-->

Walau Banyak Godaan, Bersabarlah Wahai Aktivis Dakwah!

Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd (Lingkar Studi Muslimah Bali)

Penamabda.com - Dakwah bukanlah aktivitas biasa, melainkan aktivitas para nabi dan rasul. Dengan dakwah inilah maka Islam bisa sampai di tengah-tengah umat dan terjaga hingga saat ini. Maka dakwah adalah aktivitas yang mulia. Yang seharusnya juga diikuti oleh umat yang menginginkan derajat mulia sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi dan rasul.

Dakwah adalah menyeru pada kebaikan dan mencegah pada keburukan. Siapapun bisa menjadi aktivis dakwah. Dimanapun dan kapanpun. Namun, seiring berjalannya waktu dan berpindahnya tempat dakwah, tak ayal banyak godaan yang datang menghampiri para aktivis dakwah.

Harta, tahta, wanita, keluarga, masyarakat, hawa nafsu, dan kehidupan yang liberal menjadi beberapa sumber godaan untuk melemahkan para aktivis dakwah. Inilah fakta para aktivis dakwah yang hidup di negeri kufur.

Para aktivis dakwah sejatinya ingin mengubah kondisi dari kekufuran menjadi keadaan yang Islami. Namun, dengan kondisi kekufuran yang merajalela inilah, para aktivis dakwah harus berbenturan dengan masyarakat secara pemikiran, perasaan, juga peraturan.

Tak heran jika banyak diantara aktivis dakwah gugur dalam mempertahankan aktivitas dakwahnya. Mereka memilih aman dengan mengikuti alur kekufuran masyarakat. Padahal Islam akan tegak hanya dengan menerapkan Islam sebagai pengaturannya.

Dengan berbagai godaan ini, para aktivis dakwah diwajibkan untuk bersabar dalam menghadapi masyarakat, juga tetap berpegang teguh dengan agamanya. Tidak mudah terprovokasi atau diadu domba oleh aktivis kekufuran.

Namun, pembahasan sabar dalam perkara ini perlu digali lebih dalam agar tak salah dalam menanggapi suatu problematika umat. Apalagi banyak fakta dan kondisi yang dialami oleh para aktivis dakwah.

Ada yang beranggapan, jika seseorang yang membatasi diri dan menjauhkan diri dari manusia, meninggalkan kemungkaran dan para pelakunya, ia melihat keharaman sudah merajalela, hukum Allah tidak diamalkan, dan jihad telah ditinggalkan. Pada kondisi ini orang tersebut tidak mengambil sikap untuk menghadapinya justru ia menjauh dan meninggalkan aktivitas dakwah. Maka pada sebagian orang, ia dianggap sebagai orang yang bersabar.

Ada pula yang memahami sabar sekedar menolak penindasan atas dirinya saja. Ia menghindari hal-hal yang mengakibatkan akan ditangkap oleh musuh-musuh Allah, sehingga ia tidak berani mengatakan kebenaran. Tidak berani berdakwah. Kemudian berdiam diri di tempat ibadah dan berkata “sesungguhnya aku adalah orang yang bersabar”.

Sabar seperti ini bukanlah sabar yang pelakunya dijanjikan Allah akan mendapat surga, seperti di firman Allah Q.S az-Zumar:10, yang artinya “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.

Sikap seperti yang dicontohkan di atas adalah sikap kelemahan. Sabar yang sebenarnya adalah ketika para aktivis dakwah mengatakan kebenaran dan melaksanakannya walaupun dalam kondisi sempit dan menghimpit. Siap menanggung resiko penderitaan di jalan Allah karena mengatakan kebenaran, mengamalkannya, tanpa berpaling, bersikap lemah, atau lunak sedikit pun kepada aktivis kekufuran.

Tentu para aktivis dakwah tidak akan sanggup berjalan sendirian dengan memikul beban berat. Maka mereka harus menyadari bahwa ada cita-cita dan tujuan yang harus segera dicapai. Untuk mencapai tujuan inilah proses mengkaji dan mencari kebenaran harus selalu dilakukan.

Lebih daripada itu, setiap aktivis dakwah perlu menunaikan kewajibannya kepada Allah atas tanggung jawab dakwah ini. Harus dilakukan secara sukarela tanpa mengharap imbalan ataupun ucapan terima kasih dari seseorang. Para aktivis dakwah hanya boleh berharap ridho Allah semata.

Para aktivis dakwah akan berjalan bersama umat. Maka umat Islam juga diharuskan untuk bangkit, bersama-sama memperjuangkan Islam sebagai kepemimpinan berpikirnya serta menjadikan Islam sebagai kaidah amaliyahnya. Bukan malah mundur dengan meninggalkan ajaran-ajaran Islam serta merelakan peradaban asing masuk menyerbu negeri-negeri mereka.

Dengan demikian maka dakwah Islam harus menyajikan peraturan-peraturan yang dapat memecahkan problematika kehidupan umat, sehingga umat akan percaya dan berbondong-bondong untuk berpindah dari kehidupan liberal menjadi kehidupan Islam.

Banyak contoh mujahid dan mujahidah, serta syahid dan syahidah. Mereka teguh dengan agamanya. Tak rela melepaskan agamanya hanya demi kesenangan duaniwi semata, bahkan kematian adalah hal yang mereka incar. Bilal bin Rabbah, Sumaiyah, keluarga Yasir bin Ammar, Mush'ab bin Umair dan sederet para sahabat Rasul yang lain. Dengan keteguhan dan kesabarannya, mereka mampu memenangkan jalan dakwah ini.

Keberhasilan dakwah inilah yang mesti ditanamkan pada setiap diri umat Islam. Bahwa Islam akan bangkit sebagai kepemimpinan berpikir dan kaidah dalam beramal.

Wallahu a’lam bish showab