-->

Raih Ketaqwaan di Bulan Ramadhan

Oleh : Sri Azzah Labibah SPd. 
(Pengasuh Majelis Taklim Remaja Paciran) 

Tinggal hitungan hari insya Allah kita akan bertemu dengan  bulan Ramadhan untuk menjalankan kewajiban sebagai seorang Muslim. Walaupun masih suasana wabah namun tidak mengurangi semangat untuk menyambut bulan suci ini. Bulan yang penuh berkah dan kemuliaan, bulan yang di dalamnya terdapat seribu bulan (lailatul qadar), bulan saat Al-Qur'an pertama kali diturunkan serta pahala amalan shaleh dilipatgandakan.

Di bulan ini, Allah perintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk melaksanakan ibadah puasa agar kelak bisa meraih derajat takwa. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Al-Baqarah ayat 183)

Mengapa orang yang beriman yang diwajibkan untuk melaksanakan puasa? 

Karena iman kepada rukun iman merupakan kunci diterimanya amal sedangkan orang yang tak beriman (kepada rukun iman) amalannya seperti debu yang diterbangkan angin (QS. al-Furqan ayat 23) atau seperti fatamorgana yang disangka air oleh orang-orang dahaga (QS. An-Nur ayat 34) dan lain-lain.

Dan keimanan yang diperoleh dengan jalan proses berfikir akan membuat kita mampu serta ikhlas menjalankan segala kewajiban, meninggalkan yang haram, mengoptimalkan yang sunnah, meminimalkan yang makruh serta memilih yang mubah yang bermanfaat dan meninggalkan yang tidak bermanfaat, karena sudah terbukti kuat bahwa perintah dan larangan ini berasal dari Sang Pencipta dan Sang Mudabbir. 

Puasa Untuk Raih Ketaqwaan

Perintah puasa agar memperoleh derajat takwa. Takwa hanya bisa diperoleh oleh orang yang beriman. Takwa adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan tidak melanggar dengan menjauhi segala larangan-Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa. Tidak akan bisa mencapai derajat takwa jikalau dia tidak beriman.

Selama Ramadhan orang-orang Muslim yang beriman menjalankan ibadah seperti puasa rela menahan haus dan lapar tanpa siapa pun mengetahuinya kecuali dia dan Allah saja. Serta mau terikat dengan hukum-hukum syara' (walaupun masih parsial) seperti menutup aurat, melaksanakan shalat sunnah (tarawih dan witir) berjamaah di masjid, membaca Al-Qur'an, bersedekah, meninggalkan perkataan-perkataan kotor dan lain-lain. Yang sebenarnya fitrah manusia itu memang terikat pada aturan-Nya.

Harusnya setelah selesai bulan Ramadhan menjadikan manusia kembali ke fitrah yaitu kebutuhan manusia kepada Sang Pencipta dengan kembali kepada aturan-Nya, sebagai makhluk ciptaan Allah yang lemah, terbatas dan serba kurang. Sehingga membutuhkan peraturan yang berasal dari yang Maha Sempurna dan Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya.

Namun sayangnya kebanyakan ibadah puasa yang dijalankan selama ini hanya berupa rutinitas tahunan belaka. Ketika Ramadhan ramai-ramai menutup aurat, tempat-tempat maksiat ditutup, masjid-masjid ramai membaca Al-Qur'an, Al-Qur'an dikhatamkan berkali-kali yang sebelumnya mungkin hanya setahun sekali dan bahkan hanya menjadi hiasan di lemari. Namun setelah melewati Ramadhan aktifitas tersebut hilang dan kembali seperti biasa.

Inilah yang dinamakan sekularisme yaitu pemahaman yang memisahkan agama (Islam) dari kehidupan atau dipisahkan agama dari urusan politik. Taat hanya di bulan Ramadhan dan di tempat-tempat tertentu dan hanya berkaitan dengan urusan individu saja. Padahal Islam adalah agama yang sempurna. Agama yang tidak hanya mengurusi masalah akhirat saja tapi juga mengurusi urusan dunia (pergaulan, ekonomi, politik, pemeahaman, pendidikan dan lain-lain).

Jika di bulan Ramadhan kita bisa taat pada aturan-Nya, takut bermaksiat kepada-Nya, takut untuk membangkang perintah-Nya apalagi menentang serta memusuhi ajaran-Nya. Begitu pula seharusnya di bulan-bulan berikutnya.

Tapi kondisi sekarang akibat diterapkannya sistem demokrasi kapitalis sekuler di tengah-tengah kaum Muslimin semenjak keruntuhan khilafah islamiyah, umat Islam tidak lagi menjadikan Islam sebagai peraturan hidup, tidak lagi menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman yang dengannya manusia menjalankan roda kehidupan.

Padahal tujuan dari penciptaan manusia tidak lain hanyalah untuk taat, tunduk dan patuh kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat adz-Dzariyat ayat 56

Oleh karena itu kembali kepada aturan Allah, taat, tunduk dan patuh merupakan fitrah diciptakannya manusia yang harus terwujud setelah melaksanakan ibadah puasa. "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahanbahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (TQS Ar-Ruum: 30).

Sehingga Ramadhan kali ini harus dijadikan momentum perubahan ke arah yang lebih baik, menjadi lebih taat dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dan tidak takut kepada siapa pun selain kepada Allah saja sebagai hasil dari penerapan sebulan puasa menjawab seruan Allah Dzat yang Maha Sempurna. 

Wallahu A'lam.