-->

Negara Lalai, Setengah Juta Mahasiswa Putus Kuliah

Oleh: Erik Sri widayati, S.Si.

Mengejutkan. Pandemi Covid-19 tidak hanya membawa dampak di sektor kesehatan. Tetapi juga di bidang ekonomi. Termasuk diantaranya banyaknya mahasiswa putus kuliah. Tidak tanggung-tanggung angkanya mencapai lebih setengah juta.

Menurut Kepala Lembaga Beasiswa Baznas Sri Nurhidayah, Data dari Kemendikbudristek, sepanjang tahun lalu angka putus kuliah di Indonesia mencapai 602.208 orang. Sri mendapatkan informasi soal angka putus kuliah tersebut dari Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kemendikburistek. Informasi yang dia terima, rata-rata angka putus kuliah paling banyak ada di perguruan tinggi swasta (PTS). "Kita tahu kondisi saat ini bagaimana krisis pandemi Covid-19 menyebabkan angka putus kuliah naik tajam,” katanya. (Radar Bogor, 16/08/2021)

Menurut survei yang dilakukan oleh BEM Universitas Indonesia, 72% dari 3.321 mahasiswa mengaku kesulitan membayar biaya kuliah. (Media Jabodetabek.pikiran-rakyat.co, 21/08/21)

Mahasiswa yang banyak diharapkan menjadi lulusan yang berkualitas, lebih memiliki kemampuan menghadapi dunia kerja atau bahkan diharapkan mampu membuka lapangan kerja sendiri. Mahasiswa dengan pendidikan yang dimiliki diharapkan juga lebih dewasa dalam berpikir. Sehingga lulusannya lebih mampu menjadi anggota masyarakat yang memberikan kontribusi positif bagi bangsa ini. Akan tetapi jika semakin tinggi angka putus kuliah tentu harapan bagi peningkatan kualitas SDM yang siap membangun negeri menjadi semakin sulit.

Tidak dipungkiri jika biaya pendidikan sangat mahal. HSBC Global Report 2018 telah menggambarkan mahalnya pendidikan di Indonesia. Menurut laporan itu, Indonesia termasuk negara dengan biaya pendidikan termahal di dunia. Rata-rata orang tua mengeluarkan biaya untuk pendidikan setiap satu anaknya mulai dari PAUD hingga sarjana mencapai sekitar Rp258 Juta. Hal ini menempatkan Indonesia pada urutan ke-13 sebagai negara dengan biaya pendidikan termahal di dunia. Tentu kondisi Pandemi ini membuat pendidikan semakin sulit terjangkau.

Terjadinya pandemi covid-19 ini tidak ada yang menduga. Tentu akan mampu menghadapi jika penataan sistem sebelumnya telah bagus. Mahalnya biaya pendidikan merupakan akumulasi dari berbagai kebijakan negara yang rusak, baik menyangkut tata kelola negara yang kapitalistik maupun sistem pendidikannya.

Dalam sistem kapitalis penguasa hanya sebagai fasilitator. Termasuk dalam bidang pendidikan. Negara menjadikan hubungannya dengan rakyat tak lebih bagai hubungan dagang. Perhitungan untung rugi menjadi patokan. Perguruan tinggi harus berusaha menambah pendapatan sendiri jika ingin menambah fasilitas dengan membuka berbagai jalur baru sesuai permintaan korporasi dan peminatan calon mahasiswa. Mahasiswa harus membayar penuh biaya pendidikan. Jika beruntung mahasiswa akan mendapatkan beasiswa dari pihak lain. Tetapi tidak jarang kesulitan pembiayaan berujung putus kuliah.

Selain itu mental mahasiswa juga harus kuat. Bagi seorang muslim pandemi ini adalah takdir Allah yang harus disikapi dengan penuh kesabaran dan kepasrahan. Sehingga seluruh konsekuensi yang harus dilakukan tidak akan berat dijalani. Terutama oleh mahasiswa muslim. Dalam kondisi pandemi ini kuliah online adalah pilihan terbaik. Harusnya mahasiswa tetap bersemangat. 

Jika menengok pada kegemilangan peradaban Islam di masa Kekhilafahan sejatinya menjadi bukti nyata bagusnya pengelolaan pendidikan tinggi dalam sebuah negara. Sebab, mustahil peradaban maju tanpa ditopang sumber daya manusia mumpuni dan berkualitas. Tentu mereka bukan lulusan pendidikan dasar atau menengah. Namun, pastilah pendidikan tinggi dengan segala ketinggian ilmu dan keahliannya. 

Faktanya pun, banyak perguruan tinggi dalam daulah Islam yang melahirkan para ilmuwan mumpuni baik dalam bidang sains maupun ilmu-ilmu keislaman. Orientasi pendidikan tinggi bukanlah dunia kerja sebagaimana yang diciptakan oleh kapitalisme saat ini tetapi dengan ilmu yang dimiliki dapat memberikan banyak manfaat bagi umat. Negara akan sangat terbantu dengan kehadiran para ilmuwan dengan berbagai penemuannya. Sehingga negara akan mengupayakan berbagai fasilitas yang memadai untuk mendukung dunia pendidikan ini. Pengelolaan sumber daya alam yang tepat dan hasil-hasil lain yang ditentukan syariat akan membuat negara dengan mudah memberikan fasilitas. Tidak bergantung pada pihak lain (korporasi). Sehingga mahasiswa dapat berkonsentrasi menuntut ilmu serta terdorong untuk melakukan penelitian dan penemuan yang berguna.

Dengan demikian saat ini mahasiswa seharusnya akan menjadi penyemangat bagi masyarakat untuk menghadapi pandemi ini untuk berikhtiar menggunakan prokes yang dianjurkan. Serta ikut mengawal dan membantu negara dalam mengatasi wabah ini. Sehingga pandemi ini dapat dilalui bersama-sama dengan baik. Semoga Allah SWT segera mengangkat wabah ini. Aamiin.[]