-->

Allah Bukan Sekedar Maha Pencipta, Allah pun Maha Pengatur


Oleh: Yuyun Rumiwati (Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)

Tanda-tanda kebesaran Allah lewat mahkluk ciptaan-Nya berupa alam, manusia dan kehidupan, secara akal sehat sebenarnya bisa ditangkap oleh manusia. 

Sebuah pertanyaan besar, mengapa akal dan naluri yang tak mampu membantah bahwa sang pencipta Dialah Allah, tidak secara otomatis mengantarkan pada sikap tunduk dan taat atas segala perintah Allah sang pencipta?

Terlebih di sistem saat ini, andai kita polling dan menyampaikan  pertanyaan kepada kaum muslimin selaku responden, siapa pencipta manusia dan alam semesta? Pasti mayoritas jawabannya adalah Allah Subhanallahu ta'ala.

Andai ditanyakan lebih lanjut setujukah dan siapkah jika di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara diterapkan aturan Allah yang bersumber dari Al-Qur'an? Tentu jawabannya akan beragam, tidak akan sekompak jawaban  pertanyaan pertama. 

Melihat fenomena yang demikian, sejenak kita telusuri Firman Allah dalam Surat Al- Mu'minun ayat 83-90


قُلْ لِمَنِ الأرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (84) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (85) قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (86) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ (87) قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (88) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ (89) بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِالْحَقِّ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (90) }


"Katakanlah, "Kepunyaan siapakah bumi dan semua yang ada padanya jika kalian mengetahui?” Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak ingat?” Katakanlah, "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arasy yang besar?” Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak bertakwa?” Katakanlah, "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kalian mengetahui?” Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” Katakanlah, "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?” Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta."

Ternyata tidak hanya di era sekarang ada sekelompok orang yang dengan tegas menjawab bahwa alam beserta isinya adalah milik dan ciptaan Allah. Namun, sekitar 13 abad lebih yang lalu, masyarakat Quraisy yang notabene berbahasa Arab. Juga menjawab serupa. Namun, jawaban mereka bahwa Allah sang pencipta,  tidak serta merta membuat mereka beriman dan berislam.

Ternyata kesombongan diri mereka dan nafsu yang cenderung mengajak pada kesesatan dan kemaksiatan lebih kuat menghujam sehingga Kepiawaian orang Quraisy terhadap bahasa Arab, tidak serta merta mengantarkan mereka memeluk Islam dan bertakwa. 

Sungguh, karena mereka faham konsekuensi syahadat  dan kalimat


 لا اله الا الله محمد رسول الله


Persaksian kalimat tauhid tersebut adalah meniadakan selain Allah sebagai pencipta dan pengatur makhluknya dan konsekuen mengikuti Rasulullah Muhammad dalam tiap langkanya.

Tentu pemahaman ini bukan hal yang ringan bagi orang Quraisy. Mereka harus rela meninggalkan total berhala sebagai sarana beribadah mereka. Pun mereka harus siap taat dan tunduk atas perintah Allah tanpa tapi dan tanpa nanti. Dan mereka siap jika ditinggalkan para pengikutnya sehingga kehilangan ketokohannya di masyarakat Makah Quraisy.

Kesombongan orang-orang Quraisy untuk tetap bertahan dengan keyakinannya ternyata lebih dominan dari pada seruan indah Allah yang dibawa Rasulullah Muhammad. 

Takwa Buah Keimanan

Ikrar syahadat menjadi persaksian yang kuat dan pembenaran yang pasti (tasdiqul jazm) bahwa dialah Allah Maha Pencipta dan Pengatur. 

Dengan pemahaman kalilmat syahadat inilah  seorang mukmin  siap untuk  sami'na wa 'atha'na(kami dengar dan kami taat) atas segala aturan Allah. Bukan sekedar aku yakin Allah yang menciptakan saja, tanpa diiringi keyakinan bahwa Allah sang mudabbir (pengatur).

Maka kembali pada fakta sekarang,  tidak sedikit kaum muslim pun yang masih yang menganggap bahwa Allah sebatas pencipta bukan pengatur. Atau ketundukan atas aturan Allah sebatas ibadah ritual, sedang aspek sosial masih belum berkiblat pada aturan Allah. Bahkan, masih nyaman saja mengikuti aturan manusia yang notabene dari pemikir-pemikir non muslim.

Karenanya tidak heran jika masih ditemukan shalat jalan, maksiyat jalan. Sedekah jalan, riba pun tetap jalan.

 Inilah efek sekulerisme yang membius umat. Ngaji iya, pacaran ya iya.

Penanam Akidah yang Kokoh

Lalu, bagaimana agar efek seluler ini tidak terus meluas?. Tiada cara lain selain menancapkan (tarkiz) akidah secara dengan benar dan kuat. Agar pengakuan Allah sebagai pencipta dan pengatur bisa dipahami secara utuh. Karenanya butuh pengkajian intensif dan berkelanjutan untuk memahami akidah dan Islam secara menyeluruh.

Di samping pembinaan individu dan keluarga.Juga dibutuhkan penyadaran keyakinan bahwa Allah sang pencipta dan pengatur harus terus digaungkan. 

Agar lebih menancap dan tergambar bisa digambarkan bagaimana efek dari pemikiran sekuler ini saat diterapkan. Kasus korupsi tak kunjung hilang. Utang meroket, pendapat masyarakat yang penuh kekurangan, dan kualitas generasi yang memilukan.

Kerusakan demi kerusakan terjadi meski aturan dan kebijakan dibuat untuk mengatasi. 

Bahkan yang lebih parah lagi, dengan berani manusia di lembaga legislatif maupun eksekutif membuat berbagai aturan yang bertentangan dengan aturan Allah. Dengan gaji yang fantastik, sedang rakyat yang menjadi objek hukum tetap sengsara dalam kehidupannya.

Inilah bukti saat Allah hanya diposisikan sebagai pencipta. Dan menjadikan Islam sebatas agama ritual belaka. 

Tentunya kita tidak ingin disebut sebagai orang yang pendusta, karena berani berikrar dalam tiap shalat untuk menyerahkan hidup dan matinya untuk Allah. Namun, giliran ada seruan taat total pada aturan-Nya, kita masih pulih-pilih aturan Allah sesuai dengan selera dan hawa nafsu kita. 

Sebagai renungan akhir, layak kita tadzaburi firman Allah berikut,

Surat Al-Jasiyah Ayat 18


 ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ 


"Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui".

Semoga Allah mengokohkan keiman dan ketakwaan umat agar semakin bersemangat menyongsong kemenangan dan janji Allah tiba. Dengan tegaknya kembali Khilafah Rasyidah 'ala min hajji nubuwah. Allahu a'lam bi shawab