-->

Kondom di Kendari Laris, Buah Penerapan Sistem Sekularis

Oleh: Sulastri (Pemerhati Masalah Generasi)

Momen perayaan menjelang pergantian tahun baru 2020 tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tidak hanya pernak pernik seperti kembang api dan terompet yang ikut dibeli konsumen, tapi alat kontrasepsi seperti kondom ternyata juga laris manis. 

Seperti dilansir Zonasultra.Kendari.com (31/12/20) Menjelang penutupan tahun 2020, beberapa apotek di Kota Kendari laris menjual alat kontrasepsi berupa kondom. Peningkatan penjualan kondom itu cukup drastis.

Karyawati salah satu apotek di Jalan Sao-Sao, Kota Kendari, Yati (25) mengungkapkan kondom yang ada di tempatnya dalam beberapa hari menjelang perayaan tahun baru laris terjual hingga 2 kali lipat dibanding hari biasanya.

Para pembeli berasal dari kalangan pekerja. Kebetulan tempatnya berada di sekitar pusat perbelanjaan. Dia juga mengungkap, di antara para pembeli kebanyakan dari kalangan remaja baik laki-laki maupun perempuan.

“Kebanyakan pembeli berbelanja di malam hari. ada juga di siang hari tapi hanya sedikit,” kata Yati, Kamis (31/12/2020).

Pada hari biasa, tempatnya hanya menjual rata-rata 5 bungkus kondom. Itu pun kata dia, terjadi menjelang dan saat akhir pekan, seperti malam Jumat dan malam Minggu.

“Mendekati tahun baru makin ramai. Hari ini saja sudah sekitar puluhan bungkus yang terjual” ungkapnya.

Maraknya peredaran alat kontrasepsi (pil KB dan kondom) di pasaran salah satunya dipicu oleh pabrikan. Untuk mencari keuntungan, oknum pegawai pabrik sengaja mengedarkan pil KB maupun kondom di pasaran umum. Ironisnya, penyebarannya tidak di apotik, tapi kios-kios kecil pun jadi sasaran. Alhasil, siswa SMP maupun SMA bisa dengan mudah mendapatkannya.

Peredaran alat kontrasepsi yang sangat mudah didapatkan oleh siapapun, jelasnya akan membuka celah free seks atau seks bebas khususnya dikalangan remaja. Ini membuat kita miris dan mengelus dada. Anak-anak remaja hari ini sudah tanpa malu dan ragu untuk membeli dan menggunakan alat kontrasepsi tersebut. Sebab, alat tersebut bisa mereka dapatkan dengan mudah dan harga yang murah.

Permasalahan seks bebas menjadi fenomena yang tidak pernah habis untuk dikaji dan diperbincangkan. Masalah yang menimpa mayoritas pemuda ini menjadi masalah yang senantiasa terulang, bahkan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berbagai studi dan penelitian telah dilakukan mencari solusinya, namun pada akhirnya hanya menghasilkan solusi parsial sehingga persoalan tidak pernah tuntas dan malah menimbulkan masalah baru.

Pergaulan bebas lahir dari paham kebebasan yang meyakini 4 kebebasan dalam kehidupan yakni kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, kebebasan berprilaku dan kebebasan berkepemilikan.

Berdalih kebebasan berprilaku, hampir semua orang menggunakan alasan ini untuk melakukan free sex. Terlebih diperkuat dengan ide HAM (Hak Asasi Manusia).

Paham kebebasan ini tentunya lahir dari paham sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan yang bersumber dari manusia. Pemikiran inilah yang menggerogoti pemikiran masyarakat dalam kehidupan.

Peran Negara dalam mengatur sistem pergaulan ini pun samar, kabur dan tidak jelas, bahkan negara seakan-akan melepaskan tanggung jawabnya untuk mengurusi rakyat. Tidak adanya pengaturan dalam penjualan alat-alat kontrasepsi pun tak ada sanksi tegas bagi pelanggarnya. Alhasil, hal tersebut dapat  memicu lebih leluasanya pergaulan bebas. Karena memang dalam sistem kapitalis apapun bisa dilakukan ketika itu mendatangkan untung, meskipun membawa kemudharatan. 

Demikian juga kontrol masyarakat yang semakin hilang. Pun ketakwaan individu dan keluarga yang menjadi benteng pertahanan terakhir dan menjadi perlindungan pergaulan bebas remaja semakin terkikis dan pudar. Maka lengkaplah sudah. Alhasil remaja pemegang tali estafet para orang tua terancam bobrok.

Salah satu contoh lain saat ini untuk mengarah kepada pergaulan bebas difasilitasi dengan adanya media yang menyebarkan pornografi-pornoaksi seperti televisi, internet, majalah dan lain sebagainya.

Tidak hanya itu, alat kontrasepsi pun sudah menjadi barang yang mudah didapatkan oleh siapapun, sehingga secara tidak langsung diperbolehkan untuk melakukan hubungan suami istri dengan siapapun walaupun tidak terikat pernikahan. Sehingga, disadari ataupun tidak hal tersebut akan membuat sek bebas tumbuh subur dan sulit diberantas.

Islam adalah sebuah aturan kehidupan yang sempurna. Islam tidak hanya mengatur urusan ibadah mahdhoh saja seperti shalat, zakat, naik haji, puasa, namun Islam mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk sistem pergaulan. 

Islam mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan, dimana hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim hanya sebatas dalam ranah pendidikan, muamalah, persanksian dan kesehatan.

Islam mengatur untuk tidak bolehnya berkhalwat (berdua-duaan), berikhtilat (campur baur antara laki-laki dan perempuan), mengumbar aurat, bertabarruj (berdandan berlebihan), melakukan safar tanpa ditemani mahram bagi seorang perempuan.

Demikian pula halnya dengan negara yang berperan aktif dalam memutus mata rantai pergaulan bebas. Dengan sistem pendidikan islamnya yang menghasilkan generasi berkarakter, hingga pengaturan pengedaran alat kontrasepsi yang benar benar diatur sedemikian rupa. 

Dari sini betapa aturan Islam sangat memanusiakan manusia. Wajar jika yang terjadi hanyalah keamanan, kenyamanan dan ketentraman.

Hal ini dikarenakan Islam merupakan aturan kehidupan yang bersumber dari Sang Kholik, Allah yang mengetahui seluk beluk makhluknya termasuk manusia.

Jika kita mengaku beriman kepada Allah tentunya konsekuensi keimana n kita adalah bertakwa kepada Allah dengan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Itu artinya menjalankan syariat Islam secara totalitas dalam kehidupan. Wallahu A’lam bishawab