-->

Islam Mengatasi Krisis Air Bersih

Oleh : Azzah Sri Labibah SPd 
(Pengasuh Majelis Taklim Remaja Paciran Lamongan) 

Penamabda.com - Baru bulan kemarin masyarakat merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia namun sampai saat ini masyarakat masih jauh dari kelayakan hidup.

Di tengah ganasnya corona yang masih mengintai nyawa, Masyarakat bertambah susah karena sulit mendapatkan air bersih, khususnya di Lamongan wilayah selatan dan tengah. 

Di Kecamatan Modo, Desa Sidomulyo yang sudah didropping kemarin dan dan hari ini Desa Bedingin Kecamatan Sugio,"kata Kasi Tanggap Darurat BPBD Lamongan, Muslimin, saat disela dropping air bersih di Dusun Puripan, Desa Bedingin, Senin (31/8/2020).

Krisis air bersih tidak hanya terjadi saat ini saja tapi selalu dirasakan bagi sebagian masyarakat Lamongan hampir setiap musim kemarau tiba. Pada musim kemarau tahun 2019, terdapat sebanyak 125 desa di 17 Kecamatan.

Padahal ketersediaan air yang berlimpah di bumi ditegaskan Allah SWT, yang artinya, “…….dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (TQS Al Anbiyaa, ayat 2). Tidak hanya berlimpah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia tapi juga bagi lestarinya kehidupan di bumi. Artinya, darurat kekeringan dan krisis air bersih bukan karena kurangnya sumber daya air, tapi karena ulah tangan manusia. 

Sungguh Allah SWT telah mengingatkan kita dalam QS Ar Rum, 30:41, yang artinya,” Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan oleh perbuatan tangan manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” Yaitu, kembali pada syariat Allah yang dalam hal ini mengatasi persoalan darurat kekeringan dan krisis air bersih. Sistem kehidupan Islam.

Islam menyelesaikan krisis air bersih 

Air bersih merupakan kebutuhan esensial bagi setiap makhluk hidup. Karena air berperan peting dalam metabolisme setiap makhluk hidup. Jumlah air bersih yang ada semakin menipis, dugaan ini yang mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Krisis air di Indonesia menjadi ironi karena sebagai negara yang kaya akan sumber air, harusnya indonesia memiliki sumber air yang melimpah. Namun kenyataannya, setiap tahun ada saja daerah yang mengalami krisis air bersih.

Islam adalah agama yang sempurna, karena Allah menurunkan agama ini tidak hanya mengurusi ibadah ritual saja tapi merupakan solusi atas segala permasalahan salah satunya mengentaskan masalah krisis air bersih. Karena adanya kerja sama antara kepala negara dan seluruh anggota masyarakat, yaitu Negara bersama-sama masyarakat membangun, dan memelihara jaringan irigasi. Termasuk waduk-waduk, dengan kincir air dan mesin penggerak air di sejumlah titik yang dibutuhkan untuk masing-masing wilayah di seluruh dunia. Negara bersama-sama masyarakat juga membangun dan memelihara konservasi lahan dan air.

Krisis air bersih yang disebabkan oleh kekeringan yang terjadi saat sekarang ini bisa saja teguran, peringatan, atau bahkan azab dari Allah SWT agar kita senantiasa instropeksi dan muhasabah diri kita. Hal yang patut kita renungkan adalah firman Allah SWT. Yang artinya adalah sebagai berikut: “jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatanya.” (Q.S al-A’raf:96).

Negeri ini sudah banyak Bencana yang datang karena negeri ini telah mendustakan ayat-ayat Allah SWT dan lebih memilih menerapkan hukum-hukum kufur kapitalis, liberalis. Karenanya negeri ini selalu di hadapkan dengan maslah yang tanpa ada solusinya , kalaupun ada solusi tersebut akan memunculkan masalah baru.

Sehingga jika kita ingin mengembalikan pada keberkahan yang akan dilimpahkan Allah dari langit dan bumi, maka tiada hal lain selain kembali kepada syariah Allah. Karena hakikat kemerdekaan hakiki adalah saat kita terbebas dari belenggu yang menjajah fisik, harta, pemikiran, nyawa dan aqidah kita. Merdeka yang sebenarnya adalah saat kita mengakui kita hanyalah hamba/budak dari Tuhan Alam Semesta, bukan yang lain.

Waallahu’alam Bi Shawab