tidak akan mungkin terjadi apabila hukum - hukum Allah tidak diterapkan secara sempurna oleh institusi khilafah. Maka bila ingin hidup sejahtera maka umat harus kembali pada sistem Islam tentunya. Dan hal itu butuh diperjuangkan tentunya bukan hanya diam saja. 

Wallahu a'lam bish shawab