-->

Di balik Narasi Radikalisme dan Terorisme

Oleh : Binti Masruroh (Praktisi Pendidikan)
 
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar menyebutkan telah menemukan pondok pesantren yang berafiliasi jaringan terorisme. Jumlahnya ratusan di seluruh wilayah Indonesia. Dia mengatakan ada 11 pondok pesantren terafiliasi Jamaah Anshorut Khilafah, 68 pondok pesantren afiliasi Jamaah Islamiyah. 

Karena itu Direktur Keamanan Negara Badan Intelijen Keamanan Mabes Polri Brigjen Umar Efendi mengaku akan melakukan pemetaan masjid-masjid untuk mencegah penyebaran paham terorisme. Hai ini disampaikan dalam acara Halaqoh Kebangsaan Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstrimisme dan Terorisme yang digelar oleh MUI di kanal you Tube MUI (harianaceh.co.id 26/01/22).

Menanggapi paparan radikalisme dan terorisme terhadap pondok pesantren oleh BNPT, Sekretaris Jenderal Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia KH Ahmad Alim menegaskan narasi yang mengaitkan Pondok Pesantren dengan tindakan radikalisme dan terorisme harus dihentikan, hal itu akan mencoreng nama pondok pesantren. Beliau menegaskan bahwa Ponpes merupakan produk asli pendidikan Indonesia sebelum ada pendidikan nasional dan berperan aktif dalam memajukan bangsa dan menjaga kesatuan NKRI. Pesantren memiliki sumbangan yang sangat besar dalam kemerdekaan Indonesia, sehingga tidak ada pesantren yang mengajarkan radikalisme, tegasnya (republika.id 28/01/22).

Buya Amirsyah Tambunan Sekretaris Jenderal MUI pernyataan tersebut menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat, beliau juga mengajak semua pihak untuk menghentikan narasi menyudutkan kelompok tertentu dengan Islamofobia.

Rencana pemetaan masjid dikaitkan dengan isu radikalisme, dan tuduhan terhadap ratusan pondok pesantren terkait terorisme, lagi-lagi menampakkan wajah islamofobia, dan menimbulkan dugaan adanya framing negatif dan tidak adil terhadap umat Islam. Yang jelas klaim radikal dan sejenisnya melahirkan perpecahan dan kegaduhan diantara warga.

Narasi radikalisme dan terorisme adalah strategi yang dilancarkan oleh Barat untuk melanggengkan penjajahan atas dunia Islam dan menghadang kebangkitan Islam.  Narasi radikalisme dan terorisme akan menciptakan perpecahan, umat Islam akan saling mencurigai. Umat Islam akan takut terhadap ajaran agamanya sendiri (Islamofobia), apalagi radikalisme dan terorisme dialamatkan ke pondok pesantren sebagai tempat umat Islam mempelajari agamanya. Sehingga umat akan menjauhi pesantren, umat akan meninggalkan bahkan memusuhi ajaran agamanya sendiri. Umat Islam tidak akan memahami bahwa Islam tidak sekedar agama tapi juga sistem kehidupan yang sempurna. Pada gilirannya umat Islam akan tetap mengadopsi sistem hidup Barat. Sehingga umat Islam tetap dalam cengkeran sistem sekuler kapitalistik yang jelas-jelas menyengsarakan umat Islam.
Istilah radikalisme dan terorisme tidak dikenal pada khasanah Islam, pada masa Rasulullah, sahabat dan era kekhalifahan Islam tidak pernah ada kata radikalisme dan terorisme. 

Istilah ini baru muncul pada tahun 2001 yaitu pada peristiwa serangan Menara kembar World Trade Center (WTC) di New York Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001. Setelah peristiwa tersebut George Walker Bush presiden Amerika menyatakan bahwa ada dua pilihan untuk negara-negara di dunia yaitu bersama Amerika Serikat melawan terorisme atau bersama teroris melawan Amerika. Sejak peristiwa tersebut Amerika melakukan kampanye global melawan Terorisme (War on Terrorism), yang sejatinya bermakna perang melawan Islam. Dengan dalih mencari dalang terorisme (Osama bin Laden) Amerika Serikat menginvasi Afganistan. Dengan dalih memerangi terorisme tak henti-hentinya Amerika Serikat memerangi dunia Islam.  Padahal motif sesungguhnya Amerika Serikat adalah memerangi Islam dan mencegah kebangkitan Islam. Karena kebangkitan Islam tentu akan mengakhiri penjajahan mereka atas dunia Islam.

Isu radikalisme dan terorisme tak lebih hanya propaganda yang diopinikan oleh Barat untuk mencegah kebangkitan Islam. Menggiring umat Islam di negeri mayoritas muslim ini sesuai dengan kehendak mereka.

Isu radilakisme dan terorisme merupakan proyek barat untuk melanggemgkan sistem sekuler kaitalisme di negeri negeri muslim. Oleh karena itu umat Islam mesti bangkit dan bersatu untuk melawan stikmatisasi negatif  terhadap Islam.

Umat Islam mesti mengungkap makar dibalik isu radikalisme dan terorisme ini, dan merjuang bersama menyambut kebangkitan Islam yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Allah berfirman dalam Surat An Nur ayart 55 yang artinya “ Dan Allah telah berjanji kepa orang-orang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal sholeh bahwa Dia susngguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan agama yang diridhoaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam keadaan ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan dengan sesua apapun dengan Aku. Dan barang siapa tetap kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (TQS An Nur :55).

__________________________________________

Dukung terus Penamabda.com menjadi media rujukan umat. 

Dukung juga channel youtube dan IG Pena Mabda ya sahabat!