-->

Upaya Moderasi Merambah Semua Lini

Oleh : Rahmawati, S.Pd (Aktivis Muslimah Kalsel)

Banjarmasin (Kemenag Kalsel) – Kepala Kantor Wilayah (Ka.Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kalsel Dr. H. Muhammad Tambrin M.M,Pd menghimbau agar remaja masjid memahami Islam secara moderat atau yang lebih dikenal dengan Islam Washatiyah. “Washatiyah adalah ajaran Islam yang mengarahkan umatnya agar adil, seimbang, bermaslahat dan proporsional, atau sering disebut dengan kata ‘moderat’ dalam semua dimensi kehidupan,” ujarnya sebelum membuka acara resmi Kegiatan Peningkatan Kompetensi SDM Masjid, Pembinaan Pemuda dan Remaja Masjid se Kalimantan Selatan Tahun 2021, selasa (02/11/21) di Hotel Roditha Banjarmasin.

Remaja Masjid kata Tambrin, berada pada posisi sedang mencari posisi dan beradaptasi kepada lebih ingin tahu, maka harus diarahkan kepemikiran Islam Washatiyah. Ciri-ciri ajaran Islam washatiyah terang Tambrin yaitu memahami realita bahwa sejarah Islam ada yang attawabit dan tetap iman, aqidah dan pokok-pokok ibadah dan mutaghoyyirot atau bisa berubah sesuai perkembangan zaman, aulawiyah yaitu mengerti mana yang didahulukan, mengerti cara untuk membuat mudah masyarakat dalam ajaran Islam, selalu melihat ayat-ayat secara komperhensif dan tidak terpotong-potong serta terbuka mau dialog dengan kelompok lain.

Banjarbaru (Kemenag Kalsel) – Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menegaskan moderasi beragama bukan berarti memoderasi agama, karena agama dalam dirinya sudah mengandung prinsip moderasi yaitu keadilan dan keseimbangan. “Jadi bukan agamaya yang harus dimoderasi melainkan cara pandangan dan sikap beragama dalam memahami dan menjalanan agamanya yang harus moderasi,” tegas Menag yang hadir secara virtual pada Dialog Moderasi Beragama dan Rapat Koordinasi Wilayah GP Anshor Kalimantan Selatan di Banjarbaru, Sabtu (09/10/21) siang.

Agama jelas ketua GP Anshor tersebut, tidak ada yang mengajarkan perusakan dan kezaliman. “Agama tidak perlu dimoderasi lagi namun seseorang beragama harus selalu didorong ke jalan tengah agar tidak ekstrim dalam beragama,” pesan Menag kepada kader GP Anshor Kalimantan Selatan sekaligus membuka kegiatan resmi. Selanjutnya Menag mengharapkan agar jargon moderasi beragama yang menjadi program prioritas Kementerian Agama dalam RPJMN 2020-2024 dam menjadi program nasional agar dijadikan ruh dan kata kunci yang menjiwai program pelayanan agama dan keagamaan.

Kepala Kanwil Kemenag Kalsel menghimbau agar remaja masjid memiliki pemikiran moderat. Ini sebagai upaya memasukkan pemahaman Islam moderat pada seluruh lini masyarakat, termasuk para remaja masjid. Islam moderat terus digalakkan dengan alasan bahwa moderasi merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan dalam beragama. Hal ini sama saja seperti menumbuhkan keraguan pada umat Islam akan kebenaran ajaran Islam itu sendiri. Dalam narasi barat, muslim yang berpegang teguh pada ajaran Islam akan dicap sebagai fundamentalis, radikal dan intoleran. Karena tak mau dicap demikian, maka sebagian muslim memilih meninggalkan ajaran agamanya sedikit demi sedikit.

Juga menghilangkan rasa kebanggaan umat Islam terhadap ajaran islam. Islam dicitrakan tidak baik melalui media-media, yaitu sebagai agama yang antagonis terhadap ide-ide kebebasan, HAM, demokrasi, pluralisme dan nilai-nilai barat lainnya. Akhirnya, munculah rasa tidak percaya diri pada diri umat Islam. Juga Islamofobia, takut pada ajaran agamanya sendiri. Menciptakan kesan takut pada diri pejuang Islam untuk menyampaikan kebenaran. Para ulama berdakwah bersebarangan dengan penguasa serta merta diberi label intoleran.

Perlu dicermati, ada agenda terselubung dari penjajah barat terhadap ide Islam moderat. Yaitu menjauhkan umat dari Islam politik. Konsep ini memaksa umat Islam menerima jalan tengah dan kompromi dalam berkeyakinan serta menjalankan ajaran agamanya. Walhasil, atas nama rasa tidak enak, tidak nyaman, umat Islam terjebak pada racun pluralisme dan moderasi beragama, hingga mencampuradukan yang hak dan batil.

Padahal syariat Islam sangat layak diterapkan pada masyarakat yang plural tanpa butuh pada moderasi.
Akibatnya barat dijadikan sebagai kiblat kaum muslim. Melalui berbagai bidang seperti fun, fashion, film, dan food, barat terus mempropagandakan ideologinya. Umat Islam merasa bangga dengan budaya barat yang kekinian. Tidak kolot, malah merasa rendah diri pada budaya Islam. 

Maka dari itu, harus dibangun kesadaran umat tentang Islam politik dan hanya dengan Islam politik lah kebangkitan umat dan tegaknya khilafah akan bisa terwujud. Bukan dengan Islam moderat. Berbicara tentang Islam moderat, tak lepas terkait dengan toleransi yang dijunjung tinggi oleh sebagian kalangan. Toleransi dalam Islam jelas. Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin memiliki paradigma yang khas terkait apa itu toleransi. Merujuk pada sumber hukum Islam yaitu Al-Quran dan hadis, memaknai kata bukan menurut pandangan manusia dan pandangan barat yang kufur.

Toleransi dalam pandangan barat adalah pengakuan terhadap pluralisme, yaitu pengakuan bahwa setiap agama adalah benar. Tentu saja pluralisme adalah ajaran yang bertentangan dengan Islam. Allah Swt berfirman “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS Ali Imran : 19).

Syekh Taqiyuddin an-Nabhani menjelaskan bagaimana syariat Islam yang diterapkan kaffah oleh Khilafah mampu mewujudkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Warga negara Khilafah yang non musli wajib untuk membayar jizyah dan tunduk kepada Islam. Sebagai imbalannya, mereka mendapat hak untuk hidup di dalam naungan Khilafah dengan tetap memeluk agama mereka, serta bebas menjalankan ibadah menurut agama mereka.

Nabi Saw bersabda ‘Islam itu tinggi, dan tidak ada yang bisa menandingi ketinggian Islam. (HR Ad-Daruquthi)
Jadi inilah kemuliaan Islam, ajarannya yang tidak bisa diubah-ubah sesuai dengan keadaan zaman. Baik dengan alasan tidak enak ataupun toleransi. Sejatinya Islam itu tidak akan bisa berubah, walaupun tempat, keadaan, waktu serta zamannya sudah berubah.

Islam moderat yang digalakkan selama ini karena meraka menganggap ada sebagian ajaran Islam yang bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Islam moderat yang ramah taerhadap penguasa, yang ramah terhadap barat. Karena barat adalah kiblat kaum muslim pada saat ini. oleh karena itu, ide inilah yang harus kita benahi dalam benak kaum muslim saat ini, agar ide ini tidak menjalar ke seluruh tubuh kaum muslim. Sehingga terciptanya kehidupan yang diridhai Allah SWT sesuai dengan al- Quran dan as-Sunnah, bukan kehidupan yang mengikuti barat.

Wallahu a’lam bisshowab