-->

Campakkan Demokrasi Atau Otoriter! Pilih Perubahan Ke Arah Islam

Oleh: Elin Nurlina

Sebagaimana yang dilansir dari REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mendesak presiden Tunisia pada Sabtu (31/7) untuk segera membawa negaranya kembali ke "jalur demokrasi" setelah mengambil alih kekuasaan pemerintah pada Ahad lalu (25/7).

Dalam keputusan yang diambil, Presiden Tunisia Qais Sa’id menerapkan keadaan darurat nasional atas pandemi virus corona dan pemerintahan yang buruk dengan memberhentikan perdana menteri, membekukan parlemen, dan merebut kendali eksekutif. Tentu saja langkah itu telah menimbulkan krisis politik baru di Tunisia. Negara yang menjadi awal dari arab spring kembali bergejolak. Tak ayal tindakan presiden disambut baik oleh para demonstran jalanan tapi disatu sisi presiden Qoid said dianggap telah melakukan kudeta politik oleh lawan-lawan politiknya, contohnya datang dari partai An Nahdah yang berakar dari kelompok islam.  

Kalau kita perhatikan, gelombang protes rakyat karena kegagalan pemerintah menangani pandemi masih berporos pada pakemnya demokrasi. Paling jauh Tindakan yang dilakukan adalah dengan mendorong sikap otoriter seperti presiden Tunisia itu. Padahal, ada langkah yang jauh lebih baik dan lebih komprehensif dalam mengatasi segala macam problematika kehidupan seperti halnya menangani pandemi ini adalah dengan kembali kepada sistem islam. Tapi pada faktanya, mereka lebih memilih langkah demikian. Yang akhirnya krisis politik yang ditimbulkan.

Kegagalan pemerintah dalam menangani pandemi bukan hanya terjadi di Tunisia saja, di Indonesia pun demikian. Indonesia disebut negara terburuk dalam menangani Covid-19. Sebelumnya pernah diberitakan, bahwa Indonesia dilaporkan sebagai negara yang paling buruk dalam menangani Covid-19. Hal itu terlihat dari laporan ketahanan terhadap Covid-19 yang dibuat oleh Bloomberg pada 27 Juli 2021. Dalam laporannya, Indonesia berada di peringkat 53 dari 53 negara yang dianalisis oleh Bloomberg. Artinya, Indonesia berada di posisi terbawah dengan skor 40,2 dan turun empat peringkat dari laporan sebelumnya.

Krisis politik yang terjadi di Tunisia Kembali memberikan banyak pelajaran bagi kita. Bahwa sejatinya kita membutuhkan perubahan yang bukan hanya rezimnya yang di ganti, tetapi juga sistemnya. Kalau kita berkaca dari arab spring di timur tengah dan Reformasi di Indonesia jauh sebelumnya telah membuktikan bahwa perubahan yang hanya menitikberatkan pada pergantian rezim tidak menyelesaikan masalah. Sebab persoalannya bukan hanya pada rezimnya tapi pada sistem yang diterapakannya. Sistem sekuler dengan sistem ekonomi liberal dan sistem demokrasinya lah yang menjadi pangkal persoalannya. Dan hal itu terbukti membawa kerusakan diberbagai sendi kehidupan masyarakat dalam segala aspek.

Pelajaran selanjutnya, bahwa demokrasi yang digadang-gadang bisa dijadikan jalan dalam perjuangan menegakan islam nyatanya telah gagal. Sebab apa, mereka yang sudah duduk dalam tampuk kekuasaan dan dinyatakan berhasil memegang jabatan, nyatanya tidak akan dibiarkan begitu saja oleh para imperialisme barat maupun kalangan sekuler untuk menjadikan islam andil dalam mengatur kekuasaan negara secara menyeluruh. Demokrasi sejatinya adalah alat penjajahan untuk menjauhkan agama dari kehidupan politik, akhirnya rakyatnya pun jauh dari agamanya. Masih ingatkah kita akan pernyataan dari George W.Bush, mantan presiden AS ,”jika kita mau melindungi negara kita dalam jangka Panjang, hal terbaik yang dilakukan adalah menyebarkan kebebasan dalam demokrasi”(Kompas.6/11/2004).  

Banyak bukti bahwa demokrasi juga menjadi jalan yang digunakan untuk menjungkalkan partai atau kelompok-kelompok islam atas nama kedaulatan rakyat. contohnya saja, FIS di Aljazair, meskipun secara demokratis dinyatakan menang, namun karena landasannya islam serta tujuannya adalah untuk menerapkan Syariah islam secara kaffah, nyatanya dijungkalkan oleh kekuatan militer sekuler yang didukung imperialisme barat dengan berbagai rekayasa konstitusi dan politik. Sampai akhirnya partai itu dicap terlarang dan anggota-anggotanya pada ditangkap.

Di mesir pun demikian, FJP yang berakar pada al Ikhwan dan partai an Nur salafi, secara demokratis pun dinyatakan menang dalam pemilu, akhirnya tumbang juga dengan rekayasa politik keji yang dilakukan politis sekuler mesir dan militer yang dikendalikan imperialisme barat. Sampai akhirnya nasibnya sama seperti FIS, dibubarkan dan bahkan banyak petinggi al Ikhwan dipenjara dan dihukum mati.

Dari sekian bukti yang dipaparkan tadi, seharusnya kita menyadari, bahwa perjuangan yang harus kita lakukan bukan hanya perubahan rezim saja, tetapi sekaligus perubahan rezim dan sistemnya. Sangat sayang kalau pemimpinnya sholeh tapi sistemnya salah, bisa-bisa yang sholeh jadi ikut salah karena terbawa arus dalam sistem demokrasi sekuler ini. Faktanya ada.

Dengan demikian, perubahan yang harus diarahkan adalah dengan menjadikan islam sebagai landasannya dan menjadikan islam satu-satunya solusi yang akan menyelesaikan masalah-masalah dunia. Arahnya jelas, yaitu bagaimana menerapkan islam secara menyeluruh di bawah naungan khilafah islam. Islam solusi dalam mengatasi pandemi, sebab solusi islam tidak bisa dilepaskan dari komprehensivitas ajaran islam. Dalam islam, pemimpin harus benar-benar berupaya sekuat tenaga mengurusi dan mengayomi rakyatnya. Tampilnya pemimpin dalam ikhtiyar penyelesaian wabah adalah bagian dari Amanah Allah yang akan dimintai pertanggungjawabkan. Islam juga mengajarkan bahwa nyawa manusia harus dinomorsatukan melebihi ekonomi, pariwisata atau pun lainnya. Kebujakan praktis khilafah dilakukan secara komprehensif yaitu dari sisi negara dan dari sisi rakyatnya. Dari sisi Negara dan pemimpinnya harus memainkan peran yang paling penting. Dimana keduanya harus mengacu pada Syariah islam. Dari sisi rakyat, mereka harus menaati segala protap dengan dasar ketakwaan kepada Allah, sabar dan ikhtiar, serta tidak putus asa dalam menghadapi musibah, ditambah masyarakat saling membantu dengan dorongan keimanan. Jika islam benar-benar di diamalkan In Syaa Allah dalam waktu singkat pandemi akan segera berakhir.

Wallahu’alam bi showwab.