-->

Nurani Tak Lagi Bicara, Kala Kepentingan Menjadi Tujuan


Oleh: Waryati (Pengamat Kebijakan Publik)

Menyikapi koalisi yang dilakukan partai oposisi dengan pemerintah adalah hal biasa. Namun demikian, di tengah penanganan pandemi yang masih mewabah, ribut partai melakukan manuver politik membuat rakyat geleng kepala. Betapa tidak, saat rakyat butuh perhatian dan bantuan akibat terdampak pandemi, justru para pejabat dan politisi malah sibuk ambil ancang-ancang berkoalisi untuk kontestasi di 2024.

Merapatnya partai oposisi dengan pemerintah lumrah terjadi, saat ada kepentingan menjadi alasan di baliknya. Demi mengamankan posisi dan eksistensi kekuasaan, maka menempuh jalan koalisi menjadi pilihan. Tak ada lawan dan kawan sejati, yang ada hanyalah kepentingan abadi. Itulah tabiat demokrasi. Alhasil, dalam politik demokrasi menghasilkan politikus minim empati, demi meraih kursi, rela menyampingkan nurani.

Koalisi PAN dengan kubu lawan semakin melemahkan keberadaan partai oposisi. Praktis partai oposisi yang tersisa hanya Demokrat dan PKS yang sebelumnya diharapkan sebagai penyeimbang kekuatan partai koalisi kini terancam tenggelam. Ini karena 82 persen partai koalisi menguasai parlemen, adapun partai oposisi yang hanya berjumlah 104 kursi dari 575 kursi yang ada di DPR, dan 471 kursi milik partai koalisi.

Mempertahankan kekuasaan dengan menggalang kekuatan nampaknya terus dilakukan pemerintah untuk memuluskan pertarungan di kontestasi mendatang. Otomatis semakin banyak partai yang mendukung pemerintah maka kesempatan tuk meraih kursi kembali semakin lebar. Keputusan yang dibuat pun akan mudah disetujui mana kala suara terbanyak didapat. Adapun pendapat partai oposisi makin tak berarti ketika kalah oleh suara mayoritas.

Pendidikan politik demokrasi sejatinya membentuk pribadi politisi menjadi manusia munafik, labil, dan tak memiliki visi misi yang jelas. Terbukti, dulu seteru kini duduk bersama dan saling rangkul. Dulu lawan kini menjadi kawan. Kebijakan publik yang tadinya bersebrangan dengan mudah menyepakati walau akan merugikan rakyat. Kebenaran dan kezaliman seakan menyatu tiada sekat. Itulah yang dihasilkan politik demokrasi sekuler. Koalisi dilakukan dalam rangka membangun kekuatan tuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Kendatipun tujuan diraih dengan mengorbankan hak rakyat, hal demikian sesuatu yang biasa di dalam demokrasi. Pembahasan rakyat tak lagi menjadi topik utama. Rakyat dibutuhkan hanya saat pemilihan tuk mendongkrak suara terbanyak.

Di sini bisa dilihat bahwa koalisi hanya tentang bagaimana cara mempertahankan kekuasaan, mendapat kursi, dan mengamankan posisi. Kepentingan rakyat tak lagi menjadi tujuan tuk diperjuangkan. Sebaliknya, kepentingan partai dan kelompoklah yang mendapat prioritas pertama. Politik semacam ini meniscayakan lahirnya para politisi pemuja kursi. Alih-alih peduli urusan rakyat, mereka sibuk atur strategi agar tetap bertengger di tampuk kekuasaan. 

Dalam Islam, politik tidak hanya membahas negara, namun juga tentang riayah suunil ummat, yaitu tentang pengurusan umat. Kekuasaan hanyalah jalan untuk menegakkan kebenaran. Menyampaikan amar makruf nahi mungkar adalah bagian dari aktifitas politik Islam. Dengan adanya saling mengingatkan antara rakyat dan penguasa, maka saat ada kekeliruan terkait pembuatan kebijakan dapat segera diperbaiki.

Lahirnya seorang pemimpin di dalam Islam berlandaskan iman dan takwa. Maka dari itu, melayani kebutuhan dan melindungi rakyat dilakukan dengan sepenuh hati. Apalagi saat pandemi. Karena kekuasaan adalah amanah yang harus dituanaikan dengan baik, pun akan dipertanggung jawabkan di hadapan Sang Khaliq. Pemimpin yang baik lahir dari sistem yang baik pula, yaitu sistem Islam. Menyandarkan harapan pada sistem demokrasi sekuler hanya akan berbuah kecewa. Sekalipun di awal kepemimpinan menebar angin segar perubahan semuanya hanya janji manis belaka, tanpa pernah terbukti kebenarannya.

Saatnya umat berbenah dengan memahami arti politik yang sesungguhnya, agar kegagalan dan kekacauan segera teratasi. Mempelajari politik Islam merupakan kewajiban, karena di dalamnya terdapat banyak pelajaran dan bersumber dari Allah Swt.

Wallahua'lam.