-->

Pandemi Menjadi Ajang Bercokolnya Kapitalisme

Oleh : Ai Hamzah

Sudah hampir 2 tahun pandemi berlangsung, tetapi belum terlihat adanya tanda-tanda menuju bebas pandemi. PPKM demi PPKM pun terus digulirkan guna mencegah meluasnya virus covid, tetapi masih belum terlihat hasilnya. Meskipun pada saat ini disinyalir penderita covid sudah mulai melandai, dengan demikian bukan berarti virus itu benar-benar hilang. Bahkan diramalkan kembali bahwa akhir tahun ini akan terjadi gelombang ke 3.

Vaksin pun terus digencarkan penguasa sebagai usaha dalam penanggulangan virus. Diberbagai lini disasar agar vaksin merata. Sehingga vaksin menjadi suatu syarat yang dicantumkan ketika terjadinya birokrasi. Bahkan diwacanakan vaksin menjadi syarat bagi penumpang kendaraan umum angkutan kota. Akhirnya masyarakat pun beramai ramai divaksin guna memenuhi persyaratan tersebut.

Bantuan sosial menjadi primadona saat pandemi. Tidak hanya masyarakat, bahkan mereka para pejabat teraspun ikut sibuk menikmatinya.  Seharusnya bantuan sosial ini dinikmati oleh rakyat yang sangat membutuhkan, akibat terimbas adanya pandemi, ini malah dinikmati oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Entahlah dimana hati nurani para petinggi ini.

Sejak pandemi berlangsung PCR dan swab menjadi salah satu syarat dalam perjalanan. Baik dengan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum. Sehingga menjadi beban lagi bagi masyarakat yang akan melakukan perjalanan. Lagi-lagi dengan dalih untuk penanggulangan tersebarnya virus ini. Entahlah sudah berapa kali PCR dan swab bagi mereka yang bekerja diluar kota karena harus melakukan perjalanan.

Sungguh pandemi menjadi ajang kapitalisme memperlihatkan taringnya. Fakta yang diangkat ini hanyalah segelintir saja, masih banyak fakta yang lain yang membuktikan bahwa pandemi menjadi ajang aji mumpung bagi kapitalisme. Masyarakat semakin terpuruk, sedangkan penguasa disibukan dengan kapitalisme yang mengungkung negeri ini.

Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur'an:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu Pemimpin) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Alloh melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. AN Nahl 90)”.

Begitulah seharusnya menjadi seorang pemimpin/penguasa. Sudah seharusnya menjadi abdi umat. Kepentingan umat diatas segalanya, bahkan Umar bin Khattab pernah menyatakan kepada perutnya yang keroncongan sebab lapar, "Hai, perut, walau engkau terus meronta-ronta, keroncongan, saya tetap tidak akan menyumpalmu dengan daging dan mentega sampai umat Muhammad merasa kenyang". Sang khalifah mencukupkan roti dan minyak sebagai makanannya. Khalifah Umar menunjukkan kualitas sejatinya sebagai pemimpin.

Wallahu alam