-->

Kreasi Seni Tak Patut Diapresiasi

Oleh : Rut Sri Wahyuningsih
(Institute Literasi dan Peradaban) 

Penamabda.com - Aktris Gwyneth Paltrow merayakan ulang tahunnya ke-48 pada Minggu, 27 september dengan mengunggah foto pose bugil di akun Instagramnya. Dalam foto tersebut, bintang film Iron Man ini berpose tanpa busana di bawah pohon.

“Tak menggunakan apapun seperti ketika baru lahir di hari ini. Terimakasih banyak atas ucapan selamat ulang tahunnya,” tulis Paltrow .  Salah satu yang berkomentar adalah model Naomi Campbell, “Selamat ulang tahun@gwynethpaltrow. Kau melakukannya! Pamerkanlah!” (cnnindonesia.com,28/09/2020).

Siapapun sepakat, bertambahnya usia memang istimewa. Setiap orang cara merayakannyapun beragam. Mulai dari membully yang berulangtahun, prank, makan malam romantis. Dari melakukan kegiatan amal hingga tak masuk akal. Menciptakan prestasi baru hingga putus urat malu. Mungkin masyarakat juga mengikuti kisah anak seorang pengacara kondang yang kini sudah membuka hijabnya dan bergaya hidup kebarat-baratan. Atau beredarnya video tik tok yang menceritakan dua orang laki-laki yang terpisahkan jarak kemudian bertemu namun masih menerima hujatan , karena mereka penyuka sesama jenis. Si pemilik akun tik tok menyayangkan sikap nitizen, dia menganggap bahwa hubungan dua pria tadi sebagai Cute Love Story, dengan berbagai argumen yang tak masuk akal
Semua atas nama kebebasan. Yang amat sangat dijunjung tinggi terutama masyarakat penganut demokrasi, hingga muncul produk hukum HAM yang makin melegalkan perbuatan mereka, atas nama kebebasan diri. 

Ironinya masyarakat Muslim kinipun sejengkal demi sejengkal mengikuti tanpa ada penyesalan sedikitpun. Para Muslimahnya pun sangat-sangat terbuka dengan budaya barat yang landasannya sekuler. Sungguh mengenaskan, mengapa justru untuk perbuatan maksiat banyak pembelaan?

Hal itu terjadi karena jauhnya hari ini kaum Muslim dari pemahaman agama yang benar, hingga tak lagi memiliki filter yang mampu menghindarkan mereka dari perbuatan keji dan terlarang dalam agama. Terlebih penguasa negeri inipun secara tak langsung ikut memojokkan Islam kearah Islamophobia. Menteri agama Fachrul Razi gencar menarasikan good looking identik dengan radikalisme, rajin ke masjid dan menghadiri kajian juga radikal, dai penyampai tauziyahpun perlu disertifikasi,  bagi muslimahnya menutup aurat dianggap teroris, yang terakhir malah Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta Korean wave sebagai acuan sebuah keberhasilan. Astaghfirullah.

Seorang ulama hingga meminta umat mengikuti peradaban sekuler bukankah ini sudah keterlaluan? Yang mana seharusnya beliau berdiri di garda terdepan menghadang upaya-upaya penghilangan Islam sebagai agama yang sempurna dari benak-benak kaum Muslim? Terlebih alasannya hanya untuk peningkatan ekonomi dan pariwisata. 

Sistem politik demokrasi makin membuat situasi runyam. Sebab setiap kali pemilihan pemimpin melalui sistem demokrasi tak pernah menghasilkan pemimpin yang berani lantang menyerukan penerapan syariat sebagai pengganti hukum buatan manusia yang saat ini berlaku. Malah makin tak ada perlindungan bagi wanita, padahal serangan-serangan musuh-musuh Islam makin melemahkan posisi perempuan . perempuan menjadi komoditas dan tak ubahnya barang diperlombakan untuk mencapai satu standart tertentu, dianggap berharga atau sejahtera jika sesuai dengan standar sekulerisme, cantik, terbuka dengan ide kebebasan. 

Syariat Islam tak akan menjadikan perempuan bak karya seni yang tak layak diapresiasi, namun justru melejitkan hingga ke Surga, satu dimensi yang lebih dari apapun yang ada didunia ini. Allah SWT memilih wanita untuk menjadi ummu wa rabbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga) dan madrasatul ula (pendidik pertama) bagi anak-anaknya yang tidak diberikan kepada Pria. Jelas ini adalah amanah yang istimewa dan sesuai fitrah. 

Allah pun tak membatasi seorang wanita untuk berada di lingkungan umum untuk melakukan aktifitas umum, asal sesuai dengan batasan syariat. Semua adalah demi kemuliaan wanita itu sendiri. 

Wallahu a’lam bish showab.