-->

Afganistan Jadi Rebutan, Karena Sumberdaya Alam yang Melimpah


Oleh: Tri S, S.Si

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengumumkan, progres penarikan pasukan dari Afghanistan mencapai 90 persen. Sisanya, 10 persen akan dipulangkan pada akhir Agustus alias sebelum tenggat penarikan, yakni pada 11 September bertepatan dengan peringatan 20 tahun serangan teroris di AS, 9/11/2001. (KOMPAS.com, 6/8/2021)

Tentara sipil AS, bercokol di Afghanistan sejak tahun 2001, dengan dalih mengawal proses demokratisasi dan menghalangi Taliban. Jika dihitung rentang waktu tentara AS di Afghanistan dari tahun 2001-2021 artinya sudah 20 tahun lamanya AS di Afghanistan. 

Kedatangan tentara AS ke Afghanistan tidak bisa lepas dari tragedi 11 September 2001 di gedung WTC. Presiden George W. Bush dan antek-anteknya yang memproklamirkan bahwa tragedi 11 September dilakukan oleh kelompok teroris dan menganggap pemimpin Al Qaida Usamah Bin Ladin bertanggung jawab atas tragedi 11 September, dan menduga Taliban yang menyembunyikan Usamah Bin Ladin. (merdeka.com,11/9/2015)

Klaim Amerika terhadap serangan 2001 yang menuduh Osama dan Taliban yang menjadi dalang dibalik tragedi 2001 tanpa ada penelitian yang mendalam, artinya tuduhan Amerika hanya sebatas praduga.

Narasi teroris yang disematkan George W. Bush, semata-mata ditujukan kepada kelompok-kelompok Islam yang memang sangat percaya dengan Islam (fundamentalis). Dari sinilah citra Islam dikotori, bahwa Islam agama teroris, intoleran di mata masyarakat dunia dan barat khususnya. Narasi ini terus tumbuh dan  berkembang hingga saat ini, yang dikenal dengan istilah Islamofobia.

Negara adidaya seperti AS sangat berperan dalam konflik di Afghanistan, mengintervensi sekaligus melangsungkan penjajahan secara hard (fisik) pada negara-negara muslim yang mempunyai kekayaan alam yang melimpah ruah. Afghanistan (adalah) salah satu negara yang memiliki sumber daya alam melimpah dengan nilai sekitar 3 triliun dollar AS atau sekitar Rp42.000 triliun. SDA tersebut terdiri dari tembaga, emas, minyak, gas alam, uranium, bauksit, batu bara, bijih besi, litium, kromium, timah, seng, batu permata, belerang, travertin, gipsum, marmer, dan lain-lain. (KOMPAS.com 21/ 8/2021).

Kekayaan alam inilah yang menjadi faktor paling mendasar negara-bangsa negara kapitalis untuk terus menjajah Afghanistan dengan topeng melawan terorisme.

Untuk memuluskan kepentinganya dalam mencaplok SDA (Afghanistan), Amerika serikat dan NATO berupaya membangun negara Afghanistan bergaya demokrasi barat. Negara adidaya ini  menghabiskan miliaran dolar untuk membangun Afghanistan. Pemerintahan yang pro barat akhirnya berdiri. Ashraf Ghani menjadi penguasa boneka Afganistan, bekingan AS. Hal ini menjadi bukti kuat bahwa AS dan negara asing telah melakukan intervensi terhadap Afghanistan.

Pendudukan AS di Afghanistan dengan paham demokrasi  sekulernya mampu mengubah pemikiran dan politik terhadap syariat Islam. Terjadi pula monsterisasi Islam dengan narasi bahwa Islam itu ajaran yang keras. Penerapan sebagian syariat Islam oleh Taliban sebelum tahun 2001, yang melarang wanita untuk bekerja, dan kewajiban perempuan menggunakan burqa dianggap berlebihan oleh masyarakat Afghanistan dan publik pada umumnya. Isu ini dimanfaatkan oleh media-media asing untuk semakin mendiskreditkan syariat Islam. Padahal perkara ini masuk ke dalam masalah fikih yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat di antara para ulama dalam persoalan cabang, sesuai hasil ijtihad (penggalian hukum).

Untuk meraih kemenangan yang sebenarnya, tidak bisa ditempuh dengan metode yang keliru. Metode ini perlu untuk dipahami bersama oleh Taliban dan kaum muslim pada umumnya. Sehingga arah perjuangan yang diharapkan berhasil berlabuh pada dermaga kemenangan.

Harapan kembalinya Taliban yang menguasai Afghanistan hari ini semoga berjalan meniti sirah Nabi saw., yaitu berdakwah dengan pemikiran, politik dan tanpa kekerasan. Taliban masih harus berproses untuk melanjutkan kehidupan Islam dalam naungan khilafah. Dengan begitu (kabar), gembira akan kembalinya khilafah 'alaa minhaajin nubuwwah benar-benar semakin dekat.

Kalau jalannya Taliban meninggalkan titian sirah Nabi saw. dan kembali masuk dalam perangkap kapitalisme baik lewat pintu Amerika atau pintu PBB, maka tidak akan berhasil. Perjuangan dan kesabaran Taliban berpuluh tahun hanyalah kesia-siaan. 

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak mendasari urusannya kepada Nabi saw., maka ia tertolak."

Islam agama kunci yang menjawab dengan tuntas segala problematika kehidupan. Dalam masalah Afghanistan ini, Taliban wajib mengikuti metode yang telah dicontohkan Rasulullah Muhammad saw., yaitu :

1. Tasqif Murakazah (pembinaan dan pengkaderan).

2. Tafa’ul Ma’al Ummah (interaksi ke tengah-tengah masyarakat).

3. Istilamul Al-Hukmi (penerapan hukum Islam secara kafah).

Setelah proses pengkaderan, masuk ke tahap interaksi di tengah masyarakat. Di sinilah masyarakat dibentuk pola pikirnya dan pola sikapnya untuk memahami syariat agamanya secara kafah. Jika masyarakat sudah memahami ajaran agamanya, maka sampailah ke puncak dengan menerapkan hukum Islam secara kafah dalam bingkai institusi  khilafah. Taliban tidak boleh membuka ruang untuk berkompromi dengan tawaran pihak barat dalam masalah Afghanistan. Jika tidak, kemenangan hakiki itu hanya ilusi.

Wallaahu a'lam bishshawaab.