-->

DIKALA NEGRI TAK DIHORMATI, PROBLEMATIKA PUN SERING TERJADI

Oleh : Susiana Edward

Negri Indonesia tercinta dimata dunia sebenarnya memiliki arti yang begitu mendalam karna begitu indah nya negri ini dengan segala macam keunikan dan keragaman yang tidak bisa disaingi negri manapun. 

Namun, karna dinaungi oleh sebuah sistem dari barat yaitu sistem sekulerisme yang telah merusak kemandirian negri ini akhirnya negri ini kian terperosok tak akan bisa bangkit dari kewibawaan dan kesejahteraan yang diimpikan penghuni negri. 

Sesuai fakta, berulangnya negri ini dipimpin oleh seorang presiden dari mulai yang pertama yaitu presiden Ir. Soekarno hingga bapak Jokowi kini kita malah disuguhkan dengan berbagai macam urusan yang selalu menyasar umat Islam.

Seakan Islam-lah pembuat onar negri ini, meski tak seindah yang dikatakan bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah umat Islam, tapi hari ini umat Islam bak dijadikan sebagai musuh yang harus dihilangkan.

Direzim inilah semakin jelas terlihat ketentraman Islam terus diusik dengan berbagai fitnah dan label,
Ulama ulama yang dicap radikal, tuduhan teroris hingga pelajaran sekolah yang dibatasi dari unsur Islam.
Kini kembali salah satu ulama kebanggaan Indonesia Ustadz Abdul Somad yang dicurigai tak dinegri sendiri tapi sampai ke negri seberang Singapura yang didiskriminasi oleh pihak Singapura.
Lantas ini Langsung mendapatkan respon dari para jamaah Indonesia.

Seperti kutipan dari Jakarta - Pendukung Ustaz Abdul Somad (UAS) dari Pertahanan Ideologi Sarekat Islam (Perisai) mengancam akan mengusir pihak Kedutaan Besar (Kedubes) Singapura di RI jika dalam 2x24 jam tidak meminta maaf. Polisi pun memberi peringatan karena tindakan pengusiran secara paksa itu merupakan perbuatan melawan hukum.
Diketahui, UAS ditolak masuk Singapura saat datang dari Pelabuhan TPI Batam Center, Kepulauan Riau pada 16 Mei 2022. UAS dan rombongan kembali dipulangkan ke Indonesia melalui pelabuhan Batam tempat rombongan itu awalnya berangkat. KBRI Singapura menjelaskan UAS mendapat not to land notice karena dinilai tidak memenuhi kriteria eligible untuk berkunjung ke Singapura.

Kementerian Dalam Negeri Singapura pun buka suara soal alasan penolakan UAS. Khotbah UAS soal bom bunuh diri dalam konteks konflik Israel-Palestina diungkit.
kemudian ustadz Abdul Somad dikenal sebagai penceramah ekstremis dan mengajarkan segregasi, yang tidak dapat diterima dalam masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura. Misalnya, Somad telah mengkhotbahkan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi 'syahid'," tulis Kemendagri Singapura.

"Dia juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal 'jin (roh/setan) kafir'. Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai 'kafir' (kafir)," lanjut pernyataan tersebut, sebagai mana dalam konteksnya UAS adalah seorang ulama yang harus menyampaikan dakwah yang sebenarnya diajarkan syariat Islam.

Apalah daya itulah sederet tuduhan yang dijatuhkan kepada UAS, disini tentulah kita bisa menilai bahwa apa yang dituduhkan oleh pihak Singapura adalah bentuk ketakutan ataupun Islamphobia yang secara terang-terangan hingga mengambil langkah menolak kehadiran UAS beserta rombongannya. 

Padahal UAS datang hanya untuk berlibur bukan dalam agenda dakwah.
Tentu lah ini satu hal seperti menampar wajah sendiri, seorang ulama yang terkemuka karna ilmunya mendapatkan perlakuan kurang baik yaitu ditolak, sudah pasti para pendukung tidak terima karna ini bentuk penghinaan terhadap ulama dan meminta agar perwakilan Kedubes Singapura untuk meminta maaf.

Bukan perkara ini saja terkait bendera LGBT juga menjadi perhatian bagi umat muslim seperti yang diberitakan jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VIII DPR Bukhori Yusuf memprotes pengibaran bendera pelangi LGBT di Kedutaan Besar Inggris di Jakarta.

Pemerintah Indonesia diminta tidak membiarkan setiap perwakilan asing melecehkan norma dan nilai yang berlaku di negara ini.
Politikus PKS itu pun mendukung upaya pemerintah menegakkan kedaulatan negara ini dengan mengirimkan pesan yang tegas bahwa setiap perwakilan asing di Indonesia tidak diperkenankan secara provokatif mengkampanyekan nilai dan norma yang tidak sesuai dengan pandangan hidup warga di negara ini.
"Mereka harus berhenti mempromosikan LGBT dan menunjukkan itikad baik untuk menghormati nilai dan norma yang berlaku di tengah masyarakat Indonesia,” tegas Bukhori melalui keterangan yang diterima Minggu (22/5).

Dari peristiwa berkibar nya bendera LGBT dilangit Indonesia, menunjukkan bahwa ada upaya secara perlahan yang dilakukan sejumlah orang yang anti Islam untuk membuat sensasi dan iklan agar LGBT diterima dinegri muslim ini,
Tentulah ini tidak terlepas dari sistem yang diterapkan saat ini sekuler demokrasi yang memberikan jalan bagi siapa pun untuk melakukan apapun dengan bebas segalanya bisa mereka rubah sesuai kehendak manusia,

Bentuk peremehan dan pelecehan dinegri ini semakin terus nampak karna tidak ada upaya dan sikap yang tegas dari pemerintah, sehingga apapun masalah yang dihadapi hanya akan tetap sama kasusnya.
Hanya kecaman, revisi undang-undang dan keinginan yang bisa dilakukan sehingga tidak ada effek bagi negri ini.

Segala macam bentuk penghinaan yang ditujukan kepada islam termasuk kasus UAS yang ditolak di Singapura dan berkibar nya bendera LGBT dikedubes Inggris yang ada di Indonesia semua adalah upaya kotor dari musuh anti Islam yang keduanya sama sama ingin menghilangkan umat dari cahaya Islam.

Tak sampai disini masih ada orang orang yang berjuang terus untuk agama Islam ini seperti yang Allah SWT firmankan dalam 
surah Muhammad ayat 7 sebagai berikut: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu".

Hanya para penjaga agama Allah lah yang akan berjuang sekuat tenaga bahkan nyawa untuk membela para ulama dan mencegah kemungkaran dinegri ini,
Semua akan lebih mudah dan cepat teratasi jika institusi yang diterapkan hanyalah institusi Islam satu satunya.

Wallahu a'lam bissawwab