-->

MINYAK LANGKA, SIAPA YANG MENIMBUN?

Oleh : Sukmawati Umar (Muslimah Makassar) 

Kelangkaan minyak goreng menyeret nama dua partai politik (parpol). Diantaranya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Diketahui PDIP telah melakukan pembagian minyak goreng hingga 10 ton. Sementara PSI telah menggelar operasi pasar murah.

Tokoh Nahdatul Ulama (NU) Habib Noval Assegaf melalui akun twitternya juga mengaku bingung atas banyaknya pembagian minyak goreng di tengah kelangkaannya.

“Minyak goreng langka tapi banyak yang bagi-bagi dan operasi pasar. Jadi sebenarnya siapa yang menimbun?"  (Fajar.co.id/8/3/2022).

Kisruh Minyak Goreng Dalam Negeri

Sudah beberapa pekan ini emak-emak disibukkan dengan antrian minyak goreng. Dimana ada info tentang pembagian minyak goreng murah, maka emak-emak segera meluncur ke lokasi untuk mengantri hingga berjam-jam lamanya, bahkan ada yang kehabisan minyak goreng dan pulang hanya membawa kekecewaan dan kelelahan.

Kerelaan emak-emak untuk  antri demi mendapatkan minyak goreng, partanda bahwa rakyat butuh tetapi pemerintah acuh. Bahkan ada partai yang bagi-bagi minyak goreng serta menggelar pasar murah.

Masyarakat berspekulasi kalau merekalah yang menimbun minyak goreng untuk kepentingan politik. Dengan adanya pembagian minyak ditengah langkanya minyak goreng, dapat mengait simpati masyarakat dan kemudian akan didapatkan suaranya.

Wajah Kapitalisme

Beginilah pemerintahan kapitalis, mereka memanfaatkan kebingungan dan kesusahan rakyat untuk mendapatkan keuntungan. 

Disaat semua lagi bingung bagaimana caranya agar minyak goreng dapat dimiliki dengan harga murah, justru diwaktu yang bersamaan ada oknum-oknum yang memanfaatkan keadaan ini, sehingga masyarakat semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan dapur,  khususnya minyak goreng.

Sistem kapitalisme tidak akan pernah memberikan kesejahteraan untuk masyarakat, karena pada dasarnya merekalah yang sangat berambisi agar semakin kaya, sedangkan rakyatnya semakin sengsara. 

Wajarlah pemerintah memperhitungkan untung-rugi dalam setiap kebijakannya. Seharusnya masyarakat sadar kalau setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa, tidak akan memberikan kebaikan dan sebaliknya menerapkan sistem ekonomi islam sebagai penawar luka dihati yang disebabkan bobroknya kapitalisme.

Minyak Goreng, Siapa Yang Menimbun? 

Kelangkaan minyak goreng saat ini memang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dibenak masyarakat, karena apa? Minyak goreng bagaikan hantu yang kadang muncul dan kadang menghilang entah dimana rimbanya. Disaat masyarakat butuh minyak goreng justru tidak nampak di toko-toko maupun di supermarket tetapi pada saat muncul tetiba harganya fantastik. Sekarang ini minyak goreng telah mengisi rak-rak supermarket tetapi dengan harga yang sangat mahal.

Umat Butuh Khilafah

Kebijakan pemerintah dengan menaikkan harga minyak sangat tidak memihak kepada rakyatnya terkhusus yang ekonomi lemah. Mengapa pemerintah mengeluarkan kebijakan yang selalu mempersulit rakyatnya? Yah tentu saja seperti itu karena sistem yang dianut oleh negara ini yakni kapitalisme, keuntungan hanya memihak pada mereka sebagai penguasa.

Lantas, mengapa umat butuh Khilafah? Karena Khilafah mengharamkan dengan tegas penimbunan. Termasuk pula menimbun minyak (menahannya) untuk menguntungkan diri sendiri dan merugikan publik. Dari Said al-Musayyib dari Mu’ammar bin Abdullah al-‘Adawi bahwa Nabi saw bersabda, “Tidaklah melakukan penimbunan kecuali orang yang berbuat kesalahan.” (HR Muslim).

Dalam Islam, orang yang menimbun merupakan pelaku dosa lagi bermaksiat. Pelakunya mendapatkan sanksi yakni takzir oleh Khalifah karena orang yang menimbun menyusahkan rakyat banyak untuk membelinya. 

Pelakunya pun akan dipaksa untuk menawarkan dan menjual barangnya kepada para konsumen dengan harga pasar, bukan dipatok harganya oleh negara.

Pasalnya, pematokan harga juga haram, Imam Ahmad dari Anas yang berkata, “Harga melonjak pada masa Rasulullah saw. Lalu mereka berkata, ‘Ya Rasulullah, andai saja Anda mematok harga.’ Beliau bersabda, ‘Sunggu Allah lah Yang Menciptakan, Yang Menggengam, Yang Melapangkan, Yang  Memberi Rezeki dan Yang Menetapkan Harga. Aku sungguh berharap menjumpai Allah dan tidak ada seorang pun yang menuntutku dengan kezaliman yang aku lakukan kepada dia dalam hal darah dan tidak pula harta’.” (HR Ahmad).

Silih berganti kesulitan yang dibuat oleh penguasa merupakan alarm untuk seluruh masyarakat bahwa tidak ada keadilan selama sistem yang diterapkan adalah sistem kufur kecuali masyarakat sadar akan pentingnya pemerintahan yang berasaskan al-quran dan as-sunnah yang berasal dari Allah azza wajalla dan RosulNya Muhammad Saw. 

Wallahu a'lam.